Catatan kecil Aveline Agrippina Tando
Tuhan, kapan ia ditemukan? Kapan aku dapat memeluknya kembali? Apakah Tuhan tahu aku sangat menyayanginya?
Pagi itu, 31 Desember setahun silam, suamiku akan pergi dinas ke
Tuhan, apa Tuhan tahu jika anakku merindukan ayahnya? Tuhan, dapatkah Tuhan memberikan jawaban atas pertanyaanku ini?
Pagi itu, suamiku telah siap berangkat untuk tugasnya. Hari itu perasaanku was – was. Hatiku tidak tenang. Aku dan anakku mengatarkannya ke pelabuhan. “Hati – hati, mas!” Dia hanya tersenyum dan mencium keningku dan Ardi, si mungil yang berusia satu tahun. Ardi melambaikan tangannya. Semakin jauh suamiku melangkah, semakin banyak air mataku yang jatuh.
Tuhan, mengapa ini harus terjadi? Apa Tuhan tidak lagi menyayangi kami? Apa aku harus melangkah sendiri?
Kapal itu melaju terus dan lama – lama menghilang dari penglihatanku. Air mataku semakin deras membasahi pipiku. “Bunda kok nangis?” tanya anakku. Ku hapus air mataku dan mengajaknya pulang. Jantungku semakin kencang mengetuk dada tanpa aturan yang pasti.
Tuhan, apa Tuhan mendengar tangisan anakku? Apa Tuhan juga melihat anakku menunggu ayahnya? Mengapa harus suamiku yang mengalaminya?
Aku menuju jalan pulang. Radio warga kampung terdengar kencang. Sampai aku berhenti melangkahkan kaki di depan rumah warga yang menyiarkan berita diterjangnya kapal laut oleh ombak. Kapal suamiku tenggelam! Aku berlari lagi ke pelabuhan.
Tuhan, berapa banyak pertanyaan yang kuhanturkan? Dan berapa banyak Tuhan menjawab pertanyaan hambaMu?
Seminggu sudah suamiku tidak ditemukan. “Bunda, ayah kok belum pulang? Aku kangen.” Mungkin itu pertanyaan yang keseribu kalinya Ardi ajukan kepadaku. Suamiku, andai saja kau tak mengabaikan mimpiku. Andai saja kau tidak pergi, anakmu tak akan bertanya untuk yang kseribu kalinya. Andai saja bukan kau yang ditugaskan, air mataku tak akan pernah membanjiri pipiku. Suamiku, apa kau selamat? Suamiku, kapan lagi kau mencium kening kami lagi? Aku dan anakmu menunggumu selalu dan mencintaimu selamanya.
Tuhan, aku tak akan lagi mengajukan pertanyaan. Dan Tuhan tak perlu lagi untuk menjawab pertanyaanku. Aku hanya berharap Tuhan mengembalikan seorang ayah di tengah – tengah kami.
Air matamu, luka hatiku,
Aveline...
BalasHapusYa???
BalasHapusIn your young mind, Ave, lies a remarkable wisdom of the one who has traveling high and low in life ck ck ck...
BalasHapusThanks a lot, Tante Ary...
BalasHapusIt's an old document, hehehehe...
Dan ketika aku merasa kehilangan
BalasHapusItulah saat aku merasa sendiri
Kemablilah, dalam kenyataan apapun
berulang kali aku baca cerita ini tetap menarik dan akan selalu menarikku untuk membaca kembali..Thanks Aveline
BalasHapusLagi iseng bongkar arsip lama, Om. Thanks Om...
BalasHapusAku lagi nonproduktif nih buat cerita, biasa, ngeMP terus... Hehehehe...
Hayooo, Tante Alya... ngintip - ngintip!
BalasHapushihihihihihih,,,,,,:D
BalasHapusAnda tertangkap basah oleh kami!
BalasHapusyang penting,,,,tante gak nraktirrrrrrrrrrrrrrrrrrrr,,,,,,,,,,,,,,,,,:D
BalasHapusIye deh......
BalasHapusSoalne aku tau tante bakal kere...
Kan aku mo ngajak semua MPers...
Om Nino, Om Rub, Tante Zev, Om Ferry, Tante Ary, Om Jenk, de el el...
Ayo, kita rame-rame cari suaminya yang hilang!
BalasHapusCariin tuh, Om!
BalasHapusMemangnya kerja dimana....?
BalasHapuspendalaman hidup dan kehidupan yg demikian hidup... salut ave...
BalasHapusDia karyawan gitu deh tapi di kawasan pedalaman...
BalasHapusJadi transport-nya pake kapal coz ga ada airport
Thank you, Om
BalasHapusHanya Tuhan Yang Tahu Jawabannya.
BalasHapusThx Ceritanya.
Buagus Buangeettt.....
Thanks................................
BalasHapusduuh.. cuk,
BalasHapuskamu kok pinter banget seh...