Jumat, 23 Oktober 2009

Kabut Hitam

Kabut Hitam
Catatan Kaki-kaki [3]



"Aku begitu heran mengapa pagi ini hanya ada awan hitam tanpa matahari. Mungkin akan ada pertanda buruk, mungkinkah firasat semalam akan lekas menjadi kenyataan."
"Hei, kenapa begitu pesimis? Firasat itu hanyalah permainan hati. Kita bisa menerima dan jalankan saja semua alurnya. Kita mainkan saja melodi-melodinya."
"Tapi aku takut, awan sudah diselimuti kabut. Kata orang, ini adalah pertanda yang kurang baik. Walau aku tahu ini adalah musim hujan, tetapi mengapa harus sekarang askan turun hujan. Apakah tak ada hari lain?"
"Mungkin saja ada, tapi waktu sudah menentukan kehendaknya juga."




Catatan Kaki-kaki adalah serial 99 catatan dengan gaya bahasa komunikasi antar dua orang. Tulisan ini pernah dilabuhkan di blog lama saya dan pada akhirnya berlabuh juga pada blog ini. Tulisan yang ada di dalam serial ini tidak akan pernah dapat disamakan dengan cerpen karena karakter tulisannya yang terlalu sedikit. Di sini -dalam serial ini-, tidak akan pernah ditemukan narasi yang tidak dalam bentuk dialog.

Jumat, 09 Oktober 2009

Kembali

Ketika kita beranjak pergi, mengangkat ransel, mengenakan sepatu gunung, dan tertatih-tatih melangkah meninggalkan rumah, akankah kau ingat masakan di rumahmu yang harumnya sampai ke hidungmu tak terbatas jarak? Ketika pintu rumah menanti untuk kau datangi setelah engkau beranjak pergi begitu jauh, lepaskan sepatumu dan masuklah sejenak, ingat-ingatlah masa kecilmu yang bahagia.

Merpati pun akan pulang ke sarangnya setelah beranjak begitu lama. Ikan-ikan akan kembali ke dalam karangnya setelah bermain-main di dasar laut. Pengembara akanlah singgah dan beristirah di rumahnya sejenak untuk melepas rindu kepada kampung halaman. Semua akan kembali pada mulanya seperti yang ada tertulis bahwa debu kepada debu dan tanah kepada tanah.

Begitu pula dengan menanti, kita berjalan seperti Tuhan menulis skrip permainan ini. Aku berlari, berjalan, terjatuh, terantuk, bangkit, dan akhirnya akupun juga akan pulang. Karena penantian panjang semua manusia adalah kembali kepada Sang Pencipta sebagaimana telah ada tertulis dan itu sudah menjadi paten setiap waktu dan sepanjang masa.

Sudah tahulah semua manusia bahwa manusia boleh berencana tetapi Tuhan sudah berencana jauh dari dahulu pembentukannya dunia ini. Kita hanya menerima dan menjalankan semuanya. Kita adalah petualang dan peziarah dunia yang akan mencari suatu jalan kembali kepada Tuhannya manusia masing-masing pribadi. Puncak kemenangan dan kejayaan seorang petualang adalah ketika dia kembali dengan selamat setelah mengarungi dasar lautan, mendaki puncak gunung, melintasi jalan berliku, mengepakkan sayapnya di awan-awan. Begitu pula dengan hidup ini, kita menanti, mencari, dan menerjemahkan semua aral dan tujuan hanya untuk menemukan sesuatu jalan: kembali.

Sabtu, 03 Oktober 2009

3 Oktober

Sudah Oktober lagi rupanya,

kamu masih memandang langit itu?
masihkah menghitam pekat seperti tahun lalu?
di sini hujan, begitu derasnya
kadang kilatpun masuk tanpa mengetuk pintu

tak mengenal permisi, katamu
dan kini seperti kilatan kamera ketika kupotret

ah, ya... masih ada beberapa bulan
sebelum tahun ini habis, bukan?
butuh konsistensi lebih kepada waktu
jangan pernah bercanda kepadanya
kita akan terus dibawanya menjadi tua

mari kita bentuk epilog menarik
di ujung kisah perjalanan ini

hujan masih turun dengan derasnya
mungkin dia merindukan bayangmu
untuk tidak lagi membuatnya meruntuh

yah... ya... baiklah
kita mengetas rindu atas jauhnya jarak
kita mencari hati di bentangan laut luas
bagaimana rasanya berbagi di antara daratan
dan laut menjadi pemisah yang begitu nyata
bukankah pada tanggal ini juga
aku berada di kota itu dalam kesunyian
di dalam kereta malam, kutatap jendela
terbelah-belah oleh percikan hujan

aku masih mengenalmu
dalam satu nama
dalam satu jiwa
dalam satu pribadi utuh

dan ketika perpisahan
ada baiknya aku bermain dalam monolog
toh, kita juga menjalani semua dengan improvisasi

lantas, hari ini
apa yang harus kubagi?



3 Oktober 2009 | 20.29
Jakarta yang dibelah hujan
AA - dalam sebuah inisial

Jumat, 02 Oktober 2009

Ubud Writers And Readers Festival 2009

Start:     Oct 7, '09
End:     Oct 13, '09
Suka Duka : Compassion and Solidarity
7 October – 11 October 2009

The established will meet the new.
The East will cross paths with the West.
It will be a literary celebration like no other.

This year’s Ubud Writers & Readers Festival promises to be as exciting as ever. Our 2009 theme Suka-Duka: Compassion & Solidarity.

Suka Duka is an ancient communal wisdom that for centuries has been one of the main pillars of Bali’s traditional institutions and communities. The principle has guided the members of the traditional institutions, such as banjar (neighbourhood organisations) and desa pakraman (customary villages), to act as one single entity in dealing with life’s hardships and blessings. The suffering of one member will be shouldered by all, while the joy of one will be shared by the other.

The theme reflects the Festival’s commitment to turn this literary gathering into an inspiring moment, through which writers and readers from every corner of the world can establish a mutual understanding as well as a common platform to remind the world of the need to think and act as one single, compassionate entity, particularly during this epoch of violent conflicts and social turmoil.

Linger over a literary lunch or candle-lit dinner in some of Ubud’s elegant hotels and gracious homes featuring our acclaimed writers and visiting chefs. Enjoy poetry under the shade of a Buddhist stupa and late night martinis and readings in one of Ubud’s legendary bars. Be dazzled by some of the finest performance poets in the region in grass-roofed venues surrounded by ricefields. Watch plays and theatre in Ubud’s temples set in frangipani and lotus gardens.

Join workshops that teach the craft of writing, in between book launches, performances, exhibitions, cocktail parties and celebrations into the early hours of the morning.

And if that is not enough, the 2009 Festival will take to the streets once again with a dazzling carnival of poetry and performance in one of Ubud’s charming laneways.

Is it any wonder we are named ‘one of the six best literary festivals in the world!’


More info - http://www.ubudwritersfestival.com

LOMBA RESENSI BUKU “API SEJARAH”

Start:     Oct 3, '09
End:     Nov 5, '09
UJI KEMAMPUAN MENULISMU DENGAN MENGIKUTI LOMBA RESENSI
BUKU “API SEJARAH”

KETENTUAN:
• Buku yang diresensi berjudul: “Api Sejarah: Peran Ulama dan Santri dalam Menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia” karya Ahmad Mansyur Suryanegara (diterbitkan Salamadani).
• Resensi yang dikirim adalah hasil karya sendiri. Bukan saduran, jiplakan atau plagiat.
• Panjang resensi minimal dua halaman A-4, ketik 1,5 spasi, font times new roman 12, dan semua marjin 3 cm.
• Resensi yang dilombakan telah dimuat dalam media cetak (mulai 17 September sampai 5 November 2009).
• Naskah resensi dikirim melalui pos/biro kirim dengan mencantumkan “LOMBA RESENSI BUKU SALAMADANI” di pojok kiri atas amplop ke: PT.Salamadani Pustaka Semesta, Jalan Pasirwangi No.1 (Pasirluyu) Soekarno Hatta Bandung 40254.
• Sertakan biodata lengkap dan fotokopi identitas diri (KTP, SIM, atau KTM).
• Lomba resensi ini terbuka untuk umum dan berakhir pada 5 November 2009.
• Pengumuman pemenang 10 November 2009.

HADIAH BAGI PEMENANG LOMBA:
Juara 1 : uang tunai Rp750.000 dan paket buku dari Salamadani senilai Rp250.000.
Juara 2 : uang tunai Rp500.000 dan paket buku dari Salamadani senilai Rp250.000.
Juara 3 : uang tunai Rp250.000 dan paket buku dari Salamadani senilai Rp200.000.

INFO lengkap silakan hubungi Ahsa: 022-5222052 atau klik: www.penerbit-salamadani.com



FROM Here

Lomba Cerpen Kawanku

Start:     Oct 3, '09
End:     Dec 10, '09
send us your greatest imagination
dan menangkan total hadiah 10 juta rupiah!

“Write out of your limited experience and start from unlimited imagination.” (James A. Michener)

Yap, that’s right, bebaskan imajinasi kita dan tuangkan imajinasi itu ke atas kertas. Karenaaa… Lomba Cerpen kaWanku 2009 sudah mengintip di ambang pintu. Dan W pengin kamu semua mengirimkan imajinasi terbaik kamu buat memeriahkan event ini.

syaratnya:
- Tema cerpen: BEBAS! Bikin tema apa saja sesuai imajinasi kita.
- Panjang cerpen: Panjang naskah maksimal 9100 karakter termasuk spasi, atau 1400 kata dengan double line spacing. Ini sekitar 6-8 halaman kuarto.
- Syarat peserta: Cewek yang pada bulan Desember 2009, usianya enggak lebih dari 19 tahun. Jadi kamu wajib melampirkan fotokopi kartu pelajar/KTP/SIM/kartu keluarga/akte kelahiran. Btw, kamu boleh mengirimkan lebih dari satu cerpen.
- Cerpen paling lambat diterima di meja panitia tanggal 10 Desember 2009.
- Naskah yang dikirim merupakan karya asli dan belum pernah dipublikasikan!

