Jumat, 01 Juli 2011

Vale!



kita, di antara cangkir yang hangat dan gelas yang berkeringat
seperti uap yang menguap dari mulut cangkir
seperti embun yang membasahi tubuh gelas
kupikir kau dan aku seperti uap dan embun: pergi dan kembali
tapi, kapan?


hujan pun menyaksikan pembicaraan intim kita
bukan aku tak suka, tapi aku lebih semakin merasa terperih
kadang kita bisa mencintai hujan
tapi bisa membencinya seperti hari ini, hari ini aku membencinya

ia tak bersalah apapun kepadaku, tapi dengan datangnya
ada seribu kenangan yang mengalir dalam langkah kita
ia mengingatkanku tentang caranya menangis
meski aku selalu bingung bagaimana caranya mengeluarkan air mata

gulana datang ketika gundah pun tiba
kita sanggup melewati waktu, tapi tak sanggup menghentikannya
dan saat itulah,puncak segala puncak aku harus siap
dan kaupun juga, seharusnya siap

pada akhirnya akan ada punggung yang saling berbalik
ada mereka yang berangkat ke negeri timur
ada yang hanya diam di kotanya saja, menunggu pulang
dan ada juga yang hanya mampu menatap cakrawala

ketika kita tahu soal ini, mungkin kita tak akan memilih
biar saja angin membawanya berlari ke mana pun inginnya
dan agar ada waktu yang berjumpa di hari depan
akupun kelu melepas, tapi aku bahagia demi hari depan




Serpong, 1 Juli 2011 | 20.00
A.A. - dalam sebuah inisial


13 komentar: