Jumat, 29 Juli 2011

Menunggu

Pekerjaan baru. Tapi pekerjaan ini tak asing bagi diriku. Sudah hal biasa untuk menghadapi laki-laki yang memang tak mengerti bagaimana hati perempuan bila mereka mengetahui kalau seseorang yang mengatakan kalau ia sungguh dicintai oleh sang lelaki malah memancarkan cintanya kepada perempuan seperti aku.

Tidak. Aku memang tidak pernah berniat untuk bekerja sebagai perempuan yang hina dina ini. Tapi alasanku untuk menjadi perempuan seperti ini adalah alasan yang mahaklise. Aku pun tahu kamu juga mengatakan alasan ini bak nasi yang benar-benar telah membasi, sudah bertumbuhan dengan jamur, diselimuti cendawan.

“Malam, Mas...” kataku sembari membuka jaketku.

“Aku mau kamu memberikan pelayanan spesial.”

“Spesial seperti apa?”

“Spesial tanpa harus membuka pakaianmu.”

Aku terbelalak! Bagaimana bisa kali ini aku melayani pelanggan tanpa harus membuka pakaian? Di mana letak kenikmatan yang ada itu? Tapi seperti kata pepatah: “pelanggan adalah raja”, maka kulakukan kehendaknya demikian. Aku tak bertanya apa pun, toh dia sudah mengatakan maksudnya:

“Aku mau kamu menjadi teman curhat sepanjang malam ini. Dua jam saja. Hari ini hari terakhir aku bersama kamu.”

Oh, rupanya ia sudah ketahuan istrinya. Aku pun duduk di meja dekat ranjang tersebut. Kembali mengenakan jaketku. Di hadapanku, sudah ada wajahnya yang sudah menungguku untuk berbicara. Entahlah, ini hari yang tak biasa yang akan kuhadapi dengannya. Mengapa ia memintaku untuk menjadi sekadar teman curhat?

“Ternyata perilakuku jauh lebih hina daripada pekerjaanmu memuaskan hasrat laki-laki seperti aku. Kamu pun tahu apa saja yang aku lakukan setiap harinya. Ternyata mimpi kemarin malam benar-benar membuatku takut.

Aku dikejar oleh orang yang membenciku. Aku hendak dikuburnya hidup-hidup. ‘Kau memang lebih layak untuk mati,’ katanya. Saat itu, aku hendak berlari. Namun, kakiku tak ingin bergerak. Aku hanya bisa diam dan pasrah. Tubuhku pun diangkatnya dan dimasukkan ke tanah kubur. Di sana benar-benar menjijikkan.

‘Kamu jauh lebih menjijikkan daripada semua ini. Kamu adalah manusia yang paling menjijikkan di dunia ini. Kamu tidak boleh mati begitu saja. Kamu harus disiksa dengan hukum neraka yang paling berat.’

Tanah pun ditimbunkan ke dalam kuburku. Aku benar-benar merasakan panas di tubuh. Mendadak aku menjerit sakit. Punggungku dipecut setiap kali tanah ditimbunkan ke dalam kuburku. Kurasakan darah mengalir dari punggung. Tapi darah itu mengalir seperti pancaran air. Di kubur itu, aku terjebak banjir oleh darahku. Aku ingin bergerak, ingin memberontak. Semakin aku berusaha melawan, semakin pula aku tak bisa bergerak, dan semakin pula sakit karena luka di tubuhku itu. Saat kusadari tanah itu dipadatkan dengan diinjak. Benar-benar punggungku yang terluka itu seperti ditaburi garam. Perihnya luar biasa.

Aku sudah disiksa di dalam mimpiku sendiri. Benar-benar semalaman aku tak dapat tidur. Ketika aku berusaha tidur kembali, aku malah melanjutkan penderitaan itu di dalam mimpi. Tapi setelah mimpi itu, telingaku seperti mendengar suara,”kamu busuk. Kamu manusia busuk. Kamu pantas disiksa di mana pun. Kamu sudah menyiksa orang lain dengan bahagia kamu. Kamu busuk.”

Benar-benar. Aku ingin mati.”

“Mungkin itu bayangan kamu saja.”

“Aku tahu mungkin setan memperingatkanku kalau aku sudah ada dalam lingkarannya. Sudah kotor, najis, dan busuk. Aku penipu, penyelinap, dan juga laki-laki yang tak tahu diuntung.”

“Itu hanya mimpi dan halusinasi, jangan terlalu dipikirkan.”

“Kamu sudah boleh pergi, saya sudah selesai bercerita.”

Laki-laki itu memberiku satu amplop cokelat berisi uang. Entah berapa isinya, tapi kurasa bukan lagi puluhan juta, mungkin sudah seratus juta yang berarti aku sudah melayani 20 laki-laki dalam semalam. Benar-benar persetan!

***

Koran pagi dipegang anak di pinggir jalan ketika aku hendak berangkat ke pusat perbelanjaan. Di halaman awal tercetak wajah laki-laki kemarin. Ia telah mati. Bunuh diri dengan racun serangga setelah berkencan denganku.

Ia buronan polisi selama ini. koruptor, pembunuh, dan juga laki-laki tak tahu diuntung. Seperti kata dirinya sendiri.




Jakarta, 12 Juni 2011 | 0.34
A.A. - dalam sebuah inisial

15 komentar: