Sabtu, 28 Maret 2009

Sejauh Mana Anda Peduli dengan Bumi?

Tulisan ini dikhususkan untuk memperingati Jam Bumi Sedunia dan Jam Bumi Seindonesia.


Gagasan jam bumi ini keluar bukan dari pemerintah tetapi dari WWF (World Wife Fund) yang sudah direncanakan sejak tahun lalu untuk mencoba mengembalikan bumi yang sudah mengalami "demam" yang tinggi. Jam bumi ini diberlakukan pada hari Sabtu tanggal 28 Maret 2009 pukul 20.30 sampai 21.30 pada setiap negara yang ingin menyembuhkan bumi untuk masa depan nantinya.

Gagasan yang baik ini mendapat dukungan dan respon yang baik dari pemerintah. Gedung-gedung pemerintahan, Monumen Nasional (Monas), Jembatan Semanggi, Bundaran Hotel Indonesia, dan jalan-jalan yang dianggap menghabiskan banyak sumber daya listrik yang banyak akan dipadamkan selama satu jam.

Apakah program ini hanya di Indonesia? Tidak! Program ini dilakukan oleh seluruh dunia pada hari dan jam yang sama menurut belahan dunia masing-masing. Partisipasi masyarakat dunia diharapkan karena kontribusi pemakaian listrik terbesar digunakan oleh masyarakat.

Program ini juga tidak memaksa alias sukarela. Terserah apakah Anda ingin ikut ambil bagian atau malah sebaliknya, memboros-boroskan listrik di kediaman Anda? Maka hari ini PLN tidak mengadakan pemadaman agar ada kesadaran sendiri dari kita untuk mengembalikan bumi ke wujud aslinya.

Saya sendiri ikut berpartisipasi dengan mematikan komputer selama jam tersebut. Lalu apa yang saya lakukan? Saya menghabiskan waktu satu jam tanpa listrik dengan berjalan-jalan di sekitar rumah. Hasilnya memuaskan. Banyak yang ikut ambil bagian dalam wujud kepedulian dengan bumi selama satu jam. Kita kembali ke zaman bahula sebelum Luigi Galvani atau Michael Faraday atau Alessandro Volta atau Thomas Alva Edison berhasil membentuk listrik.

Sebenarnya banyak hal yang dapat kita lakukan untuk mengembalikan bumi ke wujud semula tetapi semua itu tergantung dari niat dan kemauan kita. Sejauh mana kita perduli dan ingin mengembalikan bumi menjadi citra asri lagi.

Kita bisa memilih menggunakan lampu neon dibanding bohlam.
Kita bisa mengelola sampah.
Kita bisa mematikan listrik (termasuk listrik vampir -Listrik yang masih dalam keadaan stand by)
Kita bisa menggunakan kendaraan umum atau berjalan kaki dibanding menggunakan kendaraan pribadi.
Kita bisa menanam pohon untuk lingkungan kita.
Atau yang lainnya...

Nah sekarang, bagaimana dengan Anda? Apa bentuk partisipasi Anda dengan bumi?




A.A.- dalam sebuah inisial
Kekasih Bumi


Sekedar catatan dari cuplikan:

Diambil dari sini
Memadamkan lampu di DKI Jakarta 1 jam, sama dengan:
300MW (cukup untuk mengistirahatkan 1 pembangkit listrik dan menyalakan 900 desa)
Mengurangi beban biaya listrik Jakarta sekitar Rp 200 juta
Mengurangi emisi sekitar 284 ton CO2 (Karbondioksida)
Menyelamatkan lebih dari 284 pohon
Menghasilkan O2 untuk lebih dari 568 orang


Jika sang bumi bisa bicara
Ku tau Dia akan bertanya
Sampai kapankah kau hanya terima
Tanpa pernah beri kembali
Kini saatnya untuk berbuat
Sayangi alam sepenuh jiwa
Tanah, air, udara kan bersuka
Berterimakasih kepada kita


Jika Bumi Bisa Bicara - Nugie dan Katon Bagaskara


Rabu, 25 Maret 2009

Ketika Surat Itu Sampai...

March 24, 2009
Untukmu, adikku



Setelah tiga tahun berpisah dari Indonesiamu, seperti cerita - ceritaku pada suratku yang terdahulu, aku mulai disibukkan dengan hal yang aku sukai di kampung halamanku terdahulu. Kembali aku menjadi musisi dan menjadi seorang pecinta film. Sayangnya hobi kita hampir sama, aku kurang menyukai membaca walau kamu selalu menyarankanku dan memberikanku kutipan - kutipan indah dari buku setiap kali membaca emailmu.

Pada awalnya, aku tahu kekecewaanmu ketika aku harus kembali ke tempatku terdahulu. Betapa besar kekecewaan yang terbesit di hatimu, aku tak pernah tahu. Namun, aku yakin begitu terluka hatimu ketika kamu harus menerima sebuah kenyataan aku harus kembali. Aku memang bukan seorang yang dewasa untuk menerima kenyataan. Kenyataan yang kuceritakan padamu sebelum surat ini sampai.

Namun, ketika aku kembali dan kita beremu lagi lewat dunia maya yang jauh ini, aku semakin merasa dekat padamu. Ingin sekali aku menjumpaimu dan kembali ke Indonesia. Namun aku tak akan kembali seperti kataku. Aku ini seorang laki-laki yang harus bisa mempertanggung jawabkan apa yang aku katakan. Kalau ada kesempatan, aku mau singgah sejenak ke Indonesia, sekedar untuk bertemu denganmu dan temanmu yang juga sering mengirimi aku surat.

Sejak membaca suratmu, aku menjadi begitu hangat bersamamu. Kuanggap kamu sebagai adikku, bukan muridku, juga bukan temanku. Kamu begitu dewasa, bahkan kukatakan kamu lebih dewasa daripada aku.

Betapa girangnya aku ketika suratmu sampai di kotak suratku. Kamu pernah melihat anak kecil yang mendapatkan permen, bukan? Seperti itulah aku ketika suratmu sampai. Aku selalu menduga pasti banyak hal yang akan kamu ceritakan kepadaku. Entah itu studimu, entah itu tentang buku, film, musik, atau yang lainnya.

