Minggu, 01 Juni 2008

Soe Hok Gie - The Biograph

SOE HOK GIE – THE BIOGRAPH

 

Data Pribadi

 

Nama lengkap              : Soe Hok Gie
Lahir                            : Jakarta 17 Desember 1942
Meninggal                     : Puncak Semeru 16 Desember 1969
Anak dari                     : Soe Lie Pit (Salam Sutrawan), Penulis
Adik dari                      : Soe Hok Djien (Arief Budiman), Dosen Universitas Kristen Satya Wacana
Hobi                             : Naik gunung, menulis, berpetualang, berdiskusi
Anak ke                       : Empat dari lima bersaudara

 

Pendidikan

 

SMP Strada Jakarta
SMA Kanisius Jakarta
Universitas Indonesia Fakultas Sastra

Peran

 

Pendiri MAPALA (Mahasiswa Pecinta Alam) Universitas Indonesia
GMSOS (Gerakan Mahasiswa Sosialis)
Grup Diskusi Universitas Indonesia
Penulis produktif pada surat kabar
Staf redaksi Mahasiswa Indonesia (Surat Kabar)
Anggota KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia)

 

Buku

 

Orang-Orang di Persimpangan Kiri Jalan (Skripsi Sarjana) - 1997
Di Bawah Lentera Merah (Dilarang beredar oleh orba) - 1917-1920 Download di sini
Zaman Peralihan (Kumpulan essay) -
Catatan Seorang Demonstran (Buku Harian, LP3ES) - 1983
30 Tahun mengenang Soe Hok Gie (Iluni FSUI & Mapala UI)
Soe Hok Gie: Pergulatan Intelektual Muda Melawan Tirani (John Maxwell) - 1997
Jejak Kampus di Jalan Alam (Badan Penerbit Mapala UI). Terdapat kisah petualangan Soe Hok Gie di alam bebas.

 

Quotes yang diambil dari buku Gie

“Seorang filsuf Yunani pernah menulis … nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda.”

“Kehidupan sekarang benar-benar membosankan saya. Saya merasa seperti monyet tua yang dikurung di kebun binatang dan tidak punya kerja lagi. Saya ingin merasakan kehidupan kasar dan keras … diusap oleh angin dingin seperti pisau, atau berjalan memotong hutan dan mandi di sungai kecil … orang-orang seperti kita ini tidak pantas mati di tempat tidur.”

“Yang paling berharga dan hakiki dalam kehidupan adalah dapat mencintai, dapat iba hati, dapat merasai kedukaan…”

(Dari sini)

 

Ungkapan – ungkapan Gie

“Pertanyaan pertama yang harus kita jawab adalah: Who am I? Saya telah menjawab bahwa saya adalah seorang intelektual yang tidak mengejar kuasa tapi seorang yang ingin mencanangkan kebenaran. Dan saya bersedia menghadapi ketidak-populeran, karena ada suatu yang lebih besar: kebenaran.”

“Bagiku sendiri politik adalah barang yang paling kotor. Lumpur-lumpur yang kotor. Tapi suatu saat di mana kita tidak dapat menghindari diri lagi, maka terjunlah.”

“Guru yang tak tahan kritik boleh masuk keranjang sampah. Guru bukan Dewa dan selalu benar, dan murid bukan kerbau.”

“Nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda.”

“Saya memutuskan bahwa saya akan bertahan dengan prinsip-prinsip saya. Lebih baik diasingkan daripada menyerah terhadap kemunafikan.”

“Mimpi saya yang terbesar, yang ingin saya laksanakan adalah, agar mahasiswa Indonesia berkembang menjadi “manusia-manusia yang biasa”. Menjadi pemuda-pemuda dan pemudi-pemudi yang bertingkah laku sebagai seorang manusia yang normal, sebagai seorang manusia yang tidak mengingkari eksistensi hidupnya sebagai seorang mahasiswa, sebagai seorang pemuda dan sebagai seorang manusia”.

“Saya ingin melihat mahasiswa-mahasiswa, jika sekiranya ia mengambil keputusan yang mempunyai arti politis, walau bagaimana kecilnya, selalu didasarkan atas prinsip-prinsip yang dewasa. Mereka yang berani menyatakan benar sebagai kebenaran, dan salah sebagai kesalahan. Dan tidak menerapkan kebenaran atas dasar agama, ormas, atau golongan apapun.”

