Selasa, 09 Oktober 2012

Merayakan Che Guevara

duhai kasih
aku sebenarnya berharap ada kau disisiku
bercumbu dalam orasi-orasi tentang pembebasan
berkasih-kasih dalam debat panjang revolusi
berpeluk mesra dalam kejaran tirani

duhai kasih
aku sebenarnya berharap kau ada disisiku
berjalan bergandengan dengan kaum tertindas
bernyanyi mesra dalam tarian penantian
atau hanya sekedar diam dan saling memandang
sambil berpikir berdua adakah ruang untuk kita
berucap mesra dalam tangisan kehilangan

duhai kasih
sekali lagi aku berharap
bukankah kamu tau
revolusi butuh pejuang
siapkan dirimu...
agar kutanamkan benih revolusi dirahimmu

***

aku tahu, ya aku tahu!
jika aku keluar, sungai menelanku
inilah takdirku, hari ini aku pasti mati!
tapi tidak, kekuatan jiwa kan mengatasi segalanya
ada beribu rintangan, ku akui itu
tak kan ku keluar
jika harus mati, biarlah terjadi di gua ini

peluru, apakah yang dapat ia lakukan
jika takdirku adalah mati tenggelam?
tapi, kan kukalahkan takdir itu
kekuatan jiwa kan mengalahkannya

mati? tentu saja!
tapi di tembusi peluru, di robek banyonet?
TIDAK!
tenggelam, tidak!
kenangan kan mencatat namaku abadi
aku melawan!
aku mati melawan!




- Che Guevara

Minggu, 23 September 2012

Perihal: Eulogi

G,
bagiku semua kehilangan adalah hal yang menyakitkan, bagaimana tidak ketika kau harus melepas orang yang kaukasihi dan tidak lagi dapat menggapai mereka. kepedihan bagai tombak yang menikam punggungmu, sampai berdarah menembus jantungmu, lalu lenyap. keniskalaan yang kaudapatkan.

G,
bagiku semua kesedihan adalah sama, tidak bisa tidak untuk belajar merelakan atau tetap berjalan bersama waktu yang tidak akan pernah meninggalkanmu dan aku. sementara itu kehilangan akan semakin nyata saat orang yang kaukasihi berlalu dan berjalan entah ke dunia mana lagi.

G,
bagiku semua kehilangan dan kesedihan adalah sama. yang berbeda pada saat kautahu apa yang kaurasa hilang dan dukamu semakin mendalam. untukku, kehilangan yang paling menyakitkan bukan pada saat kaurasakan kehilangan akan seseorang, tetapi ketika kau telah kehilangan hatinya.

karena cinta yang kaukasihi itu tidak akan lagi berlabuh kepada dirimu



Jakarta, 23 September 2012 | 19.32

A.A. - dalam sebuah inisial

Jumat, 14 September 2012

Medio September

puisi-puisimu tidak berbeda seperti daun-daun kering
: berserak di mana-mana, meminta orang memungutnya
setiap kata yang terempas di kertas tidak dibiarkannya diam
hanya seakan-akan butuh kepastian untuk berharap lebih
saat waktu memasuki September dan bergegas pergi

sampai suatu saat, kesadaran manusia pun ada
tidak ada yang tidak fana di dunia ini
dan kekekalan hanyalah bukti nyata tentang manusia
yang ingin menyamakan diri dengan penciptanya


Bandung, 15 September 2012 | 02.32

A.A. - dalam sebuah inisial

Rabu, 12 September 2012

Tentang Musim Gugur

katanya, musim gugur akan segera berakhir
menghabiskan usianya yang tersisa di tahun ini
kelak ia akan berangkat ke tahun yang lain
dengan cerita yang berbeda, menemui orang-orang baru
seakan musim gugur akan menjadi sebuah kerinduan

lalu, setiap orang akan berhadapan dengan musim lain
di mana akan semakin jarang terlihat dan ditemukan
ranting-ranting yang gugur di kala petang tiba
angin yang membawa daun berterbang ke luasnya langit
dan mengiring cinta yang tidak akan pernah putus


Bandung, 12 September 2012 | 18.23

A.A. - dalam sebuah inisial

Senin, 27 Agustus 2012

Bukan Euforia Kekasih

G,
senyata apa kita bisa menyentuh perpisahan
semampu apa kita bisa memeluk bahagia
atau itu hanya bagian dari euforia sesaat saja

eulogi untuk petang yang akan berangkat
fitri kepada muasal di langit yang menjingga
tapi bukankah demikian hidup akan kembali ke asal
bagai jerami yang mengering bersama usia

ada fajar di pangkal hari esok, bisakah membuatmu tersenyum?

mereka yang berlalu dari kota, mengatakannya mudik
menciptakan kekosongan kota dan kepedihan yang asing
kealpaan waktu tidak lagi seperti gurauan semata
melawan ketiadaan, kekosongan, seperti melawan stigma

perlu air mata, darah, dan juang yang terlalu mahal, G

langkah di pucuk rinai hujan memeluk yang akan berangkat
mengantar seseorang yang disebut kekasih untuk kembali
berpisah sejenak, merasakan bahagia sendiri-sendiri

tapi tidaklah senikmat bersama

bukankah begitu, G?




Bandung, 27 Agustus 2012 | 18.22

A.A. - dalam sebuah inisial

Jumat, 17 Agustus 2012

Keputusan

semudah keputusan untuk berangkat
kaumengepakkan segala keperluanmu
pergi ke stasiun, membeli tiket
jika tiada, kau akan berlari ke terminal
mencari tiket yang masih tersisa
atau kau memilih bermalam sejenak di sana

semudah keputusan untuk berkelana
kau berjalan ke mana saja tanpa tujuan
kau berlalu melintasi apa saja
kau bertemu dengan orang-orang asing
berbicara dengan bahasa yang mengerutkan dahi mereka
atau memilih bermalam di jalan yang sepi dan sunyi

semudah keputusan yang kita buat
segala konsekuensi menjadi kesenangan
atau penderitaan


Jakarta, 17 Agustus 2012 | 20.07

A.A. - dalam sebuah inisial

Minggu, 12 Agustus 2012

Tentang Prolog

Adalah sebuah terima kasih karena kamu telah berani masuk ke dalam hidupku, mengisinya dengan apa yang mungkin tidak dapat orang lain rasakan, memberikanku harapan yang seharusnya aku tak perlu berharap setinggi apa yang ada di dalam pikiranku. Kemudian kamu memilih untuk keluar, meninggalkan aku bersama harapan itu. Kosong. Harapan itu tidaklah bernilai apa-apa. Lalu, tidak ada jejak yang kamu tinggalkan sebagai pertanggungjawaban atas perasaan yang telah kamu tanamkan kepadaku

Aku marah. Marah kepada kamu, marah kepada diriku sendiri. Marah kepada orang-orang di sekitarku yang membuatku mengenal kamu. Harapan yang kosong itu berisi amarah. Air mata yang membuatku tidak lagi merasakan dunia sekitar. Aku marah dengan air mataku sendiri. Betapa lancangnya ia datang untuk menjadi senjata bagi kaum perempuan dan aku tidak bisa pernah menerimanya. Ia adalah titik lemah, bagiku.


- sebuah bagian yang belum usai