Minggu, 01 Juni 2008

Donna, Donna

On a wagon bound for market
There’s a calf with a mournful eye
High above him there’s a swallow
Winging swiftly through the sky

Malam ini, pekat, sungguh dingin. Kutatap dari jendela. Hujan tak henti – hentinya turun. Bahkan semakin deras membasahi tanah. Cahaya langit hanya terlihat sekilas, lalu lenyap.

Piringan hitam masih memutar suara Joan Baez. Mengisi keheningan malam ini. Kuingat kawan, masih kuingat! Kita bagai sapi dengan mata sayunya, mata kepedihan. Melihat sekawanan mereka yang pernah menjadi sahabat kita, kini berpaling dan masuk dalam arus kesesatan.

How the winds are laughing
They laugh with all their might
Laugh and laugh the whole day through
And half the summer day

Kau menggoreskan tinta di atas kertas dalam sudut ruang. Bertemankan malam yang hampa. Lalu mereka membaca dan salah dari mereka merasa tersinggung.

Banyak yang mencoba menghentikan langkahmu, sia – sia. Tak berarti. Kau memang berwatak keras. Mengorasikan semua yang sebenarnya terlarang. Melawan tikus – tikus jelmaan iblis.

Siap tersingkirkan. Itu hidupmu. Dan aku hanya bersembunyi dalam ketakutan. Kita berbeda. Malah kau terjang mereka dalam kekuatan kata – katamu.

Joan Baez semakin mengingatkan padamu, sahabat. 

“Stop complaining!” said the farmer.
Who told you a calf to be?
Why don’t you have wings to fly with,
like the swallow so proud and free

Seandainya aku seberani dirimu, mengkekahkan keadilan, kita akan siap terbunuh dalam bising hidup ini. Malam ini semakin terasa dingin sejak kulewati tanpa dirimu, kawan.

Pada Lembah Mandalawangi, kita habiskan sisa – sisa hidup kita. Setelah kita merasa bosan akan hidup ini dan ingin mati dalam kebisuan ini. Mendaki puncak tertinggi itu dan tersesakkan dalam jiwa – jiwa ini.

Syair itu membuatku merasa kehilangan dirimu, kawan. Semakin menyadarkan aku bahwa engkau sungguh telah tiada. Dunia ini terasa sunyi tanpa perjuangan hidupmu itu dan aku hanya manusia kecil yang tak seberani dirimu.

Calves are easily bound and slaughtered
Never knowing the reason why
But whoever treasures freedom
Like the swallow has learned to fly

Malam ini juga yang mengingatkanku pada seseorang. Seseorang yang datang dan mengetuk pintu rumahku. Dalam rasa duka, ia menyatakan padaku bahwa engkau telah pergi. Jiwamu terlepas di Puncak Jawa itu. Hanya ragamu yang terlihat dengan mataku yang tak dapat membendung lambang kehilangan itu.

Malam terasa panjang setelah Joan Baez terus mengungkapkan seluruh isi dari lagu itu. Lagu itu juga yang sering kudengar bersamamu, kawan.

Donna, Donna, Donna, Donna
Donna, Donna, Donna, Don

 

-Soe Hok Gie, In Memorial-

31 Mei 2008

Aveline Agrippina Tando

15 komentar:

  1. buju buset...
    Aveline kenal ma Joan baez? Ruarr biasa...
    itukan lagu lagu angkatannya nenek Aveline?...

    BalasHapus
  2. Kenal... Papaku suka dengar dulu....
    Emang udah agak lama, oh ya kalo Om pernah nonton GIE, itu juga ada lagunya, tapi yang nyanyiin Sita RSD.

    BalasHapus
  3. Saya juga suka sekali dengan lagu ini. terima kasih untuk tulisannya

    BalasHapus
  4. Sama - sama Om Panji...
    Terima kasih telah membaca

    BalasHapus
  5. ga ngerti puisi...nulis review...bikin tulisan yg bgs....
    ajarin dooonnnggg..... :)

    BalasHapus
  6. Lho? Bukannya aku yang harus minta diajarin? Hehehe...
    Reviewku juga sederhana... coba cek di http://agripzzz.multiply.com/reviews/
    Puisi? Menurutku kalo berpuisi itu ungkapkan saja yang ada di hati, kata apa yang sedang ingin ditulis, tulislah... masalah akhirnya adalah edit. Coba hapus kata - kata yang kurang pas.
    Puisi anda juga bagus kok...

    BalasHapus
  7. aku orgnya impulsif...jd selalu ungkapan dr hati...hehehe
    tp taunya kata2 itu krg pas gmn...?
    itu sifatnya relatif bkn...?
    tp pasti ada standar-nya...kan?
    itu yg aku blm tau...
    maklum...krg baca :p

    BalasHapus
  8. Misalnya...
    Itu puisi suka... (puisi yang senang)
    nanti pada bait berikutnya bisa saja puisi itu berubah menjadi kesedihan. Nah, itu pasti butuh beberapa kata yang harus dibuang. Nanti akan tidak sesuai...

    Contoh:
    Saya ambil puisi saya...

    Rupanya matahari telah meninggi
    Kembali menghias dunia
    Menerangi bumi dengan cahayanya
    Hari ini datang
    Waktunya aku melakukan hal baru

    Tak ada waktu untuk hari kemarin
    Karena itu hanya kenangan
    Tak ada waktu untuk hari esok
    Karena itu adalah misteri

    Selamat datang pagi
    Selamat menerangi bumi


    Kalau saya ubah:

    Rupanya matahari telah meninggi
    Kembali menghias dunia
    Menerangi bumi dengan cahayanya
    Hari ini datang
    Waktunya aku melakukan hal baru
    Lupakan hari kemarin
    itu adalah sejarah
    lupakan saja... tak perlu mengingat

    Tak ada waktu untuk hari kemarin
    Karena itu hanya kenangan
    Tak ada waktu untuk hari esok
    Karena itu adalah misteri

    Selamat datang pagi
    Selamat menerangi bumi

    Nah, itu ada beberapa kata yang harus dibuang, karena tidak sesuai atau penempatannya yang salah... Coba bedakan yang awal dan yang kedua, pasti orang yang berpersepsi beda.

    Kalo ada kesempatan, nanti akan saya bahas banyak... :-D

    BalasHapus
  9. sik asik.... :))))
    makasi bnyk yaaaa.....

    BalasHapus
  10. lagu ini gw suka av.....btw, lo mo ganti hs apalagi?

    BalasHapus
  11. Tenang sis....
    ane ga bakal pake hs ente lage... :-D

    BalasHapus