karya boleh diserahkan langsung atau dikirim melalui:
- Pos ke Panitia Lomba Cerpen kaWanku, Graha Mandiri Lt. 14, Jalan Imam Bonjol No. 61 Jakarta Pusat 10310. Tuliskan LOMBA CERPEN di sudut kiri atas amplop dan lampirkan form di bawah ini.
atau…
- Email ke cerpenkawanku@gmail.com dengan subject LOMBA CERPEN. Untuk pengiriman melalui email, harap menyalin dan mengisi data-data yang ada di form di bawah ini. Jangan lupa untuk attach hasil scan kartu pelajar/KTP/SIM/kartu keluarga/akte kelahiran. Pengirim lewat email akan diminta untuk mengirimkan form bermaterai bila terpilih dalam 20 besar nominasi Lomba Cerpen kaWanku 2009.

and the winner gets…
Juara I : Rp2.500.000
Juara II : Rp1.500.000
Juara III : Rp1.000.000
Juara Harapan I : Rp800.000
Juara Harapan II: Rp700.000
Juara Harapan III : Rp500.000
10 Pemenang Hiburan @Rp300.000 (Hadiah pemenang sudah termasuk honor pemuatan di majalah kaWanku).

Semua cerpen yang masuk menjadi milik panitia. Cerpen yang tidak menang tapi layak muat akan diberi honor sesuai ketentuan pemuatan cerpen reguler majalah kaWanku. Pemenang akan diumumkan di majalah kaWanku edisi 63 yang terbit tanggal 30 Desember 2009.


INFO Here

Soliloquy - Theme




Kamis, 01 Oktober 2009

Doa Seorang Kawan

Kawan,
Mungkin aku sendiri tidak merasakan apa yang terasa kini
Aku tak dapat membaca isi hatimu yang penuh gundah gulana
Penuh air mata yang mengoyak batinmu dan tak bisa kau sunggingkan senyuman
Tapi Tuhan tahu, karena Ia tidak pernah membutakan mataNya untuk memperhatikan engkau
Dia menghitung setiap tetesan air mata yang kau jatuhkan
Dia menghitung luka-luka yang tergores di ragamu

Kawan,
Mungkin aku tak dapat menghiburmu, membuatmu tertawa
Aku tak tahu sedalam mana engkau terluka kehilangan semuanya ini
Sekejap saja, getaran itu merampas semua yang engkau miliki
Dan semua itu haruslah ditebus dengan air mata, jerit tangis, histeris, bahkan kematian
Tapi Tuhan tahu, karena Is tidak pernah mematikan nuraniNya untuk mengulurkan kebutuhanmu
Dia sudah mencatat semua yang akan engkau butuhkan
Dia akan mengirimkan semua perlengkapanmu untuk melanjutkan hidup

Kawan,
Kita tak pernah memilih, meminta, mendoakan, dan merancang semuanya
Kita tak pernah menginginkan, mencari, dan mengharapkan semuanya
Engkau berkata: takdir... takdir... aku harus menerimanya ini
Aku belajar dari semua cerita pedih ini, tragedi yang penuh dengan gambaran hitam
Semuanya hanyalah sementara, dan Tuhan tidak pernah main-main dengan ciptaanNya

Kawan,
Jangan pernah salahkan dirimu, jangan kau cerca Tuhanmu
Tak sepenuhnya dosamu juga tak sepenuhnya Tuhan marah padamu
Kita harus ditampar karena kita sudah tak dapat lagi disentil
Kita sudah kebal dengan sentilan, kita harus mendapat yang lebih sakit lagi
Mungkin aku dapat berkata seperti ini, tapi engkau...
Entahlah, bagaimana keadaanmu di sana di mana engkau masih mencari hidup
Mencari ayah, ibu, anak, saudara, kakek, nenek, dan sanak keluargamu
Menangisi mereka yang sudah berpulang dalam reruntuhan

Kawan,
Ingatlah, aku masih perduli kepadamu, jangan salahkan dirimu
Kuyakini semua doamu Tuhan dengar, Tuhan akan mengabulkan
Dia akan mengembalikan dan mengandakan semua yang telah kau miliki sebelumnya
Kita tak pernah meminta, memilih, dan mencari semua ini
Tuhan akan mengamini seluruh doamu, Tuhan tidak menulikan telingaNya
Tuhan sayang kepadamu dan Dia menginginkan sesuatu darimu

Amin







Dedikasi untuk sahabat-sahabat di tanah bencana
Teriring doa untuk kalian semua, tetap tegar



Jakarta di Hari Kesaktian Pancasila 2009 | 21.32