Kutaburkan mawar hitam
Di atas pusaraku sendiri
Aku mati dalam kehampaan
Tak seseorangpun tahu
Tak ada yang melihatku
Kucangkul kuburku sendiri
Untuk memasukkan jasadku
Aku mati dalam kebisuan
Tak perduli seseorang
Tak ada yang mengetahuinya
Kumasukkan jasadku sendiri
Sudah terlanjur membusuk
Aku mati dalam kebencian
Tak seseorang yang mau menguburiku
Tak seseorang yang mau memakamkanku
Catatan kecil Aveline Agrippina Tando
01062008-1840
wuih...mantab...
BalasHapusaku suka renungan seperti ini...kesadaran setelah akhir yang tak begitu berarti...
Sebenarnya ini sudah lama aku mau post
BalasHapustetapi entah mengapa aku jadi ragu
jika di buat ceritanya akan lebih asyik dengan puisi ini sebagai patokan kisahnya
BalasHapusLagi aku tulis, Om...
BalasHapusMungkin ini akan kubuka bagi contacts saja
wah asyik............bakal ada santapan nikmat nih....dengan sabar menunggu...
BalasHapustunggu saja...
BalasHapusyang jelas... aku tidak membnuh
dan aku masih ragu ini layakkah dipost
yang penting pesan moral di dalamnya....jika kita sedang menjadi pembunuh dalam satu kisah...maka membunuhlah...jangan ragu, tapi sisipkan pesan moralnya...
BalasHapuspesan moral pasti ada, Om!
BalasHapusKalo pembunuh sih, biarin aja dia modar sendiri.
BalasHapusBuat apa ngurusin bangkenya.
lha kenapa Amrozi dkk di urusin ama negara???
BalasHapusmodarin saja!!!!
Makanya, biarin aja dia urusin bangkenya sendiri
BalasHapusUntuk yang satu ini aku tak bisa menjawab...
BalasHapusTanyakan saja kepada SBY baca: Surabaya
sudut pandang yang menarik... nice poem... ditunggu kisah ceritanya...
BalasHapusnice poem... sudut pandang yang menarik... ditunggu versi ceritanya...
BalasHapusOk... Makasih Om Unggul!
BalasHapus