Oh ya, tahukah kamu? Setiap sajak yang kamu sisipkan di setiap akhir suratmu aku jadikan lagu. Awalnya sekedar keisenganku belaka. Lama-lama aku menjadi tertarik untuk menjadikan setiap sajakmu menjadi lagu. Kadang aku membuka blogmu untuk sekedar mencari apa yang bisa kujadikan lagu. (Aku yakin kamu akan tertawa mendengar suaraku bernyanyi)

Aku begitu berterima kasih atas pemberian lagumu. Itu sangat menyentuhku. Lagumu amatlah membuatku sedikit bangkit dari keterpurukkanku. Seperti katamu, kalau kamu yakin, maka kamu bisa. Aku camkan kata-katamu itu dan kucoba lakukan semampuku. Hasilnya seperti apa yang kuyakini kelak. Aku mulai melupakan masa laluku dan kembali bertanding dengan kenyataan, walau agak berbeda.

Di sini begitu dingin. Kadang cuaca tak menentu. Tidak seperti di Indonesia yang begitu panas. Setelah tiga tahun meninggalkan Indonesia, aku mulai terbiasa dengan tradisi di sini. Aku seperti lahir kembali di sini. Tapi aku tak merasa asing berada di sini. Tak banyak yang berubah sampai sekarang.

Sekarang, aku ingin mendengar ceritamu. Bagaimana hari-harimu? Indahkah? Kuharap demikian. Teruskan keberhasilanmu seperti kamu meyakini aku bahwa aku bisa melawan semua yang telah aku alami selama tahun - tahun lalu.

Adikku, Aveline, berceritalah banyak hal kepadaku. Aku yakin kamu banyak cerita setelah sekian lama kita tidak bercerita tentang keadaan kita masing - masing dalam lintas negara.

Aku merindukanmu...





Your Im

Jumat, 20 Maret 2009

1 Batang 9 Nyawa

Aku hanya benda kecil. Benda yang terisi berbagai macam racun yang perlahan membawa orang menuju kematian. Menuju siksaan. Menuju neraka atau surga. Aku bisa membawa orang kepada hal-hal yang seperti itu. Aku adalah iblis. Iblis yang pandai untuk membuat orang menjadi nikmat karena menghisap tubuhku.

Semua orang ingin tahu jutaan kenikmatanku. Seperti orang yang candu akan narkobanya. Seperti pasangan kekasih yang baru pertama merasakan cinta. Atau seperti orang gila yang ingin mencari apa yang diinginkannya.

Padahal mereka tahu, aku adalah iblis.

Sebatang diriku, membawa sembilan nyawa mati sekaligus. Mereka belum tentu menjadi penghisapku. Mereka hanya orang yang lewat. Sekedar lewat dan menyapa di depanku yang hidup dengan merahnya.

Mereka tahu aku adalah iblis. Dan sekali mendekat padaku, mereka candu.

Candu seperti orang gila ketika tak melihatku dan mengisapku. Candu seperti orang sakau. Candu seperti orang yang enggan untuk menjadi dirinya sendiri. Sakau untuk mencariku dan akulah menjadi dewa mereka.

Batang demi batang dihabiskannya. Akupun tertawa tubuh mereka semua rusak. Mereka kuhancurkan dengan mudah. Dengan mengisap diriku sejenak untuk merasakan nikmat yang tiada bandingnya. Nikmat tanpa jangkauan. Dan surga sendiri adalah mereka bertemu denganku.

Hanya sedikit mereka yang benci dan berjuang dari lepasanku. Sisanya tidak! Mereka masih mengisap dan mengisap. Batang demi batang habis dibakar mereka. Asbak-asbak menjadi penuh karena puingku.

Bahkan akupun memiliki tempat di hati mereka sendiri. Aku adalah belahan jiwa mereka. Aku adalah hidup mati mereka. Aku adalah harta mereka yang tiada batasan. Aku punya posisi sendiri di mata mereka. Aku dikhususkan bahkan memiliki daerah sendiri, kota sendiri, dan museum sendiri. Padahal aku adalah iblis.

Pilinlah aku, bakarlah aku, hisaplah aku. Jadikanlah aku tuanmu, bagindamu, raja untuk hidupmu. Walau pada awalnya, aku tak pernah bermaksud menjadi racun untuk tubuhmu. Aku hanya untuk kepentingan ritual sejenak. Untuk penghangat tubuh dan sebagai permen untuk orang dewasa.

Aku sebagai benda yang dapat membuat kalian menjadi kaya sekaligus menjadi miskin. Aku menjadi bahan bisnis untuk mereka. Menjadi bahan untuk menambah kekayaan negeri. Jadi kebanggaan bangsa. Lantas, harusnya aku memang bersombong diri. Aku memuaskan banyak orang dan menjadi tuan atas mereka yang seperti memujaku dan takut untuk kehilanganku.

Dan akulah pembunuh sembilan nyawa. Termasuk mereka yang menghisapku.



Jakarta, 21 Maret 2009 | 14.27
A.A. - dalam sebuah inisial

Lomba Blog Hadiah Jalan-jalan ke Belanda

Start:     Mar 20, '09
End:     Apr 30, '09
Suka nge-blog atau menulis? Pengen jalan-jalan ke Belanda? Kalo jawannya 'iya' semua, info lomba yang satu ini cocok banget buat kamu ikutin. Keterangan lebih lengkap bisa langsung klik:
lombalomba.com

Lomba Blog Hadiah Jalan-jalan ke Belanda

Kategori Kompetisi:
Non-wartawan: tema tulisan “Studi di Belanda, ticket to a global community”

1. Warga negara Indonesia
2. Berdomisili di Indonesia saat mengikuti kompetisi ini
3. Usia antara 17-28 tahun
4. Belum pernah menempuh studi di Belanda
5. Mendaftar di blog lombalomba.com

Wartawan: tema tulisan “Belanda sebagai negara tujuan studi”

1. Warga negara Indonesia
2. Berdomisili di Indonesia saat mengikuti kompetisi ini
3. Berprofesi sebagai wartawan, dibuktikan dengan kartu tanda pengenal atau surat keterangan dari media yang bersangkutan
4. Usia maksimal 35 tahun
5. Belum pernah menempuh studi di Belanda
6. mendaftar di blog lombalomba.com

Kriteria penjurian

1. Isi sesuai dengan tema yang sedang dilombakan
2. Kreativitas, eksplorasi ide dan ruang lingkuo informasi yang digunakan dalam tulisan yang diikutsertakan
3. Interaksi pemilik blog dengan pembacanya
4. Posting yang diikutkan harus dipublikasikan pada saat kompetisi sedang berangsung, bukan posting yang sudah dibuat sebelumnya
5. Posting belum pernah dibuat sebelumnya
6. Posting bisa berupa tulisan atau tulisan dan foto
7. Maksimal 3 posting untuk satu blogger
8. Tulisan dibuat bisa dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris

Kriteria khusus

1. Satu peserta, satu blog
2. Blog tidak mengandung unsur pornografi dan tidak melanggar ketentuan hukum yang berlaku

Waktu kompetisi:

Kompetisi dibuka mulai 15 Maret - 30 April 2009.

Cara mengikuti

1. Di blog masing-masing:
1. Membuat tulisan/posting sesuai tema dan kategori kepesertaan
2. Setiap tulisan/posting yang diikutkan kompetisi memasang badge kompetiblog yang kode HTML-nya diambil dari halaman Resources
3. Badge ditempatkan pada awal tulisan, di dalam postingan
4. Jika tulisan/posting menggunakan gambar, peserta wajib mencantumkan kreditasi atau asal-usul gambar dan hak ciptanya
5. Setiap tulisan/posting yang diikutkan kompetisi mencantumkan tags “kompetiblog” dan “studi di belanda”
2. Di blog kompetiblog:
1. Mendaftar di halaman pendaftaran
2. Lengkapi data diri yaitu Nama Lengkap (Nama Depan dan Nama Belakang) serta Alamat Blog di halaman user profile
3. Setelah mendapatkan verifikasi, peserta dapat login untuk melakukan “copy and paste” dari tulisan di blognya
4. Kategori yang harus dipilih adalah “peserta”
5. Bagde tidak perlu dimasukkan
6. Tulisan ditutup dengan mencantumkan tautan/URL posting di blog asal milik peserta

MORE INFO
HERE
HERE
HERE

Lomba Resensi Buku Kelompok Penerbit Pro-U Media

Start:     Mar 20, '09
End:     Aug 15, '09
Pro-U Media mengadakan sayembara resensi buku. Sayembara ini berlaku untuk umum (siapapun boleh ikut).
Ketentuan Lomba :
1. Resensi yang kamu kirim adalah hasil karyamu sendiri…!! bukan saduran, jiplakan atau plagiat.
2. Panjang resensi minimal 2 (dua) halaman A-4, 1,5 spasi, font Arial 12. (jangan ditulis tangan… khawatirnya nggak kebaca he..he..)
3. Dikirim melalui pos/paket (tidak menerima pengiriman lewat Fax atau e-mail) apalagi sms… :-p ( ya..iyalah.. boros pulsa gitu loh.. )
4. Buku-buku yang diresensi adalah sbb : (boleh satu buku, beberapa buku atau semuanya gpp)

(a.) Kategori Fiksi
- “Tembang Ilalang” karya MD. Aminudin
- “Kabar Bunga” karya Marsiraji Thahir
(b.) Kategori Non Fiksi
- “Republik Genthonesia” karya Mbah Dipo
- “ Ada Singa Dalam Dirimu” karya Asa Mulchias

Bagi yang pernah merensensi buku-buku di atas dan pernah dimuat di media cetak atau internet (blog, website, milis, dll) akan menjadi nilai plus bagi juri (Tentu dengan melampirkan fotokopi resensi di media cetaknya ya atau mengirimkan link-nya untuk internet..) so..buruaaan masukin tulisan ke koran, majalah, blog, website….dll. ..

Sayembara ini berakhir pada tanggal 15 Agustus 2009

Naskah resensi dikirim ke alamat :

PRO-U Media
d.a. Jln. Jogokariyan 35, Yogyakarta 55143, dengan mencantumkan “LOMBA RESENSI” di pojok kiri atas amplop.

Hadiah bagi pemenang sayembara tiap kategori :
1. Juara 1 : uang tunai senilai Rp 500.000,- dan satu paket buku senilai Rp 700.000,00
2. Juara 2 : uang tunai senilai Rp 400.000,- dan satu paket buku senilai Rp 600.000,00
3. Juara 3 : uang tunai senilai Rp 300.000,- dan satu paket buku senilai Rp 500.000,00

Buku-buku ini juga bisa didapatkan di: TB. Gunung Agung, Gramedia, Toga Mas, Tisera atau di Jakarta 08128024672 / 02168991133, 0213153928, 02193042604, Depok 08129209922, Bandung 08122118475 / 08122221475, Surabaya 0813650643322, Medan 0811647932, Makasar 081355700280, 085299519800, Semarang 081328784604
Atau bisa didapatkan melalui pemesanan ke kantor Pro-U Media, Jl. Jogokariyan 35, Yogyakarta. Telp. 0274-376301

SOURCE HERE

LOMBA TULIS DAN FOTOGRAFI WWF-EVELLA 2009

Start:     Mar 10, '09
End:     Apr 18, '09
Jumlah Hutan Makin Berkurang, Bumi makin panas!

“BUMIKU SATU”

Dalam rangka memperingati Hari Bumi 22 April 2009, WWF-Indonesia Kalimantan Tengah mengadakan Lomba Menulis dan Fotografi bagi siapapun warga negara Indonesia, baik pelajar, mahasiswa maupun umum yang berada di Kalimantan Tengah.

Lomba Menulis (bagi Wartawan & Umum)

1. Tema: Perkebunan Sawit Berkelanjutan, mungkinkah?

2. Tulisan berisi opini.

3. Panjang tulisan antara 1.000 hingga 2.500 kata (2-5 halaman A4), Times New Roman 12 spasi 1,5.

Lomba Fotografi

1. Tema: Potret Manusia dan Kekayaan Alam Bumi Tambun Bungai.

2. Pemotretan dapat dilakukan dengan media film (analog) ataupun digital (Hp, SLR, dll).

3. Hasil pemotretan dikirim kepada panitia berupa soft copy dalam bentuk CD dan cetak 3R. Dibelakang foto ditulis keterangan tentang : Judul foto, Nama pemotret, Lokasi pemotretan, caption dan keterangan foto misalnya ISO, diafragma, shutter speed, merk kamera, dll).

Peserta membawa hasil karyanya (sekaligus mendaftarkan diri) ke WWF-Indonesia Kalimantan Tengah Jl. Krakatau No. 12 Bukit Hindu kode pos 73112 Palangkaraya-Kalimantan Tengah. Peserta dari luar Palangkaraya dapat mengirimkan hasil tulisan/foto kepada panitia dalam bentuk softcopy melalui email (format pdf atau jpeg) ke wwfid-kalteng@wwf.or.id dengan subject “Lomba Tulis BUMIKU SATU” atau “Lomba Fotografi BUMIKU SATU” atau melalui pos.

Pendaftaran/pengumpulan karya: 10 Maret – 18 April 2009 (via email, pos maupun alamat langsung)

Pengumuman Pemenang: 24-26 April 2009

Hadiah Total Rp. 15000.000,-

Informasi lebih lanjut:

Cp: Rhoman Setiawan – 085249492422

Tira Maya Maisesa – 08112504985

SOURCE HERE

Pelatihan Menulis Bersama Kang Arul -Gratis- Khusus Guru, Buruh, dan Kaum Ibu

Start:     Mar 20, '09
Menulis bagi sebagian besar adalah pekerjaan yang susah-susah gampang; susah menuliskan semua ide yang tiba-tiba saja gampang mampir di benak.Menjadi guru di sekolah, menjadi buruh pabrik, dan menjalani peran ibu di rumah merupakan dunia yang penuh dengan warna sekaligus mulia.

Dalam rangka meningkatkan kepedulian untuk Indonesia yang semakin cerdas melalui menulis, Menulisyuk Komunikata akan menggelar pelatihan gratis menulis untuk guru, buruh, dan kaum ibu. Dengan fasilitator Arul Khan [Penulis 199 buku, dosen jurnalistik, dan pemegang Master of Art di bidang Journalism dan Magister Ilmu Komunikasi], RW Dodo [Direktur matapena, pengelola menulisyuk, dan penulis puluhan buku pengayaan sekolah], Dede Sulaiman, dan semua volunter penulis yang tergabung di Menulisyuk Komunikata.

Bagaimana cara ikut serta?

Anda cukup mengumpulkan 10 orang peserta saja untuk memulai kelas menulis ini. Atau Anda bisa mengadakan pelatihan di sekolah tempat Anda para guru mengabdi, di lokasi pabrik atau di tempat tertentu bagi para buruh, dan di lokasi terdekat dari rumah bagi para ibu.

Semua materi disiapkan oleh tim Arul Khan dan tim Menulisyuk. Dan setiap peserta mendapat kesempatan untuk dipublikasikan ke penerbit yang selama ini bekerjasama dengan Menulisyuk Komunikata.

Kirimkan daftar peserta pelatihan ke email redaksi@menulisyuk.com [redaksi at menulisyuk dot com] dan kami akan segera merespon permintaan Anda untuk menggelar pelatihan dan menyesuaikan jadwal.

INGAT: Pelatihan ini sepenuhnya GRATIS.

Informasi selanjutnya klik www.menulisyuk.com

Kegiatan sepenuhnya disponsori oleh Menulisyuk Komunikata, Mata Pena, Media Cyber Persada, Sedaun Printing, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Komunitas Santri, dan Bataviaweb


SOURCE AND MORE INFO HERE

Selasa, 17 Maret 2009

Children Rights




Hari ini, saya menemukan sebuah link yang diberikan oleh teman saya untuk tertuju pada video ini. Video ini berisikan mengenai hak anak yang seharusnya mendapatkan kebebasan di masa kecil mereka menjadi hal yang sebaliknya.

Hari ini juga saya ingin berbagi kepada Anda untuk melihat video ini. Yang disayangkan adalah tak ada suara dalam video ini. Tetapi mari kita ikut ambil bagian dan mari perduli kepada mereka...

Untuk kalian, teman-teman kecil
Hari ini aku banyak belajar kepada kalian
Masih betapa beruntungnya aku
Aku dapat menikmati apa yang kalian tak dapat nikmati
Kadang, aku merasa lelah dan tak ingin mendapatkannya
Tetapi setelah melihat wajahmu yang mengiba
Mengingini apa yang aku dapat nikmati
Masih layakkah aku mengeluh?
Layakkah aku tak mengucapkan syukur?

Teman-teman kecil,
mari... bermainlah... bebaskanlah dirimu
Mari kamu berbagi rasamu kepadaku
Agar aku mendapatkan pelajarannya
Akan kubagi sukaku kepadamu
Agar kamu dapat mengerti dan merasakan
Seperti apa yang ingin kamu rasakan

Senin, 16 Maret 2009

Rp. 450.000,-

Rp. 450.000,-

Aveline Agrippina Tando
Cerita sekilas saja



Sembilan lembar. Ya, sembilan lembar uang lima puluh ribu rupiah telah ada di dalam amplop yang kuambil. Amplop ini seharusnya sudah tiba di tangan Pak Is. Namun amplop ini terpaksa kutahan karena setan dan malaikat sedang berperang.

"Itu bukan uangmu! Berikan!" Malaikat memerintah kepadaku.
"Hei... anakmu sakit. Dia butuh dana besar." Godaan setan merasuki.

Ya, anakku sedang berada di dalam rumah sakit. Aku butuh biaya untuknya. Di sisi lain, aku harus memberikan uang ini kepada Pak Is dari hasil penjualan mesin.

"Ayo! Bergegaslah ke rumah sakit!"
"Jangan! Berikan kepada Pak Is!"
"Anakmu sakit, ayolah! Anakmu yang utama!"
"Itu bukan uangmu, kamu harus tahu!"

Tanpa sadar, aku menerobos masuk ke Ruang Pak Is. Aku langsung masuk tanpa mengetuk pintu. Tak sopan. Ya, tak sopan.

"Pak Is, ini hasil penjualan!" Kusodorkan amplop itu.
"Wah... bagus! Oh ya, kudengar anakmu sakit. Butuh uang?"

Aku mengangguk.

Dia membuka amplop yang kuberikan, menghitungnya. Lalu ia membuka laci mejanya dan menambahkan jumlahnya.

"Ini untuk biaya anakmu! Tak dipotong honor."

Raut wajahku berubah tanpa izin. Ah, malaikat berhasil memenangkan pertarungan dengan setan.

"Terima kasih, Pak."

Pramoedya Ananta Toer




Sabtu, 14 Maret 2009

Menangis

Lelaki itu menangis. Di sudut tembok yang menyiku, dia terduduk sambil menutup wajahnya. Enggan menatap sekitar. Bukan karena diputusi oleh sang kekasih. Bukan karena pernyataan istrinya yang ingin menceraikannya.

Dia masih terdiam sendiri. Masih berdiskusi dengan air mata dan hati yang tersayat-sayat. Dia masih menikmati air mata yang membuatnya jatuh. Ya, jatuh! Jatuh seketika setelah mengetahui anak istrinya mati terbakar.



>>> Setelah membaca koran lama
A.A - dalam sebuah inisial
14 Maret 2009 | 2.41

Jumat, 13 Maret 2009

Ber Hen Ti

Aku mengeja kata itu
Persuku kata

Ber-hen-ti

Aku mendesah nafas
Aku terdiam

Ber-hen-ti

Kata itu terus membayang
Merasuki dan merasuki

Ber-hen-ti



Jakarta yang tak pernah berhenti,
14 Maret 2009


AA - Dalam sebuah inisial

Lomba Menulis Berhadiah Tiket Nonton Iwan Fals

Start:     Mar 13, '09
End:     Mar 21, '09
Ceritakan Wanita Jagoanmu di KaryaKita periode Maret 2009
Kemarin jam 21:41
Ikuti!
KaryaKita Periode 14-21 Maret 2009
Tema “UNTUK YANG PALING CANTIK”
Siapakah wanita jagoanmu?
Ceritakan mengapa kamu mengidolakannya, dan kirimkan fotonya.

1. Karya harus orisinil.

2. Karya berupa cerita pendek non-fiksi, serta foto wanita yang diceritakan (ukuran 4R atau postcard).

3. Diketik dalam kertas ukuran A4, maksimal 500 kata.

4. Akan dipilih 20 nominasi terbaik dan dipamerkan di Pendopo Iwan Fals pada Konser "Untuk Yang Paling Cantik" tanggal 28 Maret 2009 – 15.45 s/d selesai.

5. Hadiah:
a. 10 Terbaik akan mendapat tiket gratis menonton Konser Bulanan Iwan Fals bulan Maret 2009.
b. Dari 10 Terbaik tersebut, dipilih 3 Terfavorit yang akan mendapatkan Merchandise eksklusif Tiga Rambu yang ditandatangani oleh Iwan Fals!

6. Pengiriman KARYAKITA:
a. Via email: karyakita@hotmail. com.
Terakhir diterima tanggal 21 Maret 2009 jam 23.59.
b. Jika dalam bentuk hardcopy kirim ke sekretariat Tiga Rambu:
Kp. Leuwinanggung No. 19 RT 001/RW 003 Cimanggis, Depok 16956.
Pengiriman cap pos tanggal 21 Maret 2009. Mengingat pengiriman via pos akan memakan waktu cukup lama, disarankan karya dikirimkan via email.

7. Cantumkan data diri:
a. Nama,
b. Alamat tinggal,
c. No. telepon dan handphone,
d. Pendidikan / Pekerjaan.

8. Semua karya yang masuk akan menjadi milik Tiga Rambu, maka dari itu Tiga Rambu berhak merubah komposisi karya sehubungan dengan keperluan display.


SOURCE HERE

Selasa, 10 Maret 2009

Kidung Hujan



Hujan, menarilah dalam titik - titik air, mengangkasalah ketika belum turun sampai ke bumi. Jadilah air yang menyejukkan untuk bumi. Jangan lekas berakhir, bawalah tetes - tetes dingin yang melembutkan hati, mendinginkan tubuh setelah penat bertanding melawan waktu.

Hujan, turunlah dan merontoklah dari kaki - kaki langit, biarlah jadi basah seluruh bumi. Lepaskan dahaga dunia setelah mentari memenangkan pertandingan melawanmu. Biarlah ketika malam menjadi selimut langit, engkau senantiasa menjaga dunia dengan rintikanmu.



Hari yang hujan, 10 Maret 2009 | 7.54 PM
A. A. - dalam sebuah inisial

Minggu, 08 Maret 2009

Rhoma Irama - Begadang




Begadang jangan begadang, kalau tiada artinya
Begadang boleh saja, kalau ada perlunya

Begadang jangan begadang, kalau tiada artinya
Begadang boleh saja, kalau ada perlunya

Kalau terlalu banyak begadang
Muka pucat karena darah berkurang
Kalau sering kena angin malam
Segala penyakit akan mudah datang
Darilah itu sayangi badan
Jangan begadang setiap malam

Sabtu, 07 Maret 2009

Sahabat Kehidupan

Hari ini tepat aku merayakan panggilanku sebagai seorang pelayan kekasihku yang ke dua puluh lima. Hari ini juga yang memperingatiku atas kejadian sepuluh tahun  silam, tepatnya 30 November 1995.

Ceriteranya seperti ini, aku adalah seorang anak dari ayah yang pekerjaannya seorang karyawan perusahaan swasta dan ibu seorang dosen di sebuah universitas di Jakarta. Aku mabuk – mabukkan sejak aku ditinggalkan oleh seseorang kekasih yang amat mencintaiku dan begitu juga sebaliknya. Ia bukan menolak cintaku, bukan juga karena usianya yang terlalu muda. Ia meninggal. Tragis. Ia dibunuh oleh seorang sahabat yang amat setia padanya. Bahkan sahabat itu sangat akrab dengan kita.

 Ia mengaku bahwa ia sangat mencintaiku. Dengan sangat terpaksa ia membunuh seseorang kawan yang menurut pengakuannya ia sangat cemburu dengan kekasihku. Setelah aku tahu motif pembunuhan terhadap kekasihku, aku menjadi depresi. Saat pemakaman Eliza, kekasihkupun aku tidak hadir. Selama sebulan di dalam memoriku hanya teringat dia.

Akhirnya, aku menjadi seorang preman jalanan. Aku kebut – kebutan bersama temanku. Aku ngetrek di jalanan Jakarta yang begitu menyesakkan dada akibat polusi udara. Lalu, aku mabuk – mabukan dan menikmati narkotika.

