Kamis, 27 Maret 2008

Buatku Menangis

Kau membalas dendammu padaku

Dengan cara yang demikian menyakitkan

Sampai aku harus takluk di kakimu

Mengangkat tanganku dan berteriak ‘KALAH’

Di mana harga diriku kau pertaruhkan

Kau membenciku dan membuatku terhina

Terhina dan menyakitkan sekali

Pedih... rasanya hati ini kau buat demikian

Kau bawa pergi dan kau tindas aku

Seolah kita tak saling kenal

Kau menghancurkan sisa hidupku dengan mencaciku

Itulah yang sempurna di matamu

Menaklukan segala sikapku

Balasan atas apa yang telah kulakukan padamu

Aku tak akan mendendam

Seperti kau mendendam padaku

Biarkan kau membuatku menangis

Menangisi segala kedendamanku

Yang sedemikian ku tak kuasa memegangnya dan sadar

Kau membuatku menangis

Agar ada kepuasan dalam dirimu

Mengapa Kau Makan

Aku berjalan di pinggir jalan siang itu

Terik siang menyapa hariku

Aku terus melangkahkan kakiku

Dan aku berhenti untuk membeli minum sejenak

Namun, aku melihat kau

Mengais sampah di pinggir kota itu

Kau temukan roti sisa

Kau makan

Mengapa kau makan?

Itu telah menjadi sampah!

Sejahat itukah kemiskinan merampas hakmu

Kuberikan sepotong utuh roti untukmu

Semoga dengan sepotong roti yang tak seberapa untukmu

Dapat mengenyangkan ragamu

Tanpa harus kau makan sampah pinggir kota itu!

Selasa, 25 Maret 2008

Akupun Menangis di Dalam Hati

Kemarin malam, aku melihatmu
Bersama sesosok lelaki tua berkumis
Entahlah, siapakah dia
Yang jelas aku melihatmu bersamanya
Lelaki itu tua meronta – ronta
Mengulurkan tangannya di depan kaca jendela mobilku
Namun, aku hanya dapat terpaku, dik
Melihat kau dan dia
Apa dayaku untuk membantuku
Hanya sekeping uang logam cukupkah
Belum sempat kuberikan sekeping logam itu, kau pergi
Dari jauh aku melihatmu dan dia
Kau menggandengnya
Ternyata, dia buta
Aku menyesal tak bisa membantumu
Aku bagai pahlawan kesiangan
Aku menangis, aku sedih melihat keadaan kalian
Hatiku sungguh tanpa daya
Lemas seketika kau menjauh
Aku hanya dapat menangisimu dalam hati
Aku tak dapat membayangkan keadaanmu nantinya
Maafkan aku, saudaramu yang angkuh!

Saudara, aku akan membantumu di dalam doaku

Akhir yang Indah

Ketika kuratapi perjalanan hidup

Yang katanya seperti roda

Terkadang di atas ataupun terkadang di bawah

Memang sepatutnya kuucapkan syukur

Atas apa yang telah diberikanNya

Memang segalanya tak pernah mudah dilalui

Mana kala aku harus melangkah

Tanpa ada pengharapan yang tersisa

Meringis sajalah di pinggiran sisa

Kehidupan yang harus berjalan

Hidup ini hanya sekali saja

Tak akan ada untuk yang kedua kali

Dan aku ingin mengakhiri hidupku

Dengan akhir yang indah

Kegelapan Kehidupan

Mengapa aku harus hidup sendiri

Di tengah kegelapan ini

Mengapa? Mengapa?

Apa salahku?

Sampai – sampai aku harus terpenjara dalam kegelapan ini

Tanpa ada yang bisa menemaniku

Ke mana sahabatku pergi?

Mengapa mereka meninggalkanku?

Apakah aku yang harus hidup dalam kegelapan ini

Hanya aku seorang?

Ajari Aku Mencintaimu

Apakah hasrat hati telah tertabur padamu

Akankah engkau yang menjadi yang terakhir

Tapi bagaimana caranya untuk mencintaimu

Ajari aku untuk mencintaimu

Dalam ketidaksempurnaanku

Di mana aku harus bisa menerimanya

Di antara ketulusan cinta

Kuingin kau yang menjadi bagian hidupku

Karena kaulah matahari kehidupanku

Yang bersinar setiap harinya

Menghidupi hidupku

Karena kaulah cahaya bulanku

Yang bersinar kala malam melarut

Dalam mimpiku yang panjang

Untuk merindukanmu tiap detiknya

Ajari aku untuk mencintaimu

Dalam segala ketidaksempurnaan

Di mana Cinta Sejati Berada

Kemanakah aku harus melangkah

Meratapi kehidupan untuk menjadi sempurna

Walau aku sadar

Aku tak akan pernah bisa sempurna

Apakah kata ’cinta’ itu sungguh ada

Apakah agar orang menjadi sempurna harus memilikinya

Dan di manakah cinta itu berada

Ke manakah aku harus mencarinya

Apakah sesungguhnya aku telah memiliknya

Tapi aku tak pernah menyadarinya

Di manakah dia

Di mana kesejatian sebuah cinta itu

Ke manakah aku harus pergi untuk mencarinya

Jumat, 07 Maret 2008

Betapa Cinta Itu Meluluhkan Aku

Seandainya aku tak pernah bertemu denganmu

Aku tak pernah mengenal cinta ini

Cinta yang sanggup meluluhkan hatiku

Di mana terlihat dua insani bermesra

Di tangga kedamaian di tengah keabadian

Ke mana detik ini akan kuraih

Bersama mimpi dan angan yang mengembara

Di tengah sandiwara suatu kehidupan

Adanya lakon palsu di tengah kepercayaan

Betapa cinta itu

Sanggup meluluhkan hatiku yang tak pernah mengenalnya

Bagaimana caranya dan apa rahasianya

Agar aku dapat mempercayaimu seorang diri

Mengenalmu

Mengapa aku harus mengenalmu?

Seandainya saja aku tak pernah mengenalmu

Aku tak mungkin terluka sedalam ini

Ataupun aku tak usah mengenalmu

Agar luka ini tak semakin lebar teriris

Tangismu Membuatku Luka

Ketika aku merasa kau semakin menjauh

Dan tak ada lagi yang bisa kuajak bicara

Aku sadar, kau menjauh dariku

Memojokkan diri, menangisiku

Tanpa sebab yang pasti

Dengan rasa kepedihan di hati

Menjauhlah ketika kau menangis

Karna air matamu membuatku terluka

Air matamu sanggup merobekkan hatiku

Tanpa waktu yang pasti untuk menyembuhkannya

Biarkanlah aku tersudut sendiri

Tanpa melihat air matamu yang mengaliri

Masuk ke dalam hatiku

Yang membuatku terluka

Meradanglah Segalanya

Aku tak mau lagi melukakanmu

Berikanlah aku kesempatan kedua

Melanjutkan sisa hidupku bersamamu

Dalam angan yang pernah hilang

Tersurut dalam angin yang tersapu

Membawa ombak menggulung

Menepi ke pantai menyapa hariku

Tanpa senyum dan tatap ceria

Kala dulu aku bersamamu

Di mana banyak kisah kita yang terukir

Manja dalam peluk kasih hangatmu

Terbisir ombak yang membasahi

Setiap butiran pasir di pantai

Membawa kenangan yang telah tersurut

Aku tak mau lagi

Kehilangan dirimu untuk kedua kalinya

Sampai saat itu tiba

Kau kembali menatapmu

Menatap kedua bola mataku

Tanpa dendam yang terpeluk di matamu

Agar segalanya kembali menjadi indah seperti dulu

Biarkanlah aku menangis, menunggumu kembali

Sampai mengenangmu dalam mimpiku

Agar semuanya kembali menjadi indah

Tanpa mengorek luka lama

Yang telah meradangkan hati kita

Untuk kembali ke masa lampau

Bunuh Aku

Bunuh aku dengan membenciku

Di sudut ruangan yang sepi

Tanpa ada yang mendengar

Hembusan nafas terakhirku

Kapan tiba saatnya

Kau menghujam hatiku

Sampai aku tak lagi dapat mengelak

Detik itu pasti kembali

Membawamu bersama dengan pisaumu

Menghujam pedihnya segala

Akan mimpi dan pengharapan yang telah sirna

Bunuh aku dengan membenciku

Agar semuanya membuatmu kembali tertawa

Takut

Aku begitu takut menghadapi detik –detik yang kulalui

Karena aku tahu

Aku harus berjalan dalam kegelapan

Dalam kesendirianku

Tanpa ada yang bisa menemaniku

Dalam perjalanan ini

Tuhan, biarlah Kau menemaniku

Dalam kesendirian ini

Agar aku mampu berjalan dalam kegelapan malam

Dan di tengah badai yang menghadang

Kehidupanku di tengah laut

Yang penuh ombak besar ini

Sabtu, 01 Maret 2008

Biarkanlah Aku Menatap Mimpi

Hiduplah aku dalam kesendirian
Kehilangan tanpa dirimu
Memendam sakit yang membara hati
Yang benar – benar tak lagi tertahan
Saat melihat kau bersama yang lain
Bergandeng tangan untuk membuatku iri

Aku memang tak sesempurna dia
Mungkin karma inilah kau memilih dia
Atau kau tak mau lagi denganku
Karna aku tak pernah memberikanmu yang terbaik

Mungkin inilah saatnya
Aku menatapmu dalam mimpi tidurku yang panjang
Saat kelabu pergi dari ujung dunia
Agar aku dapat merindukanmu sesaat
Ketika adanya kesakitan dalam tubuh

Biarkanlah aku menatapmu dalam mimpi
Walau keadaanya tak akan sesempurna ku metatapmu secara dekat

Tears In My Heart

Ku sungguh – sungguh tak dapat melupakanmu
Ini adalah perasaan yang benar – benar berat
Menerpa badai kehidupanku
Di tengah keterpurukkan hidupku

Mengapa harus air mata yang tertumpah
Mewarnai seluruh kehidupanku
Seolah – olah ini semua adalah cerita sedih
Yang berjalan mengiringi langkahku

Andai saja kau tahu perasaanku
Yang kini ada air mata yang mengalir di hatiku
Tanpa ada keceriaan yang terselip di dalamnya
Aku benar – benar kehilanganmu, sayang
Andai kau menyadarinya