Kamis, 01 Mei 2008

Lima Ratus Rupiah

Lima Ratus Rupiah
Catatan kecil dari Aveline Agrippina Tando



Pagi ini seperti pagi - pagi yang lalu. Aku masih berada di dalam mobil bersama Dewo. Dewo kemudikan setir mobil seiring jalan. Jalan raya di Jakarta tak akan pernah mati. Tak pagi, tak juga senja. Pasti saja ada keramaian.

Mobil taff hitam ini berhenti ketika lampu merah menyala. Pedagang asongan dan pengamen mulai berkeliaran di tengah jalan, memutari mobil - mobil dan motor - motor yang menunggu lampu hijau menyala.

"Wo, beliin aku Warta Kota dong!" seruku.
Dewo menurunkan kaca mobilnya. Di luar mobilnya ada seorang penjual koran yang memegang hampir seluruh harian yang terbit pada pagi ini.

"Mas, korannya?"
"Warta Kota, bang!"
Tangan abang penjual koranpun mulai mencari - cari Warta Kota di antara tumpukan - tumpukan koran di tangan kanannya. Ditariknya sejilid koran dan memberikannya pada Dewo. Dewo memberinya dua lembar uang seribu rupiah.

"Mas, ada gopean enggak? Saya tak punya kembalian nih!"
"Sudah, untuk abang saja!"
"Makasih, Mas!"

Tukang koran itu berlalu meninggalkan mobil kami yang masih berhenti menunggu lampu merah menyala.

"Wo, aku ada 500an. Tadi, kasih aja ke tukang koran itu. Jadi pas kan uangnya?"
Dewo hanya mentertawakan aku.

"Rus, biarin
aja dia untung lima ratus. Toh, jaman edan gini emang bisa beli nasi hanya lima ratus? Dia juga tak bakal bisa kayak kita gini kan? Duduk di mobil enak, ber-AC, bisa kuliah. Kecuali kalau dia ikut kontes Indonesian Idol dan menang mengalahkan Indra Lesmana. Atau ikut Kontes Dangdut TPI dan jadi pemenangnya."

Aku hanya tertawa mendengar kata - katanya. Dalam hati aku berkata, apalah arti uang lima ratus saat ini, hanya koin kecil untuk mereka amat bernilai, untukku hanya barang kecil yang manfaatnya hanya sedikit. Dewo, terima kasih menyadarkanku.

Mobil ini berlalu meninggalkan jalan ini.

1 Mei 2008



15 komentar:

  1. kecil tak berarti bagi kita, namun seringkali menentukan hidup mati mereka, orang2 yg senantiasa terpinggirkan oleh kenyataan hidup.... di berita, tuk SPP yg hanya bbrp ribu pun sang anak hrs bunuh diri tatkala orang tuanya tak mampu membayar....

    makasih ave... tuk pencucian jiwa di pagi hari ini...

    BalasHapus
  2. Terima kasih juga Om untuk spirit jiwa pagi ini...
    Penyadaran untuk kita semua...

    BalasHapus
  3. Wah, sarapan lezat bergizi untuk nurani, Ave. :)

    BalasHapus
  4. eeeiiit....menu sarapan yang lezat...
    thanks Aveline...nih die yang aku suka dari Aveline..
    belajar tetep kan?

    BalasHapus
  5. Belajar MP, Om! Hehehehee...
    Thanks a lot, Om! Dari PI ya???

    BalasHapus
  6. yg kecil utk kita bermanfaat besar utk mereka...thanks 4 sharing

    BalasHapus
  7. New inspirate.... Thanks Om Unggul...

    BalasHapus
  8. ketika kita memberi, bukan tangan atau benda yang berbicara, melainkan hati.
    apapun bentuknya, selalu lihat sisi di dalamnya, maka pemberian itu akan sangat berharga.
    apapun bentuknya.

    BalasHapus
  9. mau dung naik mobil, ber ac....ac itu makanan dari mana mba small??

    BalasHapus
  10. Ngape sih elo sensi gitu sama gue? *lho?*
    Mbah Small juga ga tau ya!!! Nanti mbah tanya mbak Nia doeloe

    BalasHapus
  11. mba small kalo naek mobil kaga ajak2, giliran jalan kaki aja kontak2, sensiaaannn deh gwe!!!

    BalasHapus