Tiga bulan berlalu, aku memakai barang haram tersebut, lalu aku sangat ketagihan. Sampai saat itu, orang tuaku tidak tahu aku ini seorang pemakai barang haram itu.

Setengah tahun sudah aku memakai barang haram itu, lalu aku mulai merasakan efek sampingnya. Badanku panas dingin. Over dosis akibat barang itu. Saking paniknya, orang tuaku melarikanku ke rumah sakit.

Orang tuaku tahu aku menjadi seorang pecandu narkoba. Hampir tiga bulan aku tidak sadarkan diri. Orang tuaku cemas. Tepat tanggal 6 Oktober 1983, aku kembali bisa melihat dunia. Lalu aku menjalani rehabilitasi narkoba.

Saat aku menjalani rehabilitasi narkoba, aku bertemu dengan sesama pecandu narkoba. Ia telah menjalani rehabilitasi selama tiga bulan. Saat menjalani rehabilitasi, ia bisa melihat seorang sahabat yang sangat menyayanginya. “Aku sudah di sini tiga bulan. Entah berapa juta uang yang telah dikeluarkan orang tuaku. Selama di sini aku sudah membaik,” jawabnya. “Lalu apa saja perubahan yang telah kamu rasakan?” tanyaku. “Aku bisa merasakan Ia ada di sisiku. Di malam hari Ia berkata tobatlah… tobatlah… tobat… Waktumu masih panjang, jangan kau sia – siakan hidupmu,” ,jawabnya. “Siapakah Dia?” tanyaku. “Ialah yang memberikan semangat hidup padaku dan nantinya juga padamu. Kaupun akan tahu siapa Dia nantinya!” jawabnya dengan nada agak meninggi.

Tiga bulan berlalu, sahabatku meninggalkanku setelah ia menjalani rehabilitasi narkoba selama enam bulan. Lambaian tangannya yang mengartikan sampai jumpa bergoyang. Akupun ingin seperti dia, kembali bernafas bebas.

Sebulan setelah sahabatku itu meninggalkanku, aku sudah mulai bisa siapa yang dimaksud dengan Dia yang mengatakan Tobatlah…. Aku tahu Dia adalah Yesus, Kekasihku yang baru, yang menemaniku selama rehabilitasi narkoba ini.

Dua bulan kemudian, aku telah mulai bisa bersahabat dengan Kekasihku yang baru ini sambil menjalani rehabilitasi narkoba yang menyesakkan dada, melelahkan tubuh yang kurus ini, dan yang membosankan selama enam bulan. Tepat tanggal 8 Februari 1984, aku bisa bertemu bersama sahabatku yang mengenalkan aku seorang Kekasih untukku, Yesus.

Aku mencari dia, Hendrawan, yang telah memperkenalkan aku dengan Kekasih yang baru selama di rehabilitasi narkoba. Dua bulan kemudian aku bertemu dia di sebuah rumah makan bersama seorang perempuan.

“Hen, aku sudah tahu siapa yang kau maksud Dia! Aku tahu Hen, aku tahu!” teriakku. “Siapa dia?” tanya wanita yang ada di sebelahnya. “Oh… ini Leo, temanku di tempat rehabilitasi.” balasnya.

Sejak pertemuan itu aku sering menelpon Hendra. Suatu hari dalam sebuah percakapan di telepon, “Hen, aku mau mengikuti jejak Dia”. “Kamu tidak salah? Aku menyetujuinya, ini sebagai denda dosa yang kau perbuat sampai saat itu.”

Hendrapun menyetujuinya. Tetapi, orang tuaku tidak menyetujuinya. Dengan bujukan Hendra dan seorang teman yang pernah hidup di pusat rehabilitasi narkotika, orang tuaku akhirnya mengizinkan dengan sangat terpaksa. Kemudian aku masuk ke Sarikat Jesus. Selama di seminari, aku ditemani Kekasihku, Yesus itu.  Lima tahun kemudian aku menjadi pastor dari Sarikat Jesus.

Tiga tahun kemudian, aku pindah tugas di sebuah kota yang amat terpencil dari kejauhan kota yang bising, Merauke. Pada awalnya aku kesulitan beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Karena keakraban dan keramahan penduduk Merauke, akupun bisa beradaptasi.

Karena di sebuah Gereja di Jakarta kekurangan seorang Imam, akupun dipanggil kembali ke Jakarta. Karena sudah lima tahun tidak bertemu dengan Hendra, akupun menjadi kangen dengannya.

Aku selalu berusaha menghubungi telepon genggamnya, tetapi tidak bisa. Aku menghubungi rumahnya, dan katanya ia sudah pindah.

Di suatu waktu, Kekasihku kembali mempertemukanku dengan Hendra. Tempatnya kini benar – benar sangat indah, di rumah Kekasihku sendiri. Pada waktu itu aku sedang memimpin misa.

Setelah selesai misa, aku bergegas mengejar Hendra. Aku minta nomor telpon dan tempat tinggalnya yang baru. “Hendra, Hendra, apa kabar?” tanyaku. “Baik, kamu ke mana saja? Sudah lama kita tidak bertemu.” “Boleh aku minta nomor telpon dan alamat barumu?”

Ia menyerahkan sebuah kartu nama. Sejak saat itu, hubungan kita yang terputus kembali tersambung. Kita sering telpon, aku pergi ke rumahnya, begitu juga dengan dia, Ia sering sekali main ke pastoran.

Sudah tiga bulan kita tidak lagi berhubungan. Kita terputus dengan kepentingan kita masing – masing.

Suatu malam, berdering telepon untukku. “Selamat malam, apakah saya bisa bicara dengan Romo Leo Wiranata, SJ?” Jawabku, “Ya, saya sendiri. Dari siapa ya?” “Saya istri Hendrawan Gunarto, romo. Saat ini suami saya sedang gawat. Bisakah romo datang sekarang?” Hendrawan Gunarto, seorang yang ku kenal sehat, kini sedang memperjuangkan hidup di ruang ICU. Tanpa pikir panjang ku menjawab,” Saya akan segera ke sana!”

Malam yang diliputi rasa takut, cemas, was – was aku pergi dengan Frater Ricardo dengan diantar oleh Pak Mul, supir gereja menuju ke rumah sakit. Aku langsung menuju ke ruang ICU, terlihat di sana selang – selang tersambung ke tubuh Hendrawan untuk memaksakan agar ia tetap bernafas.

Akupun mendoakan dan memberikan sakramen perminyakan agar Kekasihku masih mau memberinya hidup lagi. Ku berikan sepotong daging dari tubuh Kekasihku. Ku masukkan ke dalam mulutnya.

Dengan nafas yang tersengal – sengal, ia berkata, “ Selamat ulang tahun! Tapi, hidupku cukup sampai di sini. Aku sudah tidak kuat lagi. Teman kita akan menjemputku. Biarkanlah aku pergi bersama Teman kita. Selama kau masih diberikan nafas hidup, manfaatkanlah! Manusia dihidupkan pasti akan mati. Sampai jumpa Leo Wiranata!”

Ia menutupkan matanya selama – lamanya. Nafasnya telah habis. Degup jantungnya berhenti. Semuanya berakhir. Berakhir sudah!

Ku bisikkan di telinganya yang kecil itu, “Aku merelakanmu pergi! Pergilah dalam damai bersama Kekasihku! Selamat jalan Hendrawan! Terima kasih atas pesan – pesan berhargamu itu! Selamat jalan kawan!” Sambil menahan rasa pedih di hati yang mendalam, air mataku jatuh menetes ke pipiku yang merah padam, dadaku yang sesak, ku pegang tangannya yang telah mendingin. Ku relakan ia pergi, seorang sahabat yang mengajariku betapa indah hidup ini. Seorang sahabat kehidupan telah pergi dijemput seorang Kekasihku, Yesus pada hari ulang tahun Imamatku sepuluh tahun lalu.

 

©Aveline Agrippina Tando

 

Kamis, 05 Maret 2009

30 Mei 2009

Mungkin adalah sebuah tujuanmu untuk bergegas ke dunia sana. Dan saya pun tahu mengenai itu semua. Kamu boleh menyapa dirimu sepanjang harimu yang tersisa di dunia sini. Namun ketika kamu tak lagi di sini, aku selalu yakin kamu akan menemukan tempatmu yang lebih membahagiakan. Tapi tak sebahagia di sini.

Ya, saya akan mengantar teman saya ke belahan dunia lain. 30 Mei 2009. Dia akan menemukan tempat lainnya. Berjumpa dengan kedua orang tuanya yang menantinya di sana. Mungkin dia yang akan berbahagia di sana. Namun saya selalu mengatakan dengan ejekan untuknya. "Suatu hari nanti, dirimu bakal mencariku lagi yang ada di sini."

Saya tak mengerti mengapa di dunia ini harus ada yang namanya perpisahan. Dan perpisahanlah yang selalu menjadi cikal bakal seseorang untuk berduka. Untuk apa ada pertemuan ketika semua harus dipisahkan dengan perpisahan? Bukankah semua itu menjadi sebuah kesia-siaan dengan apa yang kita isap sari-sarinya?

"Hei... lo bakal ke Amrik (Amerika Serikat), kan?" tanyaku suatu hari ketika sedang sibuk mengerjakan majalah dinding.
"Sialan! Tahu dari mana lo?"
"Evander bilang sewaktu SMS lo sampai ke Vini."
"Sialan! Ember banget si Evander."

Saya langsung tertawa. Namun saya langsung bertanya - tanya untuk apa kamu menyimpan semua rahasiamu mengenai kepergianmu? Untuk apa? Toh, pada akhirnya semua orang juga akan tahu kamu akan berlari dari dunia ini dan ke dunia sana.

Sanjaya Pratama
. Saya menuliskan ini untukmu dengan penuh rasa persahabatan sebelum kamu berangkat ke Amerika. Berjumpa dengan keluargamu di bumi yang baru. Menjumpai nuansa baru. Menjumpai segalanya yang baru. Termasuk teman - teman yang baru. Termasuk guru - guru yang baru. Termasuk apapun yang baru. Adanya yang tak ada di dunia ini akan kau temui di duniamu yang baru.

Mungkin ketika kamu membaca tulisanku ini, kamu akan tertawa. Untuk apa aku menuliskan kepergianmu? Sebelum tawa itu menjadi tangis perpisahan, ada kala baiknya kita menerima kehilangan dulu sebelum kehilangan yang nyata datang kepada kita sehingga semua yang kita jalani sebelumnya akan menjadi keringanan di masa mendatang.

Untuk suaramu yang belum mengadahkan kehilangan, memang terlalu dini untuk menuliskan semua ini. Masih dua bulan lagi kamu berangkat. Ya, aku tahu semua itu. Tapi tidakkah kamu tahu bahwa menyembuhkan luka kepergianmu lebih dini semakin baik dibanding ketika kamu mengucapkan "selamat tinggal" semenit sebelum keberangkatanmu? Itu menyakitkan!

Saat ini kamu boleh tertawa. Tertawa bahwa dunia yang sampai saat ini kita pijaki (dan yang akan kamu tinggalkan) adalah sebuah dunia yang penuh humor. Humor yang sama sekali tak bisa dilogikakan. Banyak yang miskin. Banyak yang kaya. Banyak yang tampan. Banyak yang jelek. Apapun ada di dunia yang ini.

Dan dua bulan kemudian, ketika kamu menginjakkan kaki di duniamu yang baru, menghirup oksigen di dunia yang baru, tak akan ada yang benar - benar sama seperti di dunia ini.

Setidaknya kita pernah bertemu. Berjabat tangan. Bertegur sapa. Bertatap muka. Berdiskusi. Bercanda. Lalu melambaikan tangan melambangkan perpisahan.

Sebelum kamu bertanya untuk apa saya menuliskan semua ini, ada baiknya saya menjawab dulu sebelum pertanyaan diluncurkan. Saya menulis ini sebagai rasa pertemanan saya. Rasa persahabatan saya denganmu, dengan teman - teman di kelas saya yang baru. Saya menemukan sesuatu yang baru di tahun yang baru. Saya menemukan sukacita yang baru di tahun yang baru. Saya menemukan dukacita yang baru di tahun yang baru.

Setidaknya tulisan ini menjadi pengingat saya bahwa saya pernah menemui orang yang mau berteman dengan saya. Menjadikan sebuah benih pertemanan menjadi pohon persahabatan. Dan pada akhirnya kita jua yang akan memetik buah hasil panen pohon itu. Kita juga yang akan mencicipi rasa buahnya. Entah manis atau asam.