“Masih terlalu banyak mahasiswa yang bermental sok kuasa. Merintih kalau ditekan, tetapi menindas kalau berkuasa. Mementingkan golongan, ormas, teman seideologi dan lain-lain. Setiap tahun datang adik-adik saya dari sekolah menengah. Mereka akan jadi korban-korban baru untuk ditipu oleh tokoh-tokoh mahasiswa semacam tadi.”

“Sejarah dunia adalah sejarah pemerasan. Apakah tanpa pemerasan sejarah tidak ada? Apakah tanpa kesedihan, tanpa pengkhianatan, sejarah tidak akan lahir?”

“Bagiku perjuangan harus tetap ada. Usaha penghapusan terhadap kedegilan, terhadap pengkhianatan, terhadap segala-gala yang non humanis…”

baju-kebesaran.JPG"Kita seolahmerayakan demokrasi, tetapi memotong lidah orang-orang yang berani menyatakan pendapat mereka yang merugikan pemerintah.”

“Bagi saya KEBENARAN biarpun bagaimana sakitnya lebih baik daripada kemunafikan. Dan kita tak usah merasa malu dengan kekurangan-kekurangan kita.”

“Potonglah kaki tangan seseorang lalu masukkan di tempat 2 x 3 meter dan berilah kebebasan padanya. Inilah kemerdekaan pers di Indonesia.”

“To be a human is to be destroyed.”

“Saya tak mau jadi pohon bambu, saya mau jadi pohon oak yang berani menentang angin.”

“Saya putuskan bahwa saya akan demonstrasi. Karena mendiamkan kesalahan adalah kejahatan.”

“I’m not an idealist anymore, I’m a bitter realist.”

“Saya kira saya tak bisa lagi menangis karena sedih. Hanya kemarahan yang membuat saya keluar air mata.”

“Bagiku ada sesuatu yang paling berharga dan hakiki dalam kehidupan: dapat mencintai, dapat iba hati, dapat merasai kedukaan.”

“Saya tak tahu mengapa, Saya merasa agak melankolik malam ini. Saya melihat lampu-lampu kerucut dan arus lalu lintas jakarta dengan warna-warna baru. Seolah-olah semuanya diterjemahkan dalam satu kombinasi wajah kemanusiaan. Semuanya terasa mesra tapi kosong. Seolah-olah saya merasa diri saya yang lepas dan bayangan-bayangan yang ada menjadi puitis sekali di jalan-jalan. Perasaan sayang yang amat kuat menguasai saya. Saya ingin memberikan sesuatu rasa cinta pada manusia, pada anjing-anjing di jalanan, pada semua-muanya.”

“Tak ada lagi rasa benci pada siapapun. Agama apapun, ras apapun dan bangsa apapun. Dan melupakan perang dan kebencian. Dan hanya sibuk dengan pembangunan dunia yang lebih baik. “

Penulis Media Massa

 

Kompas, Harian Kami, Sinar Harapan, Mahasiswa Indonesia, Indonesia Raya

 

You Must Know

 

  1. Nama Soe Hok Gie adalah dialek Hokkian dari nama Su Fu Yi
  2. Kisah hidup Gie telah ditayangkan dalam bentuk film oleh Riri Riza dan Mira Lesmana dan diperankan oleh Nicholas Saputra.
  3. Kakak Gie – Arief Budiman – telah merasakan hal yang ganjil menjelang kematian adiknya (baca di sini)
  4. Tulang belulang Gie yang dikremasi telah disebarkan di Puncak Semeru.
  5. Piringan hitam Joan Baez miliknya disita di Bandara Sydney karena dianggap anti war dan komunis ketika Gie mengunjungi Australia.
  6. Kekecewaannya ditumpahkan dalam catatan berwarna merah dan dibukukan dengan judul Catatan Seorang Demonstran
  7. Gie pernah mendapat surat kaleng yang bertuliskan "Cina yang tidak tahu diri, sebaiknya pulang ke negerimu saja"
  8. Gie pernah jatuh cinta pada seorang gadis namun ayah sang gadis tak menyetujui hubungan mereka walaupun ayah sang gadis sangat senang dengan keberanian Gie di koran – koran.
  9. Gie meninggal tercekik oleh gas kawah beracun di Puncak Semeru.
  10. Gie selalu menulis aritkelnya ketika malam di sebuah ruangan dengan penerangan seadanya.

 

Aveline Agrippina Tando

Dari berbagai sumber 

3 komentar: