Sudah 121 hari...
Masih adakah harap tentang di masa-masa lalu
kita sudah memutuskan untuk memilih jalan sendiri
berpisah di persimpangan dan saling melambai
kita sudah menemukan untuk mencari masa depan
saling berpunggung dengan godam di dada yang menggebu
Bukanlah hal yang mudah untuk mencatat semua cerita manis
butuh banyak waktu agar lebih mengerti tentang semua kenangan
perlu lebih banyak energi yang tercurah untuk mencapai langit tujuan
meski perjalanan seperti waktu: tak akan pernah berhenti
setidaknya jeda kekosongan membuat kita semakin mengerti
apa tujuan dan maksud dari segala pertanda tentang perpisahan
Dulu kita pernah ada di sebuah tempat untuk pertemuan
tapi semua orang tidak dapat menafikan untuk hal yang diberi nama perpisahan
lewat cara itu kita menghargai apa arti kebersamaan
kita menghargai betapa manisnya itu semua
Jakarta, 16 Juli 2011 | 11.26
A.A. - dalam sebuah inisial
Tapi pahit ya perpisahan itu?
BalasHapusMendadak ingat sindentosca...dulu kt shbt berteman bgai ulat berharap jd kupu2 :)
BalasHapusketika mas G pergi... *eh.. hihihi
BalasHapusoiya kalo 212 kapak naga geninya wiro sableng *halah
BalasHapusudah tau tanya.. haha :p
BalasHapusSepahit apa pun, memang harus dikecap pula.
BalasHapusHahaha... Seandainya demikian :-)
BalasHapusHalaaaaagh! Mas G yang mana, Mas Fajaaaaar? :p
BalasHapusTunggu edisi 17+ nya, 234 (dji sam soe) :-))
BalasHapus:P :P :P
BalasHapusaih...
BalasHapushalah, ada wiro sableng juga disini
BalasHapusEaaaaa! :p
BalasHapusBelum ada Wiro Gendheng-nya, Mbak! ;-))
BalasHapusbwaaahahaha, sinto gendheng, maksudnya, ave?
BalasHapus*pembaca wiro sableng*
Oh, namanya Sinto Gendheng toh. Hahaha...
BalasHapus*bukan pembaca WS*
Harapan itu akan tetap ada :)
BalasHapus