Jumat, 23 Mei 2008

Nobertus Riantiarno

Rating:★★★★★
Category:Other
Norbertus Riantiarno (lahir Cirebon, 6 Juni 1949), atau biasa dipanggil Nano, adalah seorang aktor, penulis, sutradara dan tokoh teater Indonesia, pendiri Teater Koma (1977). Dia adalah suami dari aktris Ratna Riantiarno.
Latar belakang

Nano telah berteater sejak 1965, di kota kelahirannya, Cirebon. Setamatnya dari SMA pada 1967, ia melanjutkan kuliah di Akademi Teater Nasional Indonesia, ATNI, Jakarta, kemudian pada 1971 masuk ke Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara di Jakarta.

Kiprah di dunia teater

Ia bergabung dengan Teguh Karya, salah seorang dramawan terkemuka Indonesia dan ikut mendirikan Teater populer pada 1968.

Pada 1 Maret 1977 ia mendirikan Teater Koma, salah satu kelompok teater yang paling produktif di Indonesia saat ini. Hingga 2006, kelompok ini telah menggelar sekitar 111 produksi panggung dan televisi.

Nano sendiri menulis sebagian besar karya panggungnya, antara lain:

* Rumah Kertas
* J.J Atawa Jian Juhro
* Maaf. Maaf. Maaf
* Kontes 1980
* Trilogi Opera Kecoa (Bom Waktu, Opera Kecoa
* Opera Julini)
* Konglomerat Burisrawa
* Pialang Segitiga Emas
* Suksesi
* Opera Primadona



* Sampek Engtay
* Banci Gugat
* Opera Ular Putih
* RSJ atau Rumah Sakit Jiwa
* Cinta Yang Serakah
* Semar Gugat
* Opera Sembelit
* Presiden Burung-Burung
* Republik Bagong
* Tanda Cinta

Selain drama-drama di atas, Teater Koma di bawah pimpinan Nano juga pernah memanggungkan karya-karya penulis kelas dunia, antara lain;

* Woyzeck karya Georg Buchner
* The Threepenny Opera karya Bertolt Brecht
* The Good Person of Shechzwan karya Bertolt Brecht
* The Comedy of Errors karya William Shakespeare
* Romeo Juliet karya William Shakespeare
* Women in Parliament karya Aristophanes
* Animal Farm karya George Orwell
* The Crucible karya Arthur Miller
* Orang Kaya Baru dan Tartuffe atau Republik Togog karya Moliere
* The Marriage of Figaro karya Beaumarchaise

Penulis skenario

Nano banyak menulis skenario film dan televisi. Karya skenarionya, Jakarta Jakarta, meraih Piala Citra pada Festival Film Indonesia di Ujung Pandang, 1978. Karya sinetronnya, Karina meraih Piala Vidia pada Festival Film Indonesia di Jakarta, 1987.

Menulis novel Cermin Merah, Cermin Bening dan Cermin Cinta, diterbitkan oleh Grasindo, 2004, 2005 dan 2006. Ranjang Bayi dan 18 Fiksi, kumpulan cerita pendek, diterbitkan Kompas, 2005. Roman Primadona, diterbitkan Gramedia 2006.

Aktivitas di tingkat nasional dan internasional

Pada tahun 1975, ia berkeliling Indonesia mengamati teater rakyat dan kesenian tradisi.

Pada 1978, Nano mengikuti International Writing Program di Universitas Iowa, Iowa City, AS, selama 6 bulan. Pada 1987 ia diundang sebagai peserta pada International Word Festival, 1987 di Autralia National University, Canberra, Australia. Di tahun berikutnya ia diundang ke New Order Seminar, 1988, di tempat yang sama di Australia.

Membacakan makalah Teater Modern Indonesia di Universitas Cornell, Ithaca, AS, 1990. Berbicara mengenai Teater Modern Indonesia di kampus-kampus universitas di Sydney, Monash-Melbourne, Adelaide, dan Perth, 1992. Dan di tahun 1996, menjadi partisipan aktif pada Session 340, Salzburg Seminar di Austria.

Juga berkeliling Jepang atas undangan Japan Foundation pada 1987 dan 1997. Pernah pula mengunjungi negara-negara Skandinavia, Inggris, Prancis, Belanda, Italia, Afrika Utara, Turki, Yunani, Spanyol, Jerman dan Tiongkok, 1986-1999.

Pernah menjabat sebagai Ketua Komite Teater Dewan Kesenian Jakarta (1985-1990). Anggota Komite Artistik Seni Pentas untuk Kias (Kesenian Indonesia di Amerika Serikat), 1991-1992. Dan anggota Board of Artistic Art Summit Indonesia, 2004. Juga konseptor dari Jakarta Performing Art Market/Pastojak (Pasar Tontonan Jakarta I), 1997, yang diselenggarakan selama satu bulan penuh di Pusat Kesenian Jakarta, Taman Ismail Marzuki.

Menulis dan menyutradarai 4 pentas multi media kolosal, yaitu: Rama-Shinta 1994, Opera Mahabharata 1996, Opera Anoman 1998 dan Bende Ancol 1999.
Larangan pentas

Beberapa karyanya bersama Teater Koma, batal pentas karena masalah perizinan dengan pihak yang berwajib. Antara lain: Maaf.Maaf.Maaf. (1978), Sampek Engtay (1989) di Medan, Sumatera Utara, Suksesi, dan Opera Kecoa (1990), keduanya di Jakarta. Akibat pelarangan itu, rencana pementasan Opera Kecoa di empat kota di Jepang (Tokyo, Osaka, Fukuoka, Hiroshima), 1991, urung digelar pula karena alasan yang serupa. Tapi Opera Kecoa, pada Juli-Agustus 1992, dipanggungkan oleh Belvoir Theatre, salah satu grup teater garda depan di Sydney, Australia.

Penghargaan

Meraih lima hadiah sayembara Penulisan Naskah Drama Dewan Kesenian Jakarta (1972-1973-1974-1975 dan 1998). Juga merebut hadiah Sayembara Naskah Drama Anak-anak dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1978, judul "Jujur Itu ..."

Dua novelnya, Ranjang Bayi dan Percintaan Senja, meraih hadiah Sayembara Novelet Majalah Femina dan Sayembara Novel Majalah Kartini. Pada 1993, dianugerahi Hadiah Seni, Piagam Kesenian dan Kebudayaan dari Departemen P&K, atas nama Pemerintah Republik Indonesia. Film layar lebar perdana karyanya, CEMENG 2005 (The Last Primadona), 1995, diproduksi oleh Dewan Film Nasional Indonesia. Pada 1999 meraih penghargaan dari Forum Film Bandung untuk serial film televisi berjudul Kupu-kupu Ungu sebagai Penulis Skenario Terpuji 1999. Forum yang sama mematok film televisi karyanya (berkisah tentang pembauran), Cinta Terhalang Tembok, sebagai Film Miniseri Televisi Terbaik, 2002.

Pada 1998, menerima Penghargaan Sastra 1998 dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia. Dan sekaligus meraih Sea Write Award 1998 dari Raja Thailand, di Bangkok, untuk karyanya Semar Gugat. Sejak 1997, menjabat Wakil Presiden PEN Indonesia.

Pada 1999, menerima Piagam Penghargaan dari Menteri Pariwisata Seni & Budaya, sebagai Seniman dan Budayawan Berprestasi.

Karya pentasnya Sampek Engtay, 2004, masuk MURI (Museum Rekor Indonesia) sebagai karya pentas yang telah digelar selama 80 kali selama 16 tahun dan dengan 8 pemain serta 4 pemusik yang sama.

Kerja seni di luar negeri

Menyutradarai Sampek Engtay di Singapura, 2001, dengan pekerja dan para pemain dari Singapura. Salah satu pendiri Asia Art Net, AAN, 1998, sebuah organisasi seni pertunjukan yang beranggotakan sutradara-sutradara Asia. Menjabat sebagai artistic founder dan evaluator dari Lembaga Pendidikan Seni Pertunjukan PPAS, Practice Performing Arts School di Singapura.

Aktivitas lain

Nano ikut mendirikan majalah Zaman, 1979, dan bekerja sebagai redaktur (1979-1985). Ia ikut pula mendirikan majalah Matra, 1986, dan bekerja sebagai Pemimpin Redaksi. Pada tahun 2001, pensiun sebagai wartawan. Kini berkiprah hanya sebagai seniman dan pekerja teater, serta pengajar di program pasca-sarjana pada Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) di Surakarta.

Bibliografi

* Trilogi Opera Kecoa: Bom Waktu, Opera Kecoa, Opera Julini, (drama) - Maha Tari, Yogyakarta
* Percintaan Senjat, novel. - Majalah Kartini
* Cermin Merah, novel - Grasindo (2004)
* Opera Primadona, drama - Pustaka Kartini
* Semar Gugat, drama - Pustaka Bentang
* Cinta Yang Serakah, drama - Pustaka Bentang
* Opera Ikan Asin, drama - Pustaka Jaya
* Teguh Karya dan Teater Populer - Sinar Harapan
* Menyentuh Teater: Tanya Jawab Seputar Teater Kita, panduan teater bagi para pekerja seni pertunjukan - Sampurna (2003)
* Konglomerat Burisrawa, drama - Teater Koma
* Sampek Engtay, drama - Pustaka Jaya
* Suksesi, drama - Teater Koma
* Republik Bagong, drama - Galang Press
* Time Bomb and Cockroach Opera, drama, Bahasa Inggris - Lontar
* Opera Sembelit, drama - Balai Pustaka
* Cermin Bening, novel – Grasindo (2005)
* Maaf. Maaf. Maaf. Politik Cinta Dasamuka, drama - Gramedia (2005)
* Fiksi di Ranjang Bayi, kumpulan cerpen dan novelet - Kompas (2005)
* Primadona, roman - Gramedia (2005)
* Cermin Cinta, novel - Grasindo (2006)

1 komentar: