Kamis, 31 Desember 2009

Ada yang Berubah Pada Tahun Baru

Bagaimana kalian merayakan tahun baru? Dengan bermain petasan dan kembang api? Dengan berkumpul bersama keluarga karena kalian semakin sadar usia kalian bertambah lagi satu hari? Dengan membuat bara api dan membakar jagung atau camilan tengah malam sambil menunggu jarum pendek pada arloji kalian menunjuk pada arah yang berlawanan dengan gravitasi? Atau nongkrong bersama pacar di suatu tempat sambil mengucapkan "selamat tahun baru, sayang..." (Untuk yang terakhir, di luar ranahku).

Aku sendiri merayakan tahun baru masih tetap seperti tahun lalu. Menuntaskan janji akhir tahun untuk seorang teman sambil chatting dengan temanku di Amerika yang masih 12 jam lagi merayakan tahun barunya. Menyisakan waktu sesekali untuk melihat kembang api yang meledak-ledak di awan. (Dan tanpa mereka sadari mereka telah menghabiskan uang untuk menambah pemanasan bumi).

Aku tak tahu darimanakah tradisi tahun baru itu harus dirayakan dengan penuh keramaian. Aku sendiri lebih memilih merayakan tahun baru dengan sederhana saja. Toh, di pemikiranku semua itu seperti biasa saja. Tak ada yang perlu dikhususkan. Pergantian tahun juga akan terus bergulir. Mungkin kalian telah berencana akan mengurangi dosa kalian di tahun berikutnya. -Mungkin- Atau berencana menambah sesuatu di dalam kehidupan kalian. Who knows?

Satu tahun sudah saya tidak membuat resolusi dan ini akan berlanjut kepada tahun-tahun berikutnya. Apakah tujuan membuat resolusi? Apakah hidup kalian akan lebih berarti dengan resolusi? Atau hanya seperti hiasan pada dinding kamar kalian untuk sebagai pengingat janji? Aku sendiri lebih nyaman hidup tanpa resolusi dan lebih membebaskan diri tanpa adanya ikatan semacam resolusi itu?

Oh ya, mengingat tahun baru. Sudah ada persiapan apakah? Baju baru? Makanan lezat? Sofa baru? Mobil baru? Atau rumah baru? Bahkan pacar baru? (Hehehe... lagi-lagi ini di luar ranahku). Sudah persiapkan kembang api sebanyak-banyaknya? Atau hanya menatap dari balik jendela saja kembang api yang memecah itu?

Banyak yang berubah dalam hidupku. Ketika kecil, aku memaksa orang tuaku untuk membelikan kembang api sebatang-sebatang itu. Kunyalakan depan rumah karena pesan mereka:" bermainlah di luar rumah, di dalam nanti terbakar". Kemudian begadang sampai larut malam dan bangun di siang bolong ketika waktunya untuk makan siang. Sekarang? Masihkah itu kujalani? Tidak! Aku menghindar dari keramaian. Aku menikmati kesendirian sambil berpikir hendak apa aku di tahun ini. Sesekali melongo ke depan, melihat kembang api yang meledak (dan tanpa mereka sadari mereka sudah mengganggu orang banyak). Aku tak lagi harus menunggu tahun baru untuk begadang. Nyaris setiap malam di akhir pekan atau libur, waktu tidurku hanyalah 3-4 jam.

Seperti dulu juga aku berebut untuk minta dibelikan terompet. Ketika kemarin melewati penjual terompet aku ditawari untuk dibelikan. Aku malah menolak mentah-mentah. Ada yang berubah setiap tahunnya. Entah tahun depan apalagi yang akan berubah? Mungkin menyalakan kembang api dengan telepon genggam?! Siapa tahu?

Lalu, apa makna tahun baru untukku? Sebuah taraf pendewasaan. Untuk itulah aku selalu menjauh dari hiruk - pikuk keramaian di perubahan tahun. Tak lagi meniup terompet atau bermain kembang api. Kuinsafi hidup semata bukan hanya penuh keramaian tetapi juga penuh kesendirian, kesepian, sesekali kebahagiaan.

Nah, sobat, selamat tahun baru untuk kalian yang menikmatinya...



Jakarta, 1 Januari 2010 | 00.01
A.A - dalam sebuah inisial


Pesan Sponsor: Catatan ini semata untuk penyadaran dari diriku pada tahun baru apa yang harus kulakukan *wink!*

Minggu, 27 Desember 2009

Lomba Karya Tulis dan Film Pendek Pelajar 2010

Start:     Dec 27, '09
End:     Mar 2, '10
Dalam Rangka Hari Anak Nasional 2010

Pena Ananda Club

Didukung oleh :
Kalang Enterprise
Java Creative Production
Fath Film
MGMP Bahasa Indonesia SMP – Tulungagung


DASAR PEMIKIRAN
1. Hari Anak Nasional merupakan momentum apresiasi negara dan dunia terhadap hak-hak anak, dimana salah satunya adalah hak tumbuh kembang dan hak partisipasi dan untuk didengarkan pendapatnya.
2. Menulis adalah salah satu cara untuk menyampaikan gagasan, impian, harapan dan imajinasi seseorang dengan cara yang bebas, merdeka dan kreatif.
3. Menulis yang bebas merdeka dengan ruang kategori yang luas, adalah menulis sesuai dengan hati nurani dan kemurnian gagasan – imajinasi, kekayaan eksplorasi, akan berpengaruh terhadap kreativitas penulisan dan rasa percaya diri anak.

TUJUAN
1. Memberi ruang seluas mungkin untuk kreativitas penulisan pada pelajar dengan memberikan alternatif berbagai jenis penulisan.
2. Memberikan ruang yang merdeka bagi anak untuk berpendapat, menuangkan gagasan, pendapat, imajinasi, harapan dan impian melalui penulisan secara kreatif.
3. Menemukan anak-anak yang memiliki kemauan dan potensi dalam bidang penulisan dan film untuk dibimbing lebih lanjut melalui aktivitas-aktivitas kreatif di tingkat lokal.

TEMA
Bebas seputar kehidupanmu sebagai anak, remaja dan pelajar; serta apa saja yang kamu amati di sekelilingmu.

JENIS & SYARAT PENULISAN

PUISI & APRESIASI
1. Tidak dibatasi jumlah baris, bait, dan halaman.
2. Setiap 1 (satu) puisi harus disertai apresiasi atau terjemahan atau penjelasan maksud dari puisi tersebut.
3. Diketik pada: kertas A4, font Times New Roman 12, spasi ganda (2), diberi nomor halaman.

CERITA PENDEK (CERPEN) / CERITA GOKIL (LUCU) / CERITA MISTERI / DONGENG / OPINI (ARTIKEL)
1. Diketik pada: kertas A4, font Times New Roman 12, spasi ganda (2 spasi), diberi nomor halaman.
2. Jumlah halaman: 6 – 12 halaman.
3. Dibendel dan bercover.
4. Lampiran diletakkan di bagian belakang, disatukan dalam bendel naskah.

FOTONOVELA
1. Peserta: kelompok (5 – 10 anak). Tuliskan peran anggota kelompok: penulis skenario, sutradara, fotografer, pemain, editor foto, editor cerita, dll.
2. Dicetak bebas: hitam-putih atau berwarna. Cover: berwarna.
3. Jumlah halaman: 30 – 60 halaman. Tiap halaman sebaiknya lebih dari 1 (satu) gambar.
4. Dibendel dan bercover.
5. Lampiran khusus:
– Sinopsis
– CD berisi fotonovela dalam bentuk PDF atau JPEG.

FILM PENDEK
1. Peserta: kelompok (5 – 15 anak). Tuliskan peran anggota kelompok: penulis skenario, sutradara, juru kamera, juru rias dan busana, pemain, editor film, editor cerita, dll.
2. Skenario diketik di kertas A4, Times New Roman 12pt, spasi ganda, dibendel dengan cover.
3. Durasi film: 15 menit dalam bentuk VCD dan bisa diputar di VCD player.
4. Lampiran khusus berupa:
– Sinopsis
– Penjelasan teknis pembuatan film (seperti jenis kamera, program untung editing film, dll).
– VCD Film Indie

PERSYARATAN (UMUM) PENGIRIMAN
1. DEADLINE : 2 MARET 2010
2. Setiap peserta boleh mengirimkan lebih dari 1 (satu) naskah dari tiap kategori; atau mengirimkan lebih dari 1 (satu) jenis kategori.
3. Dikirim “Rangkap 2” langsung ke Pena Ananda Club:
Perumahan Bangau Putih L-9 T.Agung
CP : Bunda Zakyzahra (08986362436)
4. Disertai: Biodata, Fotokopi Kartu Pelajar atau surat keterangan dari sekolah, pasfoto 2 lbr ukuran 3x4, 1 lbr foto satu badan penuh ukuran 3R pose bebas-sopan.
5. Setiap 1 naskah dilengkapi dengan lembar “Pernyataan Orisinalitas Karya” (POK) yang bisa diperoleh di tiap CP dan Pena Ananda Klub dengan membayar Rp.10.000,-/POK. Bagi “kelompok”, setiap anggota kelompok wajib mengisi POK.
6. Di bagian sudut kanan atas amplop diberi kode sesuai jenis tulisan yang dikirim: [CERPEN] untuk “Cerpen”; [NOVELET] untuk “Novelet”; dan seterusnya.

APRESIASI DAN HADIAH
1. PENA ANANDA CLUB BERSAMA MITRA MENGADAKAN ROADSHOW KE SEKOLAH-SEKOLAH DENGAN TUJUAN SOSIALISASI DAN PEMBERIAN MOTIVASI BAGI PARA SISWA. JADWAL SESUAI DENGAN YANG DIAJUKAN PIHAK SEKOLAH. PELAKSANAAN: SENIN – JUMAT PUKUL 08.00 – 12.00.
2. SELURUH PESERTA MENDAPAT “SERTIFIKAT PARTISIPASI”
3. PENILAIAN TIAP KATEGORI DI TIAP TINGKATAN “HANYA’ DILAKSANAKAN JIKA MEMENUHI BATAS MINIMAL JUMLAH PESERTA SEBAGAI BERIKUT:
a. Puisi dan Apresiasinya : 100 peserta
b. Cerita Pendek : 50 peserta
c. Cerita Gokil (Lucu) : 50 peserta
d. Cerita Misteri : 50 peserta
e. Dongeng : 50 peserta
f. Opini (Artikel) : 50 peserta
g. Novelet : 10 peserta
h. Fotonovela : 15 peserta
i. Film Pendek : 15 peserta
4. PENGUMUMAN PEMENANG : 2 MEI 2010 (Hari Pendidikan Nasional)
5. LAUNCHING BUKU & FILM : 23 JULI 2010 (Hari Anak Nasional)
6. Pemenang diambil Juara I, II, III untuk masing-masing kategori (puisi, cerpen, dongeng, dll) dan tingkatan (SD – SMP – SMA).
7. Hadiah berupa: “Sertifikat JUARA”, paket khusus, dan diterbitkan dalam Buku Antologi (hak cipta pada penulis, hak penerbitan selama 1 tahun penerbitan pada Pena Ananda Club)
8. Setiap peserta “yang karyanya masuk dalam buku antologi” akan menerima masing-masing 1 buah Buku Antologi “setelah diterbitkan”.

Kompetisi Menulis Kompas MuDA 2009

Start:     Dec 27, '09
End:     Feb 17, '10
Persyaratan:
* Khusus untuk tingkat SLTA, boleh tim boleh perorangan.
* Tema: Bangga Indonesia
* Panjang tulisan maksimal 7000 karakter (termasuk spasi)
* Teknik penulisan lebih menekankan pada cara penulisan seperti di Kompas MuDA yang santai dan mengalir.
* Tulisan dikirim ke :



Marketing Communication Kompas
Gd Kompas Gramedia Lt2
Jl Palmerah Selatan 26-28
Jakarta 10279
Cantumkan kode PENULIS MuDA pada amplop luar,
* Sertakan data nama, tempat dan tanggal lahir, alamat, sekolah, nomor telepon yang bisa dihubungi, dan foto copy kartu pelajar.
* Karya sudah harus sampai di tangan panitia tanggal 17 Februari 2010.
* Per orang atau per tim maksimal hanya bisa mengirim satu buah tulisan.

Hadiah Kompetisi:
Pemenang I : Uang Tunai Rp 3.000.000 Plus Hadiah Menarik
Pemenang II: Uang Tunai Rp 2.000.000 Plus Hadiah Menarik
Pemenang III: Uang Tunai Rp 1.000.000 Plus Hadiah Menarik



Source HERE

Sabtu, 26 Desember 2009

Goresan Pena Untuk Palestina

Start:     Jan 27, '10
End:     Feb 4, '10


Kategori Lomba

1. Lomba Menulis Puisi
2. Lomba Menulis Cerpen
3. Lomba Desain Cover
4. Lomba Kaligrafi

Prasyarat Peserta

1. Peserta adalah siswa/i SMA dan sederajat atau mahasiswa/i yang terdaftar/berstatus aktif pada SMA atau Perguruan Tinggi di wilayah Jabodetabek.
2. Pengiriman karya yang akan dilombakan harus dilengkapi dengan persyaratan sebagai berikut :

* Biodata/ CV lengkap
* Foto copy Kartu Pelajar/ Kartu Tanda Mahasiswa sebanyak 2 buah
* Pas foto terbaru ukuran 4 x 6 sebanyak 2 buah

1. Membayar uang pendaftaran sebesar Rp 20.000 per karya

Ketentuan Lomba:

A. Lomba Menulis Puisi

1. Naskah puisi harus merupakan karya asli dan belum pernah dipublikasikan di media cetak maupun media online.
2. Naskah puisi diketik dengan rapi di kertas A4, margin standar, font 12, spasi 1,5, huruf Times New Roman.
3. Naskah puisi bertemakan Palestina : “Merajut Harapan Untuk Sebuah Kedamaian”.
4. Setiap peserta boleh mengirim lebih dari 1 naskah puisi, maksimal 3 naskah puisi.
1. Karya yang masuk menjadi milik panitia dan dokumentasi panitia.
2. Karya yang dianggap baik akan dimuat dan diterbitkan dalam buku “Goresan Pena Untuk Palestina”

Lomba Menulis Cerpen

1. Naskah cerpen harus merupakan karya asli dan belum pernah dipublikasikan di media cetak maupun media online.
2. Naskah cerpen diketik dengan rapi di kertas A4, margin standar, font 12, spasi 1,5, huruf Times New Roman, dan cerpen diketik minimal 6 lembar, maksimal 10 lembar.
3. Naskah cerpen bertemakan Palestina : “Merajut Harapan Untuk Sebuah Kedamaian” dengan judul bebas.
1. Setiap peserta hanya boleh mengirim 1 naskah cerpen.
2. Karya yang masuk menjadi milik panitia dan dokumentasi panitia.
3. Karya yang dianggap baik akan dimuat dan diterbitkan dalam buku “Goresan Pena Untuk Palestina”.

Lomba Desain Cover

1. Desain cover harus merupakan karya asli dan belum pernah dipublikasikan di media cetak maupun media online.
2. Desain cover bertemakan Palestina : “Merajut Harapan Untuk Sebuah Kedamaian”.
1. Setiap peserta hanya boleh mengirim 1 desain cover.
2. Format desain cover : JPEG dan BMP

1. Ketentuan karya :

- teknis dan gaya visualisasi bebas, orisinal, asli 100% buatan sendiri, dan tidak menggunakan elemen yang melanggar hak cipta dan etika pembuatan karya cipta (bukan tiruan atau jiplakan).

- Apabila ada pembuktian pelanggaran ketentuan ini, karya akan dianulir dan/ atau dibatalkan penghargaannya, serta menjadi tanggung jawab peserta sepenuhnya.

- Karya bisa dibuat dengan menggunakan program grafis di komputer atau dibuat/ digambar secara manual kemudian dipindai (scanned) sehingga berwujud digital.

- Karya dapat berupa hasil kerja individu atau kerja tim (maksimal 2 orang) dengan memenuhi persyaratan sebagai peserta.

- Hak cipta seluruh karya yang diterima panitia merupakan milik masing-masing peserta. Panitia penyelenggara dan pihak sponsor berhak mempublikasikan karya tersebut dengan memberi informasi pemilik hak ciptanya.

1. Komponen penilaian terdiri dari :

- Orisinalitas

- Kesesuaian tema dengan konsep desain

- Lingkup kedalaman eksplorasi tema dan komunikatif dalam menyampaikan pesan

- Inovasi dan sisi artistik penyajian visual

1. Karya yang masuk menjadi milik panitia dan dokumentasi panitia.
2. Karya terbaik akan menjadi sampul buku “Goresan Pena Untuk Palestina” yang akan diterbitkan.

Lomba Kaligrafi

1. Waktu dan tempat perlombaan :

Lomba kaligrafi akan dilaksanakan pada hari Jumat, 5 Pebruari 2010 pukul 14.00– 16.00 bertempat di Gedung F, AJB FISIP UI.

1. Tema kaligrafi : Palestina, tulisan kaligrafi dibebaskan selama masih berhubungan dengan tema dan berikan sedikit penjelasan mengenai makna tulisan tersebut.
1. Peserta sudah harus hadir 10 menit sebelum lomba dimulai.
2. Karya kaligrafi dituangkan pada kertas gambar ukuran A3 dan diwarnai.
3. Panitia hanya akan menyediakan kertas gambar ukuran A3. oleh karena itu, setiap peserta wajib membawa peralatan masing-masing seperti meja gambar/ meja lipat, pensil, penghapus, alat pewarna (misal : pensil warna), dsb.
4. Komponen penilaian terdiri dari penulisan huruf (khot), keindahan warna, dan nilai artistik.
1. Karya yang masuk menjadi milik panitia dan dokumentasi panitia

Pendaftaran

* Pendaftaran berlangsung sejak 27 Januari – 4 Pebruari 2010 setiap Senin – Jum’at, pukul 09.00 – 18.00 WIB di Sekretariat FSI FISIP UI, Depok (Mushala Al Hikmah, Lnt.1) dengan membawa persyaratan yang ditentukan.
* Setiap peserta yang mendaftar akan mendapatkan bukti pendaftaran dan menandatangani surat otoritasi publikasi.
* Karya harus diserahkan langsung dan maksimal pengumpulan (puisi, cerpen, dan desain cover) pada tanggal 4 Pebruari 2010, pukul 18.00 di Sekretariat FSI FISIP UI, Depok (Mushala Al Hikmah, Lnt.1).
* Pengumpulan karya puisi, cerpen, dan desai cover diserahkan dalam bentuk hardcopy dan softcopy (CD-R/RW). Khusus untuk desain cover, mohon menyerahkan hardcopy dengan menggunakan kertas foto ukuran 4R.



Hubungi di sini

Waktu akan terus memburu, membunuh kamu dalam ilusi!

Rabu, 23 Desember 2009

Catatan dari Balik Dapur Si Tukang Masak

Rating:★★★★
Category:Books
Genre: Nonfiction
Author:Bara Pattiradjawane
Saya tak tahu. Sungguh! Mengapa saya bisa mengambil buku ini dan membawanya pulang dari Gramedia? Saya hanya seorang pelancong yang suka makan. Kalau ke kota manapun, saya pasti akan mencari makanan dan bukan menciptakan makanan sendiri. Saya bukan penggemar masak memasak termasuk di dalamnya acara masak memasak yang menampilkan berbagai macam gaya juru masaknya.

Dari awal saya menyukai kegiatan melancong dari kota ke kota tanpa berpikir saya juga dapat mengorbitkan makanan dari kota-kota tersebut tanpa harus terbang ke kota tersebut. Membuatnya sendiri di rumah.

Bara Pattiradjawane, seorang tukang masak yang mungkin tidak asing lagi di layar TV. Pengisi acara "Gula-gula" ini juga berselingkuh ke ranah kepenulisan. Bukan seperti tukang masak lain yang menerbitkan buku penuh dengan resep dari halaman pertama sampai terakhir. Semua buku penuh dengan resep yang berbahan baku apa saja dan disertai cara memasaknya yang dikemas ala presentasi produk kecantikan. (Tsah!)

Bara menulis buku ini bukan seperti yang saya deskripsikan. Bukan penuh dengan resep atau gambar-gambar cara membentuk adonan atau mengaduk-aduk sayuran di wajan. Dia mengemasnya dalam bentuk catatan harian. Renyah dibaca. Seperti ketika Anda membuka lembar kuliner pada koran setiap minggunya.

Ia bercerita banyak tentang hidupnya dalam dunia kuliner. Sedari kecil sampai pengambilan gambar untuk acara "Kick Andy". Sejarah makanan dan becerita tentang kota-kota yang disinggahinya. Singkat cerita: kita bukan sekadar membaca resep, tetapi juga membaca pengalaman hidupnya tersesat di tempat yang penuh dengan perkakas dapur.

Banyak pengetahuan yang dapat diambil dari cerita-cerita yang dibagikan oleh Bara. Kesan meremehkan masyarakat Dataran Tinggi Dieng yang akan kesulitan mendapatkan bahan - bahan chiffon cake yang ternyata juga bisa membuat kue ini jauh sebelum kedatangan Bara. Atau juga nasihat-nasihatnya bagaimana menikmati makanan sesuai dengan jamnya. (Ini lebih kepada saya, pakar kebangetan yang menciptakan breakfast pada jam 12 siang dan dinner pada jam 10 malam).

Dilengkapi juga dengan foto-fotonya dan masakan-masakannya yang benar-benar berseni. Bukan foto-foto cara membuat masakan, mengaduk-aduk daging cincang di wajan, atau cara menghias makanan. (Oh ya, saya adalah orang yang paling tidak peduli dengan hiasan pada makanan karena menurut saya semua makanan pasti dimakan bukan dilihat hiasannya).

Jelas sekali Bara menulis dengan perasaannya. Dengan hatinya. Buktinya adalah ketika orang membaca menjadi ikut hanyut dalam cerita-ceritanya. Terus ketagihan membaca cerita-ceritanya sampai pada satu tujuan: habis tertutup. Bukan tersiksa membaca, tetapi memang candu dibuatnya.

Buku yang membuat banyak hal. Cerita dari kota dan negeri orang, sejarah kuliner dan makanan, cerita dari balik dapur itu sendiri, dan tentunya resep yang bisa menyulap makanan secara mudah.

Pesan Sponsor: Sebenarnya buku ini sudah saya baca dari bulan Oktober lalu tetapi baru sempat ditulis sekarang. Hahaha...

Senin, 21 Desember 2009

Kasih Ibu Itu Tidak Sepanjang Jalan

Saya tak tahu peribahasa mana yang mengatakan "kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah" apakahbenar atau tidak. Di dalam dinamika sosial, apakah kasih dapat diukur dengan mistar, jangka sorong, neraca, atau sebagainya? Kasih -sepanjang yang saya tahu- adalah soal rasa, soal perasaan, dan kepekaan seseorang untuk menilai sisi penyayangan umat manusia.

Bagaimana kasih ibu sepanjang jalan? Apa ukurannya? Saya pernah bertanya kepada nenek saya mengenai hal ini. Mengapa kasih ibu sepanjang jalan? Apakah tidak ada yang lain sebagai dasar ukuran? Hanya sepanjang jalan sajakah? Nenek saya menjawab sangat mudah: karena kasih seorang ibu itu tidak ada batasannya.

Sejenak saya berpikir benarkah tiada batasannya jika diukur dengan acuan jalan? Dengan mengandung, tergopoh-gopoh berjalan dengan perut yang semakin besar, semakin menua, bisa diukur dengan jalan. Melahirkan, menyusui, dan menjaga sampai anak itu bisa melepaskan diri dari ibunya. Menjaga ketika sakit, mengajarkan, dan memberi makan.  Menjadi teman curhat, teman perjalanan, teman suka dan duka. Banyak hal yang ibu berikan kepada seorang anak tetapi hanya diukur dengan sepanjang jalan. Lantas, jalan yang manakah yang menjadi pondasi ukuran tersebut?

Sewaktu SD, guru saya pernah menyinggung hal ini. Kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah. Guru saya mendeskripsikan kasih ibu itu seperti jalan tol, terus mengalir tiada henti. Saya sempat protes kepada beliau: "Pak, jalan tol juga macet, Pak!" Balasannya adalah: "macet itu ketika ibumu sakit atau sedang bersedih." Baiklah, persepsi itu saya terima. Kemudian beliau membentangkan mistar 30 sentimeter dan berkata: "nak, kasih anak itu sepanjang galah. Galah itu sepanjang ini!" Saya hanya diam dan berpikir saja mengenai jalan dan galah itu.

Semenjak saat itu, saya tak pernah menerima bahwa kasih ibu itu sepanjang jalan. Saya tidak pernah setuju dengan pepatah itu. Mana bisa kita menyatakan kasih ibu itu sepanjang jalan? Kemudian pertanyaan selanjutnya adalah: apa balasan anak kepada ibunya sehingga bisa diukur sepanjang galah?

Kembali lagi kepada nenek saya. Saya bertanya mengapa hanya sepanjang galah. Apakah tidak ada yang lebih panjang atau lebih pendek lagi? Jawabannya: karena galah itu benda yang pendek, kadang kedua ujungnya bisa dipegang oleh satu orang. Lho, bukannya masih banyak benda yang bisa semacam itu? Lalu, memang tidak sepanjang jalankah? Bukannya mereka juga tidak pernah dituntut untuk dilahirkan?

Abraham Lincoln sebagai anak pernah menulis:

I remember my mother's prayers and they have always followed me.  They have clung to me all my life. (Saya mengingat doa-doa ibu saya dan doa itu selalu mengikuti saya. Doa-doa itu melekat kepada saya sepanjang hidup saya)

Apakah ibu bahagia ketika kasihnya diukur hanya dengan jalan? Apakah ibu puas kasihnya hanya sepanjang jalan? Apakah ibu senang kasihnya sebatas jalan semata? Apakah anak bangga kasihnya sepanjang galah? Apakah anak merasa lega kasihnya yang diberikan hanya sebatas galah?

Uang bisa dinilai, harta bisa diukur. Sekaya apapun ibu kita, semiskin apapun ibu kita. Material bisa dijumlahkan, dikurangi, dikali, dan dibagi. Bagaimana dengan kasih? Apa ukuran dasar untuk sebuah kasih sehingga Abraham Lincoln bisa menulis demikian?

Banyak pertanyaan di dalam benak saya. Saya tidak pernah mengamini bahwa kasih ibu sepanjang jalan. Saya tidak pernah setuju dan saya acap kali memberontak dengan keadaan itu. Kasih itu soal rasa, soal hati. Kalau diukur seperti jalan, seperti galah, saya tak akan pernah mampu mengukurnya. Kasih ibu itu tidak sepanjang jalan dan kasih anak itu tidak sepanjang galah.

Saya mengukurnya dengan rasa, bukan dengan satuan semacam itu. Kasih ibu yang saya rasakan selama saya hidup itu tidak ada batasannya. Tidak terdefinisi. Tidak terhingga. Dan kasih yang saya balaskan kepada ibu saya adalah kasih yang tidak ada bedanya dengan isapan jempol semata. Itulah yang membuat saya tetap bertahan mengapa kasih anak itu bukan sepanjang galah, ketika saya merasa kasih saya sudah di seberang galah, saya merasa: cukup. Dan itu tidaklah cukup untuk membahagiakan seorang ibu. Ibu yang pernah ada di dunia ini. Ibu yang tak pernah menuntut banyak dari anaknya. Ibu yang menilai semua hal secara: gratis. Ibu yang paling saya muliakan di dunia.


Selamat pagi! Selamat hari ibu!


Jakarta, 22 Desember 2009 | 7.39




The mother is everything - she is our consolation in sorrow, our hope in misery, and our strength in weakness. She is the source of love, mercy, sympathy, and forgiveness. He who loses his mother loses a pure soul who blesses and guards him constantly. - Kahlil Gibran

Kamis, 17 Desember 2009

Rintih

Mungkin aku akan pulang nanti
Ketika senja tak lagi menampak wajah
Atau kereta sempat kukejar menuju kota
Debu sudah berkarib dengan kulit ari
Hendak apa yang kubagi ketika malam

Jalan kereta begitu lamban
Sesampai aku di kotamu menanti hari
Detik tak dapat digapai untuk dilewatkan
Kadang sisa nafas harus dipaksa
Tak dapat lagi berlari, kita serasa tanpa makna

Aku hendak pulang kepada rumah
Di papan dipan yang reot di muka
Aku berlari ke kebun yang memakan bapak
Hendaklah musnah dilalap ilalang liar
Dan dusun tak lagi bisa kukatakan nyata




Jakarta, 17 Desember 2009 | 20.43

Kamis, 10 Desember 2009

Earth Song - Michael Jackson




What about sunrise
What about rain
What about all the things
That you said we were to gain...
What about killing fields
Is there a time
What about all the things
That you said was yours and mine...
Did you ever stop to notice
All the blood we've shed before
Did you ever stop to notice
The crying Earth the weeping shores?

Aaaaaaaaah Aaaaaaaaah
Aaaaaaaaah Aaaaaaaaah

What have we done to the world
Look what we've done
What about all the peace
That you pledge your only son...
What about flowering fields
Is there a time
What about all the dreams
That you said was yours and mine...
Did you ever stop to notice
All the children dead from war
Did you ever stop to notice
The crying Earth the weeping shores

Aaaaaaaaah Aaaaaaaaah
Aaaaaaaaah Aaaaaaaaah

I used to dream
I used to glance beyond the stars
Now I don't know where we are
Although I know we've drifted far

Aaaaaaaaah Aaaaaaaaah
Aaaaaaaaah Aaaaaaaaah
Aaaaaaaaah Aaaaaaaaah
Aaaaaaaaah Aaaaaaaaah

Hey, what about yesterday
(What about us)
What about the seas
(What about us)
The heavens are falling down
(What about us)
I can't even breathe
(What about us)
What about apathy
(What about us)
I need you
(What about us)
What about nature's worth
(ooo, ooo)
It's our planet's womb
(What about us)
What about animals
(What about it)
We've turned kingdoms to dust
(What about us)
What about elephants
(What about us)
Have we lost their trust
(What about us)
What about crying whales
(What about us)
We're ravaging the seas
(What about us)
What about forest trails
(ooo, ooo)
Burnt despite our pleas
(What about us)
What about the holy land
(What about it)
Torn apart by creed
(What about us)
What about the common man
(What about us)
Can't we set him free
(What about us)
What about children dying
(What about us)
Can't you hear them cry
(What about us)
Where did we go wrong
(ooo, ooo)
Someone tell me why
(What about us)
What about babies
(What about it)
What about the days
(What about us)
What about all their joy
(What about us)
What about the man
(What about us)
What about the crying man
(What about us)
What about Abraham
(What was us)
What about death again
(ooo, ooo)
Do we give a damn

Aaaaaaaaah Aaaaaaaaah

Jumat, 04 Desember 2009

Pesta Kebun Akhir

Pesta Kebun Akhir
Napak Tilas 2009 Januari - 2009 Desember



"Yesterday is history. Tomorrow is a mystery. Today is a gift. That's why it is called the present." - Joan Rivers

Ini adalah sebuah pesta. Pesta sederhana. Tidak lebih dari sebuah temu sesapa hangat. Tidak kurang dari sebuah reuni singkat untuk cengkrama. Apa yang dapat dibagikan dalam pesta? Sekadar makanan? Sekadar salam dan senyum? Nah, tuan rumah dapatlah berbagi cerita. Untuk kali ini, suguhan nikmati saja seadanya...

Terlalu dini. Ya, mungkin terlalu dini bagi Anda untuk mengucapkan selamat tahun baru. Tetapi tidak untuk saya. Ini pesta kebun untuk blog saya. Pesta kecil-kecilan dan menjadi sebuah napak tilas dari perjalanan yang terlewati selama 365 hari. Belum genap memang 365 hari, masih ada 20 hari lagi yang tersisa untuk tahun 2009, tetapi lebih baik saya genapkan saja karena ini adalah catatan terakhir blog ini untuk tahun 2009. Blog ini akan kembali update untuk berkisah pada tahun 2010. Kalau ada update terbaru, itu mungkin hanya cerita lama yang baru sempat diprasastikan di dalam blog ini atau memang sudah berbentuk draft lama sekali di blog ini. Yang paling terbaru kupastikan 2010.

Seperti yang kukatakan pada akhir tahun 2008, aku memang tidak membuat resolusi untuk hal apapun. Kuaminkan bahwa semua akan tergapai dengan sendirinya, usaha dan doa adalah alat untuk proses meraih cita-cita. Dan terbukti memang, tanpa resolusi, tanpa target, saya bisa berproses lebih menyeluruh.

Nestapa dan gembira. Air mata dan tawa. Duka dan suka. Semua ada dalam 2009. Semua nyaris sempurna memadu menjadi satu. Pertemuan dan perpisahan sudah terjadi. Kematian dan kehidupan dalam sebuah jalan adalah kemudahan untuk berpulang, mencari jalan untuk mencapai suatu tujuan. Kita tidak pernah sendiri untuk mencarinya, tetapi menemukannya adalah sendiri. Tak dapat ditentukan kapan kita dapat menerima dan dapat merelakan.

Kehilangan dengan orang yang pernah saya kasihi dan pernah kita jalankan untuk berbagi cerita. Awalnya memedihkan, di mana itu terjadi di awal tahun. Tetapi berjalannya waktu, setiap kalender harian terus disobek dan bertambahlah usianya setiap manusia. Saya bisa menerima kehilangan dan saya belajar memaknai hidup bahwa kita sebagai manusia adalah fana. Tak lebih dari itu adalah ketidakabadian yang akan datang dan yang abadi adalah sejarah yang pernah terukir.

Juga ada lagi kisah yang kubagikan mengenai rasa rindu yang menggebu-gebu untuk sahabat nun jauh di seberang sana. Perpisahan acap kali membuat orang lupa mereka masih ada yang harus diingatnya dan mereka yang benar-benar sejati sebagai seorang sahabat adalah mereka yang tak lupa menghitung jumlah sahabatnya dan selalu rela berbagi kepada sahabatnya itu. Kubagi kisah denganmu, kisah sebuah persahabatan sejati. Persahabatan yang tak digoyahkan jarak dan waktu.

Pertambahan usia untuk orang tua, saudara, dan sahabat juga sudah pernah kubagikan di dalam blog ini. Dalam sajak, cerita, atau esai sebagai hadiah ulang tahun mereka. Yang jelas, mereka tak tahu bahwa aku sudah menuliskannya atas dasar kasih dan cinta tak terbalaskan dari kalian. Kutulis semuanya itu berdasarkan cinta yang kalian berikan dan kudedikasikan kepada mereka semua dengan tulus pada dasar yang paling tulus. Tiada balasan yang kuharapkan selain itu semua.

Patah semangat dan putus asa telah kuanyam jadi sajak dan cerpen. Terkadang esai. Atau penuh kemarahan juga sudah kukupaskan dalam berbagai cerita. Ada yang bermakna dan juga tidak. Kubagi cerita-cerita yang sudah kujalankan dalam kehidupan ini. Ketika aku sedang berbincang dengan sahabatku, ketika kudapatkan sesuatu yang baru, pengalaman rasa berbagi dan cinta adalah sebagai penyedapnya saja. Sebagai wujud itu semua, kubuktikan aku tidak main-main dalam berkata dan membuat apa tujuan dari hidup ini sebenarnya. Sekadar penantian? Sekadar pencarian? Atau sekadar lainnya?

Kisah lainnya juga sudah kubagi seperti cerita perpisahan di bandara. Di mana bandara adalah tempat yang bisa penuh dengan air mata. Penuh rasa sedih dan gembira. Mengharu biru atau duka nestapa. Melebur semua menjadi satu dalam sebuah perpisahan. Beberapa tulisan memang sebagai pengingat saya, saya pernah bertemu mereka yang hebat, mereka yang rendah hati dan tetap beradaptasi pada dunia mereka yang lainnya. Di mana mereka menghirup udara yang sangatlah berbeda dengan keadaan lainnya.

Ada juga kisah kehidupan yang kuulas dalam tulisan, dalam foto, dan dalam nuansa-nuansa lainnya. Tentang kejujuran, nurani yang bicara, dan keberanian menjadi patriot sejati. Cara menjadi manusia yang sebenarnya tak pernah kubagi, tetapi komentar-komentar kawan-kawan adalah cara dan saluran bagaimana berproses lebih bijak. Pertanyaan-pertanyaan temanku yang pernah kuposting juga itu sebagai sekadar berbagi, bukan prosesku untuk memotivasi atau sok sebagai pakarnya dalam bidang polah pikir manusia.

Blog inipun juga pernah mati suri. Ketika aku sibuk bermain di petak lainnya, dia terlantar. Namun aku kembali menenun kata demi kata dan setiap jurnal yang tertulis seperti kisah sendiri dalam hidup. Kemenangan dan kekalahan, kebangkitan dan keletihan, semua silih berganti. Cerita-cerita perjalananku di mana setiap kakiku menyambangi jalan, kubagi cerita kepada aksara-aksara yang tak henti minta ditulis.

Nah, akhir tahun sudah datang lagi. Pesta akhir tahun, pesta kebun kuakhiri saja. Semoga persahabatan maya yang akan menjadi nyata, persahabatan nyata untuk keabadian, dan pesta ini adalah singgasana untuk berbagi, menapaki dan mengulas semua yang pernah kubagikan dan pernah kujalani. Para tetamu sudah menikmati sesajian dan berpamit pulang, mungkin akan kosong. Tetapi masih ada anjangsana-anjangsana lainnya yang membuat kita akan bertemu pada suatu ruang dan lorong waktu yang tak seorangpun tahu.

Sekarang, selamat tahun baru! Dirgahayu untuk semuanya! Pesta kebun berakhir sampai di sini. Kita bertemu di pesta lainnya...

Hendaknya hidup bukan sekadar menunggu, tetapi melakukan. Kemarin adalah sejarah, esok menjadi misteri, hari ini adalah hadiah. Tiada yang lebih indah dari semua itu. Itulah satu-satunya alasan menjadi kado yang paling baik dan nyata.





Jakarta, 4 Desember 2009 | 22.54
A.A. - dalam sebuah inisial


Rabu, 02 Desember 2009

Desember Awal

Aku belum juga mati. Kini satu tahun sudah datang lagi, Desember awal sudah membuka lembaran barunya. Ya, aku belum juga mati. Prediksi mereka sepertinya meleset sebegitu jauh. Nyatanya, aku bisa bertahan sampai saat ini, hanya saja tekanan sosial lebih menekanku daripada rasa sakit semacam flu saja yang dapat membunuhku sekejap mata.

Kalender menunjukkan 1 Desember.

Praktisnya, ini tahun keempatku berada di tempat ini. Begitu memilukan hidupnya, kata kawan-kawanku yang masih peduli denganku kalau mereka mengingat tanggal ulang tahunku pada hari pertama bulan kedua-belas. Tetapi aku lebih kerasan untuk tetap hidup di sini dengan wilayah sosialisasi yang begitu sederhana. Begitu kecil lingkup pertemanan yang kumiliki namun rasa keterikatan batin lebih kuat di antara sesama kami.

Kalender menunjukkan 1 Desember.

Penyakit ini memang akan membunuhku, aku tahu itu. Aku juga tidak pernah memintanya. Apalagi sampai memohon-mohon untuk mati dengan penyakit yang dikatakan penyakit kutukan ini. Ini bukan hanya sakit secara fisik, tetapi juga rohani benar-benar diremukkan oleh penyakit ini.

Seseorang berkunjung ke rumahku sebelum aku berkemah di dalam rumah yang kutempati ini. Keluargaku sudah tahu dan aku memang membukanya tanpa merahasiakan apapun dengan mereka. Jujur saja lebih baik dan kurasa aku mendapatkan penyakit ini karena uji sampel darah di mana pekerjaanku sebagai tim medis begitu dominan untuk mendapatkan penyakit ini.

Kujabat tangan seorang yang datang itu. Dia menyambutnya dengan ramah dan hangat.

"Hei... Lekas ke toilet, cuci tanganmu bersih-bersih. Dia HIV positif." Seseorang temannya lagi membisikkan pelan. Aku membaca dari gerak bibirnya. Aku begitu miris dengan hidupku sendiri. Aku merasa kasihan dengan diriku.

"Maaf, toilet di mana ya?"

Dengan pedih dan tercabik-cabik rasanya, aku menunjukkan jalan menuju toilet. Benar saja, dia langsung mencuci tangannya berulang kali di hadapanku.

"Ah, pasti kalian belum makan siang..." tebak ibu.

"Hahaha... Ibu tahu darimana?"

"Saya tahu raut wajah kalian."

Ibu langsung menyajikan kue-kue kecil ke hadapan mereka. Mereka berbinar-binar menatap kue itu, hendak mencaploknya segera. Ah, nikmatnya - pikir mereka. Aku tersenyum saja, itu hasil karyaku.

"Ini buatan anak saya."

"Hmmmh... Maaf Bu, kami sudah kenyang."

"Lho?! Katanya kalian belum makan siang?"

"Iya... Maksudnya tadi, kami masih kenyang, Bu..."

***

Hari ini kalender pada 1 Desember.

Ulang tahunku ke-28. Tak ada perayaan seperti dulu. Tak ada pesta meriah. Tak ada acara yang menarik. Semua kulewati dengan mereka yang sependeritaan.

Seorang dokter gigi menolakku mentah-mentah ketika karies pada gigiku membuat nyeri.

"Saya HIV positif, Dok..."

Dokter itu langsung meletakkan penanya dan mengatakan kepadaku: "Kami tidak menerima pasien yang terinfeksi HIV positif. Silahkan Anda meninggalkan ruangan ini dan mencari dokter lain."

Koyakan itu seperti ribuan godam, mengalahkan nyeri yang ada di gerahamku. Lantas, kalau aku seorang HIV harus dikucilkan seperti ini?

Hari ini 1 Desember, tahun keempat keberadaanku di sini, 28 tahun bertahan hidup, dan hari AIDS sedunia.

Mereka mengatakan jangan kucilkan kami, tetapi sampai sekarang kami tetap sebagai orang yang terkucilkan. Bahkan kami sakit bukan karena fisik kami yang lemah, tetapi goyah jiwa kami akibat mereka yang enggan berbagi cerita dengan kami. Kami dibunuh bukan karena virus yang ada dalam tubuh kami, tetapi mereka enggan menerima kami sebagai sesamanya. Antiretroviral memang menolong kami, tapi tidak menyelamatkan kami. Kami tetap dilakukan seperti itu di tengah kehidupan sosial kami.

Aku lebih memilih mati daripada sistem kasta yang tak tercantum dalam masyarakat bahwa kami harus disingkirkan...



2 Desember 2009 | Untuk Hari AIDS Sedunia
Stop AIDS: Akses untuk Semua !
Lawan virusnya, bukan orangnya...

Kamis, 19 November 2009

Arti Seorang Saudara

Tak pernah terpikirkan untuk beride semacam ini, menuliskannya kata-kata ini pada malam ini.  Genap sudah akan apa yang harus kutulis. Mungkin ini hanyalah sebuah awal dari kata-kata, tetapi semua meluncur dengan sendirinya tanpa kendali.

Beberapa tulisan masih dalam bentuk draft juga menggantung sebagai permintaan maaf karena waktuku lebih menyita kepada menumpuknya tugas-tugas yang harus terselesaikan sebelum 2009 ini berakhir. -Seharusnya kamu tahu, aku kurang begitu suka dengan kehadiran deadline yang acap kali membunuhku untuk berkarya secara sempurna.-

Ada yang harus kutahan dahulu sampai akhir bulan ini. Semoga banyak pekerjaanku yang tertuntaskan pada akhir bulan ini dan kepingan itu untukmu. Kupastikan hal ini, tumpukan buku itu tak perlu lagi kamu baca secara cuma-cuma di toko buku sambil berdiri karena takut dimarahi oleh keamanan toko tersebut. Malah aku bahagia sekali jika dapat menjadikan cerita-cerita imajinatif itu menjadi milikmu.

Apa arti kehadiranmu selama 13 tahun -benarkan 13 tahun?- menjadi teman seperjalananku? Lebih dari sekadar teman, sahabat, bahkan saudara. Seolah semuanya melebur begitu saja karena kedewasaanmu melebihi yang kutahu dan kita memang lebih baik berada seperti ini. Berbicara dengan watak kita masing-masing dan cenderung memihak untuk mencapai pada mufakat. Berdiskusi sampai larut malam, membaca dari pagi sampai pagi, bermain dan tertawa sampai kita tersadar bahwa semua itu lebih dari yang kita percayakan saat ini bahwa kita ada karena keberadaan kita sendiri yang memang saling membutuhkan.

Kita berbagi cerita bahagia dan tragedi kepedihan. Bukan seperti sinetron. Melainkan realita hidup yang perlu untuk kita maknai lebih mendalam dan bukan sekadar main-main dengan waktu. Cerita-cerita yang kita selingi dengan tawa atau air mata adalah makna itu sendiri. Makna berbagi dan saling merasakan bahwa kita memang satu jiwa dan satu tubuh dalam ikatan satu darah. Bahwa kita sama-sama dilahirkan dari rahim yang sama dan dari orang tua yang mengenal kita yang sama.

Arti seorang saudara untukku adalah arti kehadiranmu sendiri. Seperti yang pernah kutuliskan di sini kepadamu satu tahun silam: "Karena kamu adalah bagian dari jiwaku" Aku berani mengatakan itu karena perasaan yang memang hadir dan bermakna lebih dari semua yang pernah kita lalui.

Pengalaman dan cerita yang pernah kita lewati bersama adalah porsi lebih dari sekadar seorang sahabat dan seorang saudara. Kau bukanlah saudaraku, tetapi belahan jiwaku. Kebahagiaan dan kedukaan yang terjalani adalah warna warni dari kehidupan kita. Hanya itu yang dapat kukatakan sebagai seorang saudara. Dirimu mendapatkan tahta terhormat dari hierarki yang ada di dalam diriku ini. Aku tak akan sungkan-sungkan bertaruh kehormatanku demimu.

Semoga kebahagiaan malam ini, menjadi milikmu selalu. Bahkan lebih...



Aku akan setia menjagamu sampai engkau berani mengepakkan sayapmu
Terbang jauh, dan aku yakin itu adalah awal kedewasaanmu
Namun aku selalu siap sedia ketika engkau terjatuh
Aku akan menghiburmu dan mengobatimu
(Dan tak sedetikpun kurelakan membuatmu menjerit sakit)

Brotherhood forever, I'm said...
I believe everything is forever









Teruntuk Adryan Adisaputra Tando
Jakarta, 19 November 2009 | 22.03

Rabu, 18 November 2009

Maaf

Mungkin memang harus kuucapkan maaf sebelum pukul dua belas malam ini tepat datang menyinsing. Sebelumnya, kamu harus tahu satu hal: aku senantiasa akan menepati janjiku. Kamu tak perlu tahu apa yang akan kuberikan kepadamu setelah hari-hari yang begitu jauh sudah kupikirkan. Untuk saat ini, memang kamu boleh kuperkenankan untuk mengecapku sebagai seorang yang tak pernah tepat pada ikrarnya. Tetapi akan kugenapi semuanya ini ketika hujan tak akan pernah turun lagi di bumi dan matahari saja yang akan memanggang kulit kita.

Sejatinya kamu tahu, aku tidak pernah takut akan kematian...

Lantas apa yang harus kita bagi dengan hidup? Aku saja masih bertanya kepada waktu yang begitu lelah berputar. Detak jantungnya untuk memutar detik begitu lambat sampai-sampai hendak aku tertidur di hadapannya. Terkadang kita perlu bersabar menghadapi semua ini. Aku tidak tahu apa engkau masih mengingatku sebagai seorang saudagar yang kaya akan janji yang tak urung lepas tetapi aku tahu akan satu hal untuk esok hari.

Malam sudah datang, tidurlah sebelum kau terlelap tanpa izin...

Mungkin aku tidaklah sepandai dahulu meramu seluruh kata-kata kepadamu untuk mengucapkan maaf, memang lebih baik seperti ini. Penuh kebenaran dan ketulusan, aku belum sanggup menggenapi janji kepadamu. Kepadamu seluruhnya. Namun aku tidak akan lekas hanyut sampai aku belum sanggup menggenapi janji kepadamu. Percaya untuk satu hal ini dan catatlah...


Kalau memang tak sampai waktuku
Cukuplah catatan ini saja menjadi balasannya
Bukan prasasti, bukan sebuah yupa
Tetapi pengingatku akan ikrarku sampai mati
Kepada sebuah kata, memang harus kuucapkan
Begitu berat di lidah, hatipun enggan berkata


::: untuk sebuah kata -maaf- :::


Maaf untuk semua yang tertunda
Maaf untuk semua kelalaian
Maaf untuk semua kesalahan
Maaf untuk semua yang patut dikatakan maaf...





Malam penuh penyesalan,
Jakarta diwangikan dengan hujan
18 November 2009 | 20.32

Sabtu, 14 November 2009

Setetes Air

Bapak enggan memakannya. Sakit memaksanya hanya dapat menerima asupan konsumsi lewat selang yang begitu lambat mengalir untuk masuk ke dalam tubuhnya. Aku tetap setia menunggunya. Walaupun dokter sudah mengetok palu, memberikan vonis kepadanya, tak akan lama lagi waktunya, aku tetap menantinya.

"Aku haus..."

Aku tidak diperbolehkan memberikannya minum. Paru-parunya sudah begitu basah. Dokter mengatakan cukuplah suplai dari infus saja yang hanya boleh masuk ke dalam tubuhnya. Zat kimia sudah begitu banyak menumpuk di dalam tubuhnya. Setiap jam, setiap menit, perawat dan tim medis lainnya hilir mudik. Entah mereka mengukur tensi dan suhu tubuh bapak, memeriksa infus, mengganti botol infus, memberikan suntikan, dan lainnya.

Bau obat ini cukup mengenyangkanku. Aku tak bisa makan. Perutku serasa penuh.

Bapak mencengkram tanganku, namun tidaklah keras. Aku tahu apa yang dikehendakinya. Air. Aku tetap berpura-pura mengacuhkannya. Ini demi kesembuhanmu, Pak...

Namun, bukannya bapak menyerah dan membiarkanku tetap pada pendirianku, bapak malah melambai-lambaikan tangannya ke dekat meja di mana gelas berisi air penuh diletakkan. Ia hampir menggapainya, namun gelas itu pecah.

"Praaaang...."

Aku hanya tercengang menatapnya. Bapak menjatuhkan tangannya lunglai. Perlahan ia menangis. Benar-benar air matanya jatuh. Aku berusaha mengembalikan posisi tidurnya sambil merayunya.

"Pak, paru-paru bapak sudah terlalu basah..."
"Aku hanya ingin minum. Aku haus."
"Tapi ini demi kesembuhan bapak."
"Aku akan mati, aku tahu. Aku tak akan sembuh."

Ketika ia mengatakan itu, pecahlah air mataku. Membelah pipiku sendiri.

"Bapak, jangan bicara seperti itu!"
"Berikan aku minum, setetes saja. Aku tak akan meminta lagi."

Aku meminta gelas baru dan menuangkan air untuknya. Sesuai dengan kesepakatan: setetes air. Kujatuhkan setetes ke dalam mulutnya. Bibirnya begitu kering.

"Tiba saatnya..."

Bapak tertidur, lelap... Lelap sekali. Dan tak pernah bangun lagi untuk meminta setetes air.




Jakarta, 15 November 2009 | 11.42
Terngiang menjagamu di kamar beku itu, Om...

Jumat, 13 November 2009

Mungkin Dia Tersipu Malu

ke mana wahai sangkakala yang memerdukan fajar
ketika anak-anak kecil berlari hanya dapat mendengar
dan mereka tidak tahu di mana mata suara nyanyian itu

"hei... dapatkah kalian tahu di mana itu?"
anak-anak lain menggelengkan kepalanya dan berlalu
mereka berlari-lari mengejar matahari

"ah, dia seorang gadis, pandai memainkannya..."
orang itu berlalu dan meninggalkanku sendiri
aku masih mencari mata suara itu, hendak kutemui dia

suara itu semakin cepat, deras, dan dekat
tapi tak ada jalannya menuju kepada dia
ah, mungkin dia malu kepadaku


Jakarta, 14 November 2009 | 7.38

Pernahkah kita meminta, mengharapkan, dan berdoa agar menginjak bumi? Pernahkah kita berpikir bumi itu adalah surga yang abadi? Pernahkah kita berpikir bumi itu adalah neraka yang menjilat-jilat dengan apinya?

Minggu, 01 November 2009

This Is It

One, Two, Three, Four

This is it, here I stand
I'm the light of the world, I feel grand
Got this love I can feel
And I know yes for sure it is real

And it feels as though I've seen your face a thousand times
And you said you really know me too yourself
And I know that you have got addicted with your eyes
But you say you gonna live it for yourself.

I never heard a single word about you
Falling in love wasn't my plan
I never thought that I would be your lover
C'mon baby, just understand

This is it, I can say,
I'm the light of the world, run away [?]
We can feel, this is real
Every time I'm in love that I feel

And I feel as though I've known you since 1, 000 years
And you tell me that you've seen my face before.
And you said to me you don't wnat me hanging round
Many times, wanna do it here before

I never heard a single word about you
Falling in love wasn't my plan
I never thought that I would be your lover
C'mon baby, just understand

This is it, I can feel
I'm the light of the world, this is real
Feel my song, we can say
And I tell you I feel that way

And I feel as though I've known you for a thousand years
And you said you want some of this yourself
And you said won't you go with me, on a while
And I know that it's really cool myself

I never heard a single word about you
Falling in love wasn't my plan
I never thought that I would be your lover
C'mon baby, just understand

I never heard a single word about you
Falling in love wasn't my plan
I never thought that I would be your lover
C'mon baby, just understand


Michael Jackson - This Is It Concert


Jumat, 23 Oktober 2009

Kabut Hitam

Kabut Hitam
Catatan Kaki-kaki [3]



"Aku begitu heran mengapa pagi ini hanya ada awan hitam tanpa matahari. Mungkin akan ada pertanda buruk, mungkinkah firasat semalam akan lekas menjadi kenyataan."
"Hei, kenapa begitu pesimis? Firasat itu hanyalah permainan hati. Kita bisa menerima dan jalankan saja semua alurnya. Kita mainkan saja melodi-melodinya."
"Tapi aku takut, awan sudah diselimuti kabut. Kata orang, ini adalah pertanda yang kurang baik. Walau aku tahu ini adalah musim hujan, tetapi mengapa harus sekarang askan turun hujan. Apakah tak ada hari lain?"
"Mungkin saja ada, tapi waktu sudah menentukan kehendaknya juga."




Catatan Kaki-kaki adalah serial 99 catatan dengan gaya bahasa komunikasi antar dua orang. Tulisan ini pernah dilabuhkan di blog lama saya dan pada akhirnya berlabuh juga pada blog ini. Tulisan yang ada di dalam serial ini tidak akan pernah dapat disamakan dengan cerpen karena karakter tulisannya yang terlalu sedikit. Di sini -dalam serial ini-, tidak akan pernah ditemukan narasi yang tidak dalam bentuk dialog.

Jumat, 09 Oktober 2009

Kembali

Ketika kita beranjak pergi, mengangkat ransel, mengenakan sepatu gunung, dan tertatih-tatih melangkah meninggalkan rumah, akankah kau ingat masakan di rumahmu yang harumnya sampai ke hidungmu tak terbatas jarak? Ketika pintu rumah menanti untuk kau datangi setelah engkau beranjak pergi begitu jauh, lepaskan sepatumu dan masuklah sejenak, ingat-ingatlah masa kecilmu yang bahagia.

Merpati pun akan pulang ke sarangnya setelah beranjak begitu lama. Ikan-ikan akan kembali ke dalam karangnya setelah bermain-main di dasar laut. Pengembara akanlah singgah dan beristirah di rumahnya sejenak untuk melepas rindu kepada kampung halaman. Semua akan kembali pada mulanya seperti yang ada tertulis bahwa debu kepada debu dan tanah kepada tanah.

Begitu pula dengan menanti, kita berjalan seperti Tuhan menulis skrip permainan ini. Aku berlari, berjalan, terjatuh, terantuk, bangkit, dan akhirnya akupun juga akan pulang. Karena penantian panjang semua manusia adalah kembali kepada Sang Pencipta sebagaimana telah ada tertulis dan itu sudah menjadi paten setiap waktu dan sepanjang masa.

Sudah tahulah semua manusia bahwa manusia boleh berencana tetapi Tuhan sudah berencana jauh dari dahulu pembentukannya dunia ini. Kita hanya menerima dan menjalankan semuanya. Kita adalah petualang dan peziarah dunia yang akan mencari suatu jalan kembali kepada Tuhannya manusia masing-masing pribadi. Puncak kemenangan dan kejayaan seorang petualang adalah ketika dia kembali dengan selamat setelah mengarungi dasar lautan, mendaki puncak gunung, melintasi jalan berliku, mengepakkan sayapnya di awan-awan. Begitu pula dengan hidup ini, kita menanti, mencari, dan menerjemahkan semua aral dan tujuan hanya untuk menemukan sesuatu jalan: kembali.

Sabtu, 03 Oktober 2009

3 Oktober

Sudah Oktober lagi rupanya,

kamu masih memandang langit itu?
masihkah menghitam pekat seperti tahun lalu?
di sini hujan, begitu derasnya
kadang kilatpun masuk tanpa mengetuk pintu

tak mengenal permisi, katamu
dan kini seperti kilatan kamera ketika kupotret

ah, ya... masih ada beberapa bulan
sebelum tahun ini habis, bukan?
butuh konsistensi lebih kepada waktu
jangan pernah bercanda kepadanya
kita akan terus dibawanya menjadi tua

mari kita bentuk epilog menarik
di ujung kisah perjalanan ini

hujan masih turun dengan derasnya
mungkin dia merindukan bayangmu
untuk tidak lagi membuatnya meruntuh

yah... ya... baiklah
kita mengetas rindu atas jauhnya jarak
kita mencari hati di bentangan laut luas
bagaimana rasanya berbagi di antara daratan
dan laut menjadi pemisah yang begitu nyata
bukankah pada tanggal ini juga
aku berada di kota itu dalam kesunyian
di dalam kereta malam, kutatap jendela
terbelah-belah oleh percikan hujan

aku masih mengenalmu
dalam satu nama
dalam satu jiwa
dalam satu pribadi utuh

dan ketika perpisahan
ada baiknya aku bermain dalam monolog
toh, kita juga menjalani semua dengan improvisasi

lantas, hari ini
apa yang harus kubagi?



3 Oktober 2009 | 20.29
Jakarta yang dibelah hujan
AA - dalam sebuah inisial

Jumat, 02 Oktober 2009

Ubud Writers And Readers Festival 2009

Start:     Oct 7, '09
End:     Oct 13, '09
Suka Duka : Compassion and Solidarity
7 October – 11 October 2009

The established will meet the new.
The East will cross paths with the West.
It will be a literary celebration like no other.

This year’s Ubud Writers & Readers Festival promises to be as exciting as ever. Our 2009 theme Suka-Duka: Compassion & Solidarity.

Suka Duka is an ancient communal wisdom that for centuries has been one of the main pillars of Bali’s traditional institutions and communities. The principle has guided the members of the traditional institutions, such as banjar (neighbourhood organisations) and desa pakraman (customary villages), to act as one single entity in dealing with life’s hardships and blessings. The suffering of one member will be shouldered by all, while the joy of one will be shared by the other.

The theme reflects the Festival’s commitment to turn this literary gathering into an inspiring moment, through which writers and readers from every corner of the world can establish a mutual understanding as well as a common platform to remind the world of the need to think and act as one single, compassionate entity, particularly during this epoch of violent conflicts and social turmoil.

Linger over a literary lunch or candle-lit dinner in some of Ubud’s elegant hotels and gracious homes featuring our acclaimed writers and visiting chefs. Enjoy poetry under the shade of a Buddhist stupa and late night martinis and readings in one of Ubud’s legendary bars. Be dazzled by some of the finest performance poets in the region in grass-roofed venues surrounded by ricefields. Watch plays and theatre in Ubud’s temples set in frangipani and lotus gardens.

Join workshops that teach the craft of writing, in between book launches, performances, exhibitions, cocktail parties and celebrations into the early hours of the morning.

And if that is not enough, the 2009 Festival will take to the streets once again with a dazzling carnival of poetry and performance in one of Ubud’s charming laneways.

Is it any wonder we are named ‘one of the six best literary festivals in the world!’


More info - http://www.ubudwritersfestival.com

LOMBA RESENSI BUKU “API SEJARAH”

Start:     Oct 3, '09
End:     Nov 5, '09
UJI KEMAMPUAN MENULISMU DENGAN MENGIKUTI LOMBA RESENSI
BUKU “API SEJARAH”

KETENTUAN:
• Buku yang diresensi berjudul: “Api Sejarah: Peran Ulama dan Santri dalam Menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia” karya Ahmad Mansyur Suryanegara (diterbitkan Salamadani).
• Resensi yang dikirim adalah hasil karya sendiri. Bukan saduran, jiplakan atau plagiat.
• Panjang resensi minimal dua halaman A-4, ketik 1,5 spasi, font times new roman 12, dan semua marjin 3 cm.
• Resensi yang dilombakan telah dimuat dalam media cetak (mulai 17 September sampai 5 November 2009).
• Naskah resensi dikirim melalui pos/biro kirim dengan mencantumkan “LOMBA RESENSI BUKU SALAMADANI” di pojok kiri atas amplop ke: PT.Salamadani Pustaka Semesta, Jalan Pasirwangi No.1 (Pasirluyu) Soekarno Hatta Bandung 40254.
• Sertakan biodata lengkap dan fotokopi identitas diri (KTP, SIM, atau KTM).
• Lomba resensi ini terbuka untuk umum dan berakhir pada 5 November 2009.
• Pengumuman pemenang 10 November 2009.

HADIAH BAGI PEMENANG LOMBA:
Juara 1 : uang tunai Rp750.000 dan paket buku dari Salamadani senilai Rp250.000.
Juara 2 : uang tunai Rp500.000 dan paket buku dari Salamadani senilai Rp250.000.
Juara 3 : uang tunai Rp250.000 dan paket buku dari Salamadani senilai Rp200.000.

INFO lengkap silakan hubungi Ahsa: 022-5222052 atau klik: www.penerbit-salamadani.com



FROM Here

Lomba Cerpen Kawanku

Start:     Oct 3, '09
End:     Dec 10, '09
send us your greatest imagination
dan menangkan total hadiah 10 juta rupiah!

“Write out of your limited experience and start from unlimited imagination.” (James A. Michener)

Yap, that’s right, bebaskan imajinasi kita dan tuangkan imajinasi itu ke atas kertas. Karenaaa… Lomba Cerpen kaWanku 2009 sudah mengintip di ambang pintu. Dan W pengin kamu semua mengirimkan imajinasi terbaik kamu buat memeriahkan event ini.

syaratnya:
- Tema cerpen: BEBAS! Bikin tema apa saja sesuai imajinasi kita.
- Panjang cerpen: Panjang naskah maksimal 9100 karakter termasuk spasi, atau 1400 kata dengan double line spacing. Ini sekitar 6-8 halaman kuarto.
- Syarat peserta: Cewek yang pada bulan Desember 2009, usianya enggak lebih dari 19 tahun. Jadi kamu wajib melampirkan fotokopi kartu pelajar/KTP/SIM/kartu keluarga/akte kelahiran. Btw, kamu boleh mengirimkan lebih dari satu cerpen.
- Cerpen paling lambat diterima di meja panitia tanggal 10 Desember 2009.
- Naskah yang dikirim merupakan karya asli dan belum pernah dipublikasikan!

karya boleh diserahkan langsung atau dikirim melalui:
- Pos ke Panitia Lomba Cerpen kaWanku, Graha Mandiri Lt. 14, Jalan Imam Bonjol No. 61 Jakarta Pusat 10310. Tuliskan LOMBA CERPEN di sudut kiri atas amplop dan lampirkan form di bawah ini.
atau…
- Email ke cerpenkawanku@gmail.com dengan subject LOMBA CERPEN. Untuk pengiriman melalui email, harap menyalin dan mengisi data-data yang ada di form di bawah ini. Jangan lupa untuk attach hasil scan kartu pelajar/KTP/SIM/kartu keluarga/akte kelahiran. Pengirim lewat email akan diminta untuk mengirimkan form bermaterai bila terpilih dalam 20 besar nominasi Lomba Cerpen kaWanku 2009.

and the winner gets…
Juara I : Rp2.500.000
Juara II : Rp1.500.000
Juara III : Rp1.000.000
Juara Harapan I : Rp800.000
Juara Harapan II: Rp700.000
Juara Harapan III : Rp500.000
10 Pemenang Hiburan @Rp300.000 (Hadiah pemenang sudah termasuk honor pemuatan di majalah kaWanku).

Semua cerpen yang masuk menjadi milik panitia. Cerpen yang tidak menang tapi layak muat akan diberi honor sesuai ketentuan pemuatan cerpen reguler majalah kaWanku. Pemenang akan diumumkan di majalah kaWanku edisi 63 yang terbit tanggal 30 Desember 2009.


INFO Here

Soliloquy - Theme




Kamis, 01 Oktober 2009

Doa Seorang Kawan

Kawan,
Mungkin aku sendiri tidak merasakan apa yang terasa kini
Aku tak dapat membaca isi hatimu yang penuh gundah gulana
Penuh air mata yang mengoyak batinmu dan tak bisa kau sunggingkan senyuman
Tapi Tuhan tahu, karena Ia tidak pernah membutakan mataNya untuk memperhatikan engkau
Dia menghitung setiap tetesan air mata yang kau jatuhkan
Dia menghitung luka-luka yang tergores di ragamu

Kawan,
Mungkin aku tak dapat menghiburmu, membuatmu tertawa
Aku tak tahu sedalam mana engkau terluka kehilangan semuanya ini
Sekejap saja, getaran itu merampas semua yang engkau miliki
Dan semua itu haruslah ditebus dengan air mata, jerit tangis, histeris, bahkan kematian
Tapi Tuhan tahu, karena Is tidak pernah mematikan nuraniNya untuk mengulurkan kebutuhanmu
Dia sudah mencatat semua yang akan engkau butuhkan
Dia akan mengirimkan semua perlengkapanmu untuk melanjutkan hidup

Kawan,
Kita tak pernah memilih, meminta, mendoakan, dan merancang semuanya
Kita tak pernah menginginkan, mencari, dan mengharapkan semuanya
Engkau berkata: takdir... takdir... aku harus menerimanya ini
Aku belajar dari semua cerita pedih ini, tragedi yang penuh dengan gambaran hitam
Semuanya hanyalah sementara, dan Tuhan tidak pernah main-main dengan ciptaanNya

Kawan,
Jangan pernah salahkan dirimu, jangan kau cerca Tuhanmu
Tak sepenuhnya dosamu juga tak sepenuhnya Tuhan marah padamu
Kita harus ditampar karena kita sudah tak dapat lagi disentil
Kita sudah kebal dengan sentilan, kita harus mendapat yang lebih sakit lagi
Mungkin aku dapat berkata seperti ini, tapi engkau...
Entahlah, bagaimana keadaanmu di sana di mana engkau masih mencari hidup
Mencari ayah, ibu, anak, saudara, kakek, nenek, dan sanak keluargamu
Menangisi mereka yang sudah berpulang dalam reruntuhan

Kawan,
Ingatlah, aku masih perduli kepadamu, jangan salahkan dirimu
Kuyakini semua doamu Tuhan dengar, Tuhan akan mengabulkan
Dia akan mengembalikan dan mengandakan semua yang telah kau miliki sebelumnya
Kita tak pernah meminta, memilih, dan mencari semua ini
Tuhan akan mengamini seluruh doamu, Tuhan tidak menulikan telingaNya
Tuhan sayang kepadamu dan Dia menginginkan sesuatu darimu

Amin







Dedikasi untuk sahabat-sahabat di tanah bencana
Teriring doa untuk kalian semua, tetap tegar



Jakarta di Hari Kesaktian Pancasila 2009 | 21.32

Minggu, 27 September 2009

Sang Petualang (Kantata Takwa)


           ::: Iwan Fals :::

Laut biru begitu lapang
Dan gelombang menghalau bosan
Petualang bergerak tenang
Melihat diri untuk pergi lagi

Ya sejenak hanya sejenak
Ia membelai semua luka
Yang sekejap hanya sekejap
Ia merintih pada samudera

Sebebas camar engkau berteriak
Setabah nelayan menembus badai
Seikhlas karang menunggu ombak
Seperti lautan engkau bersikap

Petualang merasa sunyi
Sendiri di hitam hari
Petualang jatuh terkapar
Namun semangatnya masih berkobar

Petualang merasa sepi / merasa sunyi
Sendiri dikelam hari
Petualang jatuh terkulai
Namun semangatnya bagai matahari

Sebebas camar engkau berteriak
Setabah nelayan menembus badai
Seikhlas karang menunggu ombak
Seperti lautan engkau bersikap

Ya sang petualang terjaga
Ya sang petualang bergerak
Ya sang petualang terkapar
Ya sang petualang sendiri

Sang Petualang

Sang Petualang
Catatan Kaki-kaki [2]


"Kamu masih ingin berangkat? Dengan keadaanmu seperti sekarang ini? Ah, jangan gila kamu! Kalau terjadi apa-apa, aku tak tahu lagi bagaimana keadaanmu."
"Percaya saja, modalnya hanya itu. Semua akan baik-baik saja. Aku sudah mulai merasa lebih baik dan siap untuk mengangkat ransel kembali."
"Tolong hubungi aku kalau terjadi apapun denganmu, aku pasti akan cemas menunggu kabar darimu. Aku tahu jiwamu itu memang membara, tetapi peduli jugalah denganku, dengan mereka yang menantimu."
"Lepaskan aku, tolong... Bebaskan diriku untuk meraih gunung bahkan aku ingin mati di puncaknya!"



Catatan Kaki-kaki adalah serial 99 catatan dengan gaya bahasa komunikasi antar dua orang. Tulisan ini pernah dilabuhkan di blog lama saya dan pada akhirnya berlabuh juga pada blog ini. Tulisan yang ada di dalam serial ini tidak akan pernah dapat disamakan dengan cerpen karena karakter tulisannya yang terlalu sedikit. Di sini -dalam serial ini-, tidak akan pernah ditemukan narasi yang tidak dalam bentuk dialog.

Senin, 21 September 2009

Hai, Pagi

Hai pagi,
mari kita minum sajian kopi pahit ini

Hai pagi,
mari kita santap
roti sarapan ini

Hai pagi,
mari kita bekerja untuk hari ini

Minggu, 20 September 2009

Kepada Pagi Ini

Kepada Pagi Ini
Catatan Kaki-kaki [1]




"Ah, katamu kita berbicara di depan kafe itu sambil mencari sinyal wi-fi pagi ini."
"Adakah baiknya kita terdiam sejenak?"
"Oh, pada mulanya seperti itu saja."
"Jangan pernah buang waktumu itu, lantas gunakanlah saja."
"Kuharap demikian, mari nyalakan notebookmu dan bekerjalah karena hari-hari adalah jahat."







Catatan Kaki-kaki adalah serial 99 catatan dengan gaya bahasa komunikasi antar dua orang. Tulisan ini pernah dilabuhkan di blog lama saya dan pada akhirnya berlabuh juga pada blog ini. Tulisan yang ada di dalam serial ini tidak akan pernah dapat disamakan dengan cerpen karena karakter tulisannya yang terlalu sedikit. Di sini -dalam serial ini-, tidak akan pernah ditemukan narasi yang tidak dalam bentuk dialog.

Jumat, 18 September 2009

Indonesia Library and Publisher Expo 2009

Start:     Oct 17, '09
End:     Oct 25, '09
Pengantar

Untuk yang pertama kalinya Perpustakaan Nasional dan Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) akan menyelenggarakan pameran akbar "INDONESIA LIBRARY AND PUBLISHER EXPO 2009" yang diikuti seluruh perpustakaan tingkat provinsi, kabupaten, kota BUMN, Departemen, Universitas, Perbankan, Perpustakaan Perusahaan Swasta, serta Penerbit Buku.

Kami yakin pameran "INDONESIA LIBRARY AND PUBLISHER EXPO 2009" yang pertama ini akan mendapat apresiasi yang sangat tinggi dari seluruh penggeliat perpustakaan dan penerbit buku serta masyarakat umum.

Dengan dilaksanakannya pameran ini akan menjadi alat komunikasi yang efektif antara pustakawan, penerbit, toko buku, distributor dan masyarakat luas. Di sini juga perpustakaan dari seluruh Indonesia akan memamerkan buku unggulan/koleksi setiap perpustakaan, dan penerbit akan memamerkan buku-buku terbarunya yang bisa menambah koleksi perpustakaan, serta yang terpenting dalam pameran ini agar masyarakat luas, penerbit dan penggeliat perpustakaan dapat saling berkomunikasi.

Dalam pameran ini, akan menampilkan beraneka ragam acara yang akan dikemas dalam bentuk ilmiah dan hiburan. Selain itu pemaren ini akan dijadikan sarana yang positif dan efektif untuk membangun serta memperkenalkan perpustakaan dan penerbit terhadap yang peduli akan kemajuan perpustakaan dan penerbitan sehingga, perpustakaan dan penerbit ikut serta untuk memajukan pendidikan dan kemajuan bangsa.

TUJUAN PAMERAN


1. Sarana tukar menukar informasi antara perpustakaan dan penerbit.

2. Agar perpustakaan dan penerbit memiliki satu tujuan untuk meningkatkan budaya baca.

3. Memperkenalkan koleksi unggulan Perpustakaan Daerah yang ditampilkan, melalui seni,

budaya dan menampilkan muatan lokal daerah masing-masing.

4. Membudayakan kunjung perpustakaan dan mempromosikan keberadaan perpustakaan

serta mengoptimalkan fungsi perpustakaan.

5. Merupakan sarana studi banding antar berbagai perpustakaan daerah.


TEMPAT DAN WAKTU PAMERAN

Tempat : Gedung Istora Gelora Bung Karno, Senayan Jakarta

Waktu : Tanggal 17 - 25 Oktober 2009

Pukul : 09.00 - 20.00 WIB

* Peserta Pameran
* Produk
* Media Promosi
* Acara
* Biaya dan Fasilitas
* Pendaftaran
* Formulir Pendaftaran




INFO HERE

Diary Project 2009 Tobucil & Klabs

Start:     Sep 18, '09
End:     Dec 1, '09
Diary Project 2009 Tobucil & Klabs

Bertepatan dengan ulang tahun Tobucil & Klabs yang ke 8, yang jatuh pada 2 Mei 2009, kami bermaksud kembali meluncurkan program online ini sebagai bagian dari visi dan misi tobucil, yang menjadikan gerakan literasi sebagai bagian dari keseharian. Tentunya dengan pengeloaan program yang lebih baik dan teknis yang lebih mudah.

Lewat program Diary Project 2009, Kami ingin mengajak partisipan untuk berbagi cerita yang menjadi narasi individu dengan tema-tema yang kami pilih sesuai dengan visi dan misi Tobucil & Klabs "Literacy in your everyday life".


Apa tema Diary Project Tobucil & Klabs 2009?

Diary Project 2009 Tobucil & Klabs menawarkan tema "Aku dan Kota Tempat Tinggalku". Melalui tema ini, kami berharap partisipan dapat menceritakan pengalaman maupun pandangan pribadinya tentang bagaimana sebuah kota meninggalkan jejak ingatan sebagai sebuah tempat tinggal. Kami yakin, setiap individu pastilah memiliki keterhubungan yang berbeda-beda dengan kota tempat tinggalnya. Ingatan-ingatan tentang kota sebagai tempat tinggal inilah yang akan menjadi kisah-kisah yang membangun kesejarahan kota dari sudut pandang warganya. Sehingga beberapa tahun kemudian, kisah-kisah ini akan menjadi catatan berharga saat generasi berikutnya, ingin mengetahui sejarah kota, tempat ia tinggal.


Apa tujuan dari program ini?

Secara sederhana, program ini bertujuan untuk mengumpulkan catatan-catatan tentang kota sebagai bagian dari sejarah sosial yang dibuat oleh warganya sendiri. Harapannya, catatan-catatan ini, membuat kita lebih mengenal kota tempat kita tinggal dan menjadi lebih peduli dengan segala perkembangan dan persoalannya.


Bagaimana cara bergabung dengan program Diary Project 2009 Tobucil & Klabs?

Caranya sangat mudah:

* Terbuka untuk umum, semua umur, semua kalangan dan gratis, selama dapat mengakses internet.
* Peserta bebas berdomisili di kota manapun, baik di dalam maupun di luar Indonesia.
* Tulis kisahmu yang sesuai dengan tema 'Aku dan Kota Tempat Tinggalku'
* Panjang tulisan bebas.
* Menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa Inggris.
* Keterangan tempat dan waktu harap ditulis dengan sebenarnya. Nama pelaku yang terlibat dalam kisah, bisa disamarkan, namun waktu dan tempat, mohon disebutkan sesuai dengan kejadian yang dikisahkan.
* Boleh menyertakan foto maksimum 5 foto dengan ukuran masing-masing 400 pixel resolusi 72 dpi. Kirimkan melalui attachment.
* Kamu juga bisa mengirimkan tulisan yang pernah kamu muat di blog kamu dengan mengirimkan link dimana tulisan itu berada.
* Untuk tulisan yang diambil dari notes di facebook, tulisan harap di copy ke body mail, lengkap dengan link alamat profil partisipan di facebook.
* Kirimkan tulisan, foto atau link tulisan kamu yang sesuai tema ke alamat email: tobucil@gmail.com, dengan subjek: Diary Project 2009 nama partisipan. Misalnya: Diary Project 2009 Tarlen Handayani.
* Setiap partisipan dapat mengirimkan lebih dari satu tulisan.
* Program ini berlangsung mulai April sampai Desember 2009.
* Seluruh tulisan yang masuk akan di publikasikan di blog diary project 2009 http://tobucildiaryproject.blogspot.com/
* Seluruh tulisan yang dipublikasikan berada dibawah lisensi Creative Commons Attribution-Noncommercial-No Derivative Works 3.0 Unported


Setiap partisipan, harap mengirimkan biodata singkat berupa:

* Nama Jelas
* Kota tempat tinggal
* Alamat email
* Alamat blog
* Jenis Kelamin (tidak kami publikasikan)
* Umur (tidak kami publikasikan)
* Pekerjaan (tidak kami publikasikan)


Program ini merupakan program online Tobucil & Klabs

Penanggung Jawab Program: Tarlen Handayani (Program Director Tobucil & Klabs)
kontak: tobucil@gmail.com

------
Tentang Diary Project

Media catatan harian (diary) selama ini menjadi bagian yang akrab dari keseharian bagi banyak orang. Diary juga memungkinkan kita untuk berekspresi dengan leluasa dan mengungkapkan pandangan-pandangan yang sangat personal.

Diary Project merupakan program menulis buku harian yang terbuka untuk siapa pun yang tertarik. Program ini di latarbelakangi bahwa selama ini pengalaman, pemikiran-pemikiran, gagasan, dan ide-ide kreatif individu sering kali muncul namun lewat begitu saja karena tak ada proses pencatatan dan pembacaan lebih jauh. Selain itu, catatan tersebut dianggap tidak penting dan hanya dibaca oleh kalangan terbatas saja. Karenanya program ini mengajak sebanyak mungkin individu untuk berbagi catatan pengalaman dengan tema tertentu, untuk saling memberi inspirasi satu sama lain dan lebih jauh lagi menjadi bagian dari catatan sejarah sosial masyarakat.

Sekilas tentang Program Diary Project 01 dan Diary Project 02

Diary project adalah program Tobucil & Klabs yang pertama kali diselenggarakan tahun 2004 dengan mengambil tema mencatat pengalaman individu selama satu bulan (selama bulan September 2004). Diary Project 01 ini masih berupa pilot project, karena pada saat itu saya dan teman-teman menguji coba gagasan ini. Dari publikasi yang disebarkan lewat milis dan flyer yang difotocopy dengan jumlah terbatas, peserta yang mendaftar untuk terlibat dalam project ini kurang lebih 275 orang partisipan. Dari 275 yang mendaftar, kira-kira 125 orang yang menumpulkan karya berbentuk Diary (baik dalam bentuk hard copy maupun soft copy).

Diary Project 02. kembali diselenggarakan pada bulan Oktober 2005 ini. Namun kali ini, Diary Project 02 menjadi semacam online project dimana partisipan bisa mendaftarkan dirinya langsung secara online dan juga mendisplay langsung tulisannya via online. Project ini menggunakan system blogging yang sekarang ini banyak digunakan untuk online diary. Diary Project 02, mengambil tema “Forgiven Not Forgotten”. Tema ini bertujuan mengangkat persoalan rekonsiliasi ditingkat yang paling kecil yaitu individu. Bagaimana setiap individu mengatasi hal-hal buruk yang terjadi dalam hidupnya dan bagaimana mereka bisa melalui hal-hal buruk tersebut. Untuk itu partisipan diminta menuliskan satu pengalaman terburuk dalam hidupnya dan bagaimana mengatasinya. Lewat project ini, diharapkan tiap partisipan bisa saling menginspirasi satu sama lain untuk menemukan jalan rekonsiliasinya, memaafkan hal-hal buruk yang pernah terjadi dalam kehidupannya untuk menjalani kehidupan selanjutnya dengan lebih baik.

Menemukan model pengelolaan program Diary Project ini secara online, ternyata bukan hal yang mudah juga. Di program Diary Project 02, kami menggunakan webmaster dan menggunakan domain khusus www.diaryproject.info dan itu membuat program ini secara teknis, sangat bergantung pada kehadiran webmaster yang mengelola situs diary project tersebut. Selain itu proses perubahan dan kepindahan tobucil dari jalan Kyai Gede Utama ke Jalan Aceh no. 56, membuat program ini, akhirnya vakum selama lebih dari 3 tahun.

---

Tentang Tobucil & Klabs

Sejak awal berdiri, 2 Mei 2001, tobucil memiliki komitmen untuk mendukung gerakan literasi di tingkat lokal. Melalui kegiatan-kegiatan klab yang berbasis pada aktivitas sehari-hari, tobucil memfokuskan kegiatannya pada kegiatan membaca, menulis, apresiasi dan pengembangan hobi. Tobucil & Klabs memahami literasi bukan sekedar kemampuan membaca dan menulis saja, namun juga kemampuan membaca lingkungan secara kritis serta keberanian untuk memahami diri sebagai individu yang mandiri dan memiliki potensi untuk berkembang dan berkontribusi pada perubahan.

INFO HERE

Rabu, 09 September 2009

Sting - Englishman In New York




I don't drink coffee I take tea my dear
I like my toast done on one side
And you can hear it in my accent when I talk
I'm an Englishman in New York

See me walking down Fifth Avenue
A walking cane here at my side
I take it everywhere I walk
I'm an Englishman in New York

I'm an alien I'm a legal alien
I'm an Englishman in New York
I'm an alien I'm a legal alien
I'm an Englishman in New York

If, "Manners maketh man" as someone said
Then he's the hero of the day
It takes a man to suffer ignorance and smile
Be yourself no matter what they say

I'm an alien I'm a legal alien
I'm an Englishman in New York
I'm an alien I'm a legal alien
I'm an Englishman in New York

Modesty, propriety can lead to notoriety
You could end up as the only one
Gentleness, sobriety are rare in this society
At night a candle's brighter than the sun

Takes more than combat gear to make a man
Takes more than a license for a gun
Confront your enemies, avoid them when you can
A gentleman will walk but never run

If, "Manners maketh man" as someone said
Then he's the hero of the day
It takes a man to suffer ignorance and smile
Be yourself no matter what they say

I'm an alien I'm a legal alien
I'm an Englishman in New York
I'm an alien I'm a legal alien
I'm an Englishman in New York

Senin, 07 September 2009

Buah Maja untuk Sang Patih

Aku benar-benar kasihan dengan Gajah Mada. Sekian lama dia berjuang, memberontak terhadap berbagai macam kerajaan dengan upayanya menyatukan nusantara malah kandas di ujung jalan dengan kegagalannya untuk merebut Sunda. Bahkan sampai kini, Sunda dan Jawa masih sulit untuk disatukan. Walaupun sudah diberikan nama Indonesia, dalam keberagamannya, kita masih sulit menyatu.

"Aku ingin memberikan buah Maja untuk Gajah Mada."
"Apa? Sudah gila kau?!"
"Tidak! Aku ingin menghadiahkannya. Begitu malang nasibnya sampai akhir hayatnya."
"Aih, benar-benar gila kau ini!"

Aku memetik beberapa Maja yang begitu pahit dan sepat. Memasukkannya ke dalam saku celanaku. Aku mengingat Dyah Pitaloka yang akan dipinang oleh Prabu Hayamwuruk dan Gajah Mada berkumandang bahwa Dyah Pitaloka adalah penyerahan utuh dari Kerajaan Sunda. Seandainya Hayamwuruk tahu, utusannya pernah jatuh cinta kepada Dyah Pitaloka.

Kalau saja Gajah Mada tak punya pemikiran menyatukan nusantara, mungkin Dyah Pitaloka tak akan mati bunuh diri dan Hayamwuruk akan hidup bahagia dengannya. Namun kalau Gajah Mada tak punya pemikiran dan bersumpah tak akan memakan Maja, aku tak akan pernah singgah ke makamnya untuk memberikan buah Maja kepadanya.

"Patih, ini untukmu... Hadiah untuk Patih yang tak pernah menyerah."

Beberapa butir buah Maja kuletakkan di atas makamnya. Entahlah benar atau tidak itu makamnya, namun aku sudah membulatkan janji menghadiahkannya buah Maja sebagai apresiasi atas lambang kebijaksanaan dan kesetiaannya sampai akhir hayat. Termasuk mengecap pahitnya buah Maja.

"Selamat menikmati, Patih!"





Jakarta, 7 September 2009 | 20.13

Jumat, 04 September 2009

Catatan Seorang Kawan

Catatan Seorang Kawan [1]

Desing pesawat masih dapat kudengar. Taksi ini sedang menuju ke bandara untuk mengantarkanku berangkat ke kota yang baru. Maaf, mau tak mau aku harus meninggalkan kota ini dalam waktu yang lama. Aku harus berkelana, bukankah hidup adalah sebuah petualangan. Akan kulakoni semuanya di kota baru. Dalam 30 episode, akan kuanyam sebuah cerita baru di dalam sebuah kota.

"Mengapa?"

Pertanyaan itu sedari kemarin, sedari aku memutuskan untuk beranjak pergi. Masih dipertanyakan juga olehnya. Aku sedikit risih dengan pertanyaan itu. Perlukah kujawab? Seharusnya dia tahu, aku pengelana maka aku akan membuat jejak di setiap pertapaan yang harus kusinggahi. Hidup adalah pertualangan dan hendaknya kita jalani. Aku menikmati hidup seperti ini, meninggalkan rumah, menggendong ransel dan menikmati hidup dengan caraku sendiri.

"Itu tugasku sebagai penikmat hidup."

Untuk sebuah alasan sederhana, aku mencoba tidak mengecewakannya. Toh, bukannya dia sudah tahu bahwa aku akan berbagi cerita dalam berbagai episode yang ada. Kugenggam tiket pesawat penerbangan pagi ini. Taksi sudah meminggirkan badannya ke arah terminal bandara. Waktunya tiba untuk turun. Lekaslah kuambil ransel gunungku dan mengenakannya di belakang.

"Jawa Tengah sampai Jogjakarta. Aku janji! Tiga puluh hari terhitung hari ini, aku pulang."
"Maukah kau?"
"Untuk?"
"Memelukku..."

Aku merangkulnya. Demi mengabulkan permintaannya sebagaimana dia memberikanku kesempatan untuk meninggalkannya. Satu bulan mungkin waktu yang begitu berat baginya. Walaupun sudah kuupayakan tak begitu membebaninya, rasa itu masih ada. Jadi, harus apa aku sekarang? Tanganku merogoh saku, hendak menghisap rokok. Belum sempat, kotak itu direbutnya dari tanganku dan diinjaknya di hadapanku. Aku terpaku.

"Berjanji kepadaku!"
"Untuk?"
"Tiga puluh hari kamu akan meninggalkan aku, juga kamu harus sanggup tiga puluh hari tanpa rokok."
"Emh..."
"Kenapa? Kamu tak sanggup?"
"Sanggup... Sanggup..."

Aih, mengapa juga kamu harus membenci rokok? Membenci juga kepergianku? Kamu menyiksaku dengan cara demikian.

Jumat, 28 Agustus 2009

Minor

Bagaimana kita mendeskripsikan sebuah nada merendah, sebuah nada penuh kepedihan dan air mata? Ketika semua nada didendangkan dalam bentukan nada minor, akankah kita bertanya seperti itukah hidup kita sesungguhnya? Dalam pembentukkan kosa kata yang menjadi bait-bait dan seluruh notasi penuh dengan alunan nada yang meringkih pada kelirihan mendalam. Aku sendiri masih bertanya-tanya bagaimana menjelaskan semua ini ketika aku masih bimbang dalam keadaan di mana hidupku adalah antara sopran dan tenor.

Jadilah manusia yang pada kelahiranmu semua orang tertawa bahagia, tetapi hanya kamu sendiri yang menangis; dan pada kematianmu semua orang menangis sedih, tetapi hanya kamu sendiri yang tersenyum - Mahatma Gandhi

Kamis, 20 Agustus 2009

Percakapan di Bawah Tiang Bendera

Dua insan terduduk di bawah kibaran kain yang menari-nari di awan-awan. Mereka menegakkan kepala menuju ke arah kibaran kain terbelah dua dengan arah hendak menantang terik matahari. Begitu menyengat, panas, sambil menyekah peluh yang mengalir sendirinya di pori-pori kulit mereka. Dua insan berbeda kulit.

Kulit putih:
Kau bangga jadi orang di tanah ini?

Kulit hitam:
Bangga! Aku sangat bangga sekali dengan diriku yang bisa lahir di tanah ini.

Kulit putih:
Aku malah merasa malu. Sumpah, betapa malunya aku menjadi orang di tanah ini!

Kulit hitam:
Lho?! Kenapa?

Kulit putih:
Aku malu dengan keadaannya. Pemerintah berteriak jangan korupsi, tetapi mereka yang menjadi pelakunya. Kesuburan tanah mulai tak ada. Ini bukan tanah agraris karena berasnya pun bukan asli dari negeri ini. Negeri maritim? Juga bukan lagi. Ikan-ikan dan isi lautnya ditelan oleh bangsa lain.

Kulit hitam:
Lalu? Kenapa harus malu? Aku yang sebagai orang yang lahir dan keturunan bangsa ini sejak nenek moyang juga tak mengenal malu. Aku tetaplah berjalan dan bangga karena bukan aku yang bertindak.

Kulit putih:
Mungkin itu kamu, aku sebagai bagian dari negara ini, walau bukanlah penuh berdarah dari tanah ini, aku merasa malu. Kita yang dulu dikenal sebagai negara kaya raya akan semuanya sekarang menjadi jatuh melarat karena ketamakan dan keegoisan semata.

Kulit hitam:
Ah, kamu...

Kedua insan kembali menatap kibaran bendera. Merah menginjak kepala putih membentuk dan terbentang di atas tiang. Angin menampar pipi mereka, melayangkan bendera. Kedua insan itu masih memukaukan diri di bawah kibaran.


Jakarta, 20 - 21 Agustus 2009 | 7.47
A.A. - dalam sebuah inisial

Minggu, 16 Agustus 2009

Indonesia, Nah... Selamat bertambah tua untukmu!

Lomba Menulis Cerpen Girlie Zone 2009 Piala MENPORA

Start:     Aug 16, '09
End:     Sep 12, '09
Deadline: 12 September 2009

Ketentuan Umum

1. Peserta tak terbatas, warga Negara Indonesia atau luar negeri.
2. Usia dan jenis kelamin bebas.
3. Tema tentang dunia remaja, lebih disukai yang mengandung nilai-nilai motivasi berprestasi, pencerahan atau nilai-nilai kemanusiaan, persahabatan dan persaudaraan.

Ketentuan Khusus

1. Naskah diketik komputer (atau ditulis tangan dengan jelas) dengan spasi 1,5; font 12; sepanjang 5-12 halaman kuarto.
2. Naskah dikirimkan rangkap 3.
3. Dilampiri dengan formulir pendaftaran lomba yang didapatkan di majalah Girliezone edisi 3 hingga 7 (Formulir harus asli).
4. Disertai kartu identitas yang masih berlaku.
5. Peserta boleh mengirimkan lebih dari satu cerpen, masing-masing cerpen 1 formulir pendaftaran asli.
6. Naskah ditunggu selambat-lambatnya 12 September 2009 (cap pos)
7. Naskah dikirim ke redaksi Girlie Zone (Indiva Media Kreasi). Jl Apel II/No 30, Jajar, Laweyan, Surakarta.
8. Pengumuman juara akan dimuat di majalah Girlien Zone edisi 9
9. Nama penulis tidak boleh dicantumkan dalam naskah cerpen atau dilampirkan dalam kertas tersendiri beserta biodata lengkap
10. Content/isi naskah tidak boleh mengandung unsur pornografi ataupun SARA

Hadiah
Juara 1 :
Rp 1.000.000 + paket sponsor + piala menpora + piagam + langganan Girliezone selama 6 edisi

Juara 2 :
Rp 750.000 + paket sponsor + piala menpora + piagam + langganan Girliezone selama 6 edisi

Juara 3 :
Rp 500.000 + paket sponsor + piala menpora + piagam + langganan Girliezone selama 6 edisi

Naskah yang tidak menjadi juara namun memenuhi kriteria akan dimuat di majalah Girliezone dengan honor seperti biasa.


MORE INFO : HERE

Kontes E-Narcism

Start:     Aug 16, '09
End:     Sep 7, '09
Sehubungan telah diluncurkannya buku “E-Narcism, Gaul dan Eksis di Internet” (yang bisa didapatkan di toko-toko buku terdekat), sepertinya akan lebih meriah kalau Media Ide membuat sebuah kontes. Tentunya kontesnya berhadiah dong, dan nggak perlu menjadi seorang pakar pemasaran atau social media untuk bisa ikut dalam kontes ini. Semua blogger boleh ikutan, karena kontes ini memang untuk kalian.

Tema Kontes:

GAUL DAN EKSISNYA SI TEMAN DI INTERNET

Artinya, ceritakan bagaimana teman Anda (atau pacar, saudara, orang tua, tetangga Anda) memanfaatkan internet untuk gaul. Ceritakan, serta berikan tautan (link), bagaimana teman Anda mendapatkan manfaat positif karena ia bergaul di Facebook, Kaskus, Plurk, Twitter, Friendster, Fotografer.net, Deviant Art, LinkedIn, Kafegaul, Kapan Lagi, YouTube, Flickr, Politikana, dll. Ceritakan bagaimana ia bisa mendapatkan teman banyak di sana, atau bahkan malah mendapatkan peluang-peluang baru yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Jangan ceritakan tentang diri sendiri ya. Sekali-sekali bantulah angkat teman Anda, biar ia bisa menjadi sepopuler Anda. Siapa tahu si teman pernah mendapatkan pacar gara-gara ia aktif di Friendster? Atau mungkin ia pernah mendapatkan proyek desain karena ia rajin mempromosikan karyanya di Deviant Art? Atau mungkin ia pernah berkenalan dengan banyak model cantik karena sering aktif dengan teman-teman komunitas Fotografer.net? Pokoknya, ceritakan apa saja tentang teman Anda berikut bukti kalau ia memang gaul dan eksis di internet.

Siapapun teman Anda, boleh Anda ceritakan, asalkan ia bukan:

* Penulis blog Media Ide. :-)
* Figur politik yang saat ini sedang berkampanye.

Hadiah Utama:

* Pemenang 1: iPod Nano 8 Gb.
* Pemenang 2 dan 3: iPod Shuffle 4 Gb.
* Pemenang 4, 5, dan 6: iPod Shuffle 1 Gb.
* Semua hadiah ini adalah persembahan dari Bhinneka.com.

Hadiah Tambahan:

* 12 t-shirt untuk 12 orang yang pertama kali mengirimkan ceritanya.
* 12 t-shirt untuk 12 orang yang pertama kali mengirimkan bukti pembelian buku “E-Narcism: Gaul dan Eksis di Internet” ke alamat email: kontes[at]media-ide[dot]com.
* Semua hadiah t-shirt ini adalah persembahan dari Grin Clothing.

Masa Kontes:
Kontes akan berlangsung selama 2 bulan, sejak tanggal 25 Juni – 23 Agustus 2009.

Syarat dan Ketentuan:

* Terbuka untuk siapa saja, asalkan berdomisili di Indonesia.
* Tulisan harus ditulis dalam Bahasa Indonesia.
* Tidak ada batasan jumlah posting. Silakan kirimkan tulisan sebanyak mungkin.
Anda harus menjadi fan Media Ide di Facebook.
* Anda bisa mengirimkan tautan (link) URL posting Anda di wall Facebook Media Ide.
* Mencantumkan teks serta tautan berikut di bawah posting:
Ikuti Kontes E-Narcism, Gaul dan Eksisnya si Teman di Internet, dan menangkan 6 buah iPod persembahan dari Bhinneka.com dan 24 t-shirt E-Narcism dari Grin Clothing.
* Para pemenang hadiah utama akan diumumkan pada tanggal 7 September 2009.
* Semua pemenang wajib menunjukkan bukti identitas data dirinya (KTP/SIM/Passport).
* Khusus pemenang hadiah utama, wajib mengirimkan terlebih dahulu bukti pembelian buku “E-Narcism, Gaul dan Eksis di Internet” ke alamat email: kontes[at]media-ide[dot]com.
* Warna iPod untuk pemenang hadiah utama akan bergantung pada stok yang ada.
* Pemenang akan ditentukan oleh Media Ide, atau perwakilan dari sponsor.
* Keputusan panitia tidak bisa diganggu gugat.
* Pemenang di daerah Jabodetabek wajib mengambil hadiah di tempat dan waktu yang ditentukan.
* Pemenang di luar Jabodetabek akan dikirimkan, hadiah akan dikirimkan ke alamat KTP Anda, dengan biaya pengiriman maksimum Rp. 10.000,00 (ditanggung oleh Media Ide).



MORE INFO : HERE