Ejaan Yang Disempurnakan (Bagian 3)
Hanya untuk berbagi sekaligus belajar…
By: Aveline Agrippina Tando
Penulisan Kata
Kata dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu satuan.
Misalnya:
Kami percaya kamu mengerti.
Dan esok pagi dia datang.
Kata Turunan
1. Imbuhan (awalan, akhiran, sisipan) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya: berjalan, diberi, menulis, memperlihatkan
2. Awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya kalau bentuk dasarnya berupa gabungan kata.
Misalnya: sebar luaskan, bertepuk tangan
3. Kalau bentuk dasar berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan dan akhiran, maka kata itu ditulis serangkai
Misalnya: memberitahukan, mempertanggungjawabkan
4. Kalau salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya: antarkota, antibiotik, trtunggal, pancasila, mahasiswa
Catatan:
1. Bila bentuk terikat tersebut diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf capital, maka diantara kedua unsur tersebut dipisahkan dengan tanda hubung (-)
Misalnya: non-Indonesia
2. Maha sebagai unsur gabungan kata ditulis serangkai, kecuali jika diikuti oleh kata yang bukan kata dasar.
Misalnya: Maha Kuasa bukan Mahakuasa
Kata ulang
Bentuk kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Misalnya: jalan – jalan, nenek – nenek, sayur – mayur, buah – buahan
Gabungan kata
1. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, bagian – bagiannya umumnya ditulis terpisah.
Misalnya: duta besar, maha karya, orang tua, kepala batu
2. Gabungan kata termasuk istilah khusus yang mungkin menimbulkan salah baca, dapat diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.
Misalnya: alat pandang-dengar, anak-istri, ibu-bapak
3. Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata ditulis serangkai.
Misalnya: bilamana, peribahasa, apabila, kepada
Kata ganti ku, kau, mu, dan nya
Kata ganti ku dank au ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya: ku, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya: Simpanlah uangmu itu dengan baik!
Janganlah kau membicarakan perilaku buruknya!
Kata depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Misalnya: Kemarin aku tidur di rumahnya.
Di mana dirimu itu, di sanalah engkau ada
Kata si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya: Sang raja akhirnya memutuskan mengangkat anaknya.
Si anak itu semakin tak tahu diri sejak ayahnya pergi.
Partikel
1. Partikel lah, kah, tah, ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya: Janganlah engkau berbuat itu!
Apakah dia mengetahui keberadaanmu?
2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya: Apa pun yang ia lakukan, aku akan mendukungnya.
Siapa pun yang akan memukulnya, aku akan melawannya.
Catatan: Kelompok kata yang berikut, yang sudah dianggap benar, ditulis serangkai: adapun, ataupun, andaipun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun.
3. Partikel per yang berarti “mulai”, “demi” dan “tiap” ditulis terpisah dari bagian – bagian kalimat yang mendampinginya
Misalnya: Mereka meninggalkannnya satu per satu.
Buku itu dibelinya Rp. 2.000,- per satuan.
Angka dan Lambang Bilangan
1. Angka dipakai untuk menyatakan lambing bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab dan angka Romawi.
Pemakaiannya diatur lebih lanjut dalam pasal – pasal yang berikut ini.
Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi: I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L, C, D, M
2. Angka yang digunakan untuk menyatakan ukuran panjang, berat, dan isi, satuan waktu, dan nilai uang.
Misalnya: 10 kilogram, 2 liter, 4 meter persegi, 3 sentimeter
1 jam 15 menit, 2 detik, tahun 2008, pukul 21.30
Rp. 2.500,- ;US $ 45.5; 3.000 dinnar
3. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut:
11 sebelas
31 tiga puluh satu
½ setengah
¼ seperempat
¾ tiga perempat
3 ½ tiga setengah
4. Penulisan kata bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut:
Bab III atau Bab ke-3 atau Bab ketiga
Abad X atau Abad ke-10 atau Abad kesepuluh
5. Penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran –an mengikuti cara berikut:
Tahun 70-an atau Tahun tujuh puluhan
Uang 1000-an atau uang seribuan
6. Bilangan yang dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali dalam pemeriksaan dan pemaparan.
Misalnya: Kami sudah tiga kali pergi ke
Di antara 70 orang, hanya 15 yang dijadikan tersangka, sisanya hanya sebagai saksi.
7. Di dalam dokumen resmi, seperti akta dan kwintansi, bilangan perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks (terbilang).
Misalnya: Dibayar Rp. 15.000.000,- (
10 (sepuluh) pegawai kantor dinyatakan bersalah.
(Dengan bantuan berbagai sumber)
Bagian kedua di sini
Akan segera dilanjutkan...
Pertama neh...;)
BalasHapusDapet jus jeruk!
BalasHapusTambah mie bandung semangkok duooonkz...
BalasHapusJadi jeruk jus diberiken kepada pemberi komentar pertama daripada tulisan mu itu Aveline?
BalasHapusBoleeeeeeeh! Nih mie kocok ala Bandung
BalasHapusEnak kan?
Iya... Om mau?
BalasHapusKaga mau ah.
BalasHapusBesok aja!
Hehehe... Kue Putunya mana, om?
BalasHapusdee...polisi EYD beraksiii...
BalasHapusIya nih.... mo tiup peluit dulu ya!!!!!!!
BalasHapusAKAN DILANJUTKAN SETELAH PESAN - PESAN BERIKUT INI...
BalasHapusWow... thanks, love. sukaaaaaaa banget...
BalasHapusKok ga di jelasin sekalian untuk membedakan Di" sebagai awalan dan Di' sebagai imbuhan...
karena biasanya kesalahan menulis terletak disini ini.
Soalnya terkadang, emang susah-susah gampang tuk ngebedainnya....
Mmm... i like it.
thanks Aveline.
Nanti aku jelaskan setelah PESAN - PESAN BERIKUT INI!!
BalasHapusAKAN DILANJUTKAN SETELAH PESAN KOMERSIAL BERIKUT INI
BalasHapuskekekke....
BalasHapustiada kata selain SALUT buatmu, buat niatmu berbagi
banyak yang butuh tuh!
Makasih banyak, Om!
BalasHapus