Tulisan ini dibentuk dengan jutaan rasa yang tak bisa saya katakan. Semua yang telah kita lakoni dan apresiasikan pada bumi ini akan berbaur menjadi satu, kenangan. Simpan semua tawa, canda, ejek, iseng, marah, egois, dan semuanya yang pernah bumi ini tahu dan disaksikannya.

Sekarang silahkan kamu tertawa sepuasmu, namun ketika kamu berada di belahan dunia yang baru, kamu akan memetik hasilnya.

Nah, Sanjaya, aku sebagai temanmu mengucapkan selamat jalan. Mengucapkan terima kasih untuk semua kebaikan yang pernah kamu berikan. Juga aku mengucapkan kata maaf ketika aku khilaf untuk berbuat sesuatu yang tak seharusnya menurutmu.

Selamat datang di duniamu yang baru! Selamat mengenang bumimu yang ini dari kejauhan sana!

Kita akan berjumpa lagi di mana dan kapan, aku tak pernah tahu.



A.A. - dalam sebuah inisial
Jumat, 6 Maret 2009

Senin, 02 Maret 2009

Apa yang Kalian Tujukan pada Hidup Ini?


"Kehidupan menjadi sangat sulit dan rumit kalau kita membiarkan diri kita berlari terus ke tempat tujuan. Lupa bahwa hari ini, di tempat ini, dengan badan yang ini, plus jumlah rejeki hari ini, juga menghadirkan 'tujuan-tujuan' besar yang tidak kalah menariknya." - Gede Prama

Orang bilang kalau hidup itu harus punya arah, punya tujuan yang baik. Lantas, apa semuanya harus diraih dengan mudah? Saya selalu bertanya pada hidup tentang apa yang hendak saya gapai pada waktu berikutnya. Entah satu menit lagi, satu hari lagi, atau satu tahun lagi.

Saya tak pernah lupa dengan apa yang dikatakan oleh teman saya,"cita-citamu adalah tujuan hidupmu, maka gapailah!" Sejak kecil, saya sudah memiliki beberapa cita-cita, namun beranjak tua, saya semakin sadar bahwa saya adalah orang yang egois. Egois untuk memperebutkan cita-cita itu semua. Saya berjuang mati-matian.

Benar! Saya berjuang mati-matian. Sewaktu SMP, di sekolah saya ada kelas unggulan. Nah, orang lain mungkin tak pernah tertuju untuk masuk ke dalamnya. Tetapi dari ratusan siswa di sana, ada seseorang yang berjuang untuk masuk ke sana. Berjuang agar tak tersingkir dari mereka yang tak sepenuhnya berjuang.

Akhir cerita, sayalah orang itu. Dan saya yang menembus sebuah tiket untuk saya sendiri. Tiket kursi di kelas itu. Kelas eksklusif. Masuk di sana juga saya berjuang mati-matian. Saya mempertahankan semua yang telah saya miliki.

Namun kelamaan, saya disadari oleh lingkungan hidup saya. Saya memang orang egois! Saya ingin merebut semua yang di mata saya dianggap baik. Saya orang yang tak pernah puas. Saya orang otoriter. Saya orang... Saya orang... Saya orang... Masih banyak lain yang membuat saya diam bahwa semua yang ada di mata saya yang baik itu tak perlu direngkuh semua.

Sebagai manusia yang normal dan ingin baik di masa depan, saya pun punya cita-cita. Puluhan cita-cita di otak. Sampai ketika seseorang bertanya pada saya, "Apa cita-citamu kelak di masa depan?" Saya sampai berpikir yang mana yang akan saya utamakan. Semua cita-cita itu adalah tujuan hidup saya. Dan semua saya utamakan.

Semakin bertambah hari, cita-cita itupun semakin berkurang. Saya ingin menjadi seorang ini. Saya ingin menjadi seorang itu. Lalu diikuti kelak saya akan membuat ini. Saya akan membuat itu. Semua adalah tujuan hidup saya nantinya.

Apakah ketika tujuan itu yang saya ambil tergapai, akankah saya menjadi seorang yang bahagia dan puas dengan semua yang telah saya peroleh? Kembali lagi ke cerita saya. Ternyata sampai di kereta, saya malah berjuang mati-matian mempertahankan kursi saya.

"Av, bagaimana tahunmu saat ini?" tanya seorang sahabat.
"Masih merealisasikan proyek-proyek."
"Hah? Masih?"
"Iya. Proyek saya terlalu banyak. Terpaksa saya kayuh satu-satu."

"Apa tujuan hidupmu, Av?"
"Hmmm... apa ya?"
"Lho kok malah balik nanya?"
"Tujuan hidup saya masih terlalu banyak."
"Banyak pijimana toh?"
"Saya ingin ini... Saya ingin itu..."

Sejak saat itu, saya mulai menekan tombol delete untuk tujuan hidup saya yang sama sekali saya tak dapat tempuh atau saya merasa menjadi beban untuk hidup saya. Perlahan, saya mulai menyadari bahwa tujuan hidup saya hanya tersisa lima. Bukan lagi puluhan. Apalagi sampai ratusan. Dan semua yang di mata saya bukan seluruhnya untuk saya ambil menjadi tujuan dan cita-cita di masa depan, melainkan hanya sepercik godaan yang baik bak seekor kutu menari di atas badan kerbau.

"Apa tujuan hidupmu, Av?"
"Sekedar menjadi seorang yang baik. Tetap menjadi seorang yang anti rokok, narkoba, dan global warming. Masih menjadikan kata-kata sebuah perlawanan untuk mereka. Membahagiakan keluarga. Dan karir yang baik."
"Bukan lagi seratus?"
"Hahaha... seratus, Mas? Itu dulu!"
"Yang sembilan puluh lima ke mana?"
"Dihapus dari daftar hidup."

Dengan demikian, tujuan hidup saya bukan menjadikan beban untuk saya melainkan sebuah motivasi pribadi bahwa itulah yang hendak saya gapai ke depannya bukan dengan mati-matian namun dengan benar. Setidaknya di perjalanan ini, ada kebahagiaan yang bisa diambil sebelum semua tujuan tercapai.

Nah, apa yang kalian tujukan pada hidup ini?



Jakarta dalam paginya, 2 Maret 2009

A A - dalam sebuah inisial