Kamis, 05 Mei 2011

Rumah










Adakah dari mereka yang tak pernah rindu pulang? Adakah mereka yang tak rindu untuk kembali merebahkan kepala di atas kasur di rumah? Bukankah rumah menjadi tempat untuk menaruh hatimu yang paling hakiki? Tempat untuk kau berdiam di dalamnya? Tempat menyimpan segala kenangan masa kecil dengan teman sepermainanmu?

Saat ini, aku rindu pulang. Pulang ke rumah. Meski aku sedang berada di dalamnya.

Rumah yang kukenal kini sudah berbeda. Ah, mungkin pula aku yang berubah. Tapi entahlah. Kini semua sudah tak sama. Rasaku, ini adalah efek aku meninggalkan rumah begitu lama. Berkelana sesuka hatiku saja. Baru pulang ke rumah, sekadar bersapa, kemudian pergi lagi. Seperti itu hampir keseharianku.

Tapi, rumah tak pernah membiarkanku kesepian meski aku pergi meninggalkannya sendiri. Ia bukan hanya tempat yang kokoh untuk kudiami, tapi juga tempat untuk kuberkeluh kesah. Rumah bagiku bagai rahim ibu yang mencukupi segala nutrisi, membiarkan aku bermanja di dalam tubuhnya. Rumah selalu menyimpan rapi cerita yang kubagikan kepadanya setelah pulang; seperti ibuku yang tahu masa kecilku yang seperti apa.

Sungguh, aku rindu rumah. Rumah yang paling sejati.

Seperti janjiku, biarkan aku berkelana dahulu, sebebas-bebas yang kukehendaki. Karena aku selalu percaya bahwa rumah akan selalu merindukanku untuk pulang sebagaimana aku rindu terhadapnya.

Aku rindu akan harum masakan yang berkeliling di dalam rumah, menerobos celah-celah kecil di sudut-sudut pintu dan jendela, dan membuatku lapar serta bergegas untuk menyerbunya. Aku rindu akan acara televisi yang selalu dikritik oleh ayahku karena tak pernah mendidik kami, kemudian ia menggantinya dengan berita yang langsung menuai protes dari kami. Aku rindu akan buku-buku yang kutinggalkan sampai berdebu, menguning, dan seperti tak punya harapan. Aku rindu meja kerjaku yang senantiasa menemaniku menganyam ribuan cerita yang ada, menjadi kasur kala aku tertidur, dan tak pernah marah bila kutumpuk beban yang berat di atas bahunya.

Kini, sesungguhnya aku benar-benar merasa kesepian. Ingin rasanya aku menetap di rumah berhari-hari hanya untuk memanjakan diriku kepadanya. Ingin masuk kembali ke dalam rahimnya dan bermain di dalamnya. Melupakan semua hal yang harus kukerjakan lekas-lekas. Aku ingin pulang.

Aku selalu percaya, rumah tak pernah menolakku.
Karena rumah selalu memberikan tempat untuk hatimu berpulang, kembali berada.




Jakarta, 5 Mei 2011 | 19.44
A.A. - dalam sebuah inisial

21 komentar:

  1. *tepuk2 bantal*
    *menghempaskan badan*

    BalasHapus
  2. aq gak tau rumah yg mana , yg bakal di singgahi Ave ..
    Rumah sejati blm punya, rumah masa depan juga blm ada
    Rumah lama .. entahlah ..

    BalasHapus
  3. Rumah buatku kiasan kali ya ..
    Rumah itu kan tempat segala2nya ..
    nah rumah pacar ? pacar gak punya .. ( adanya mantan pacar )

    BalasHapus
  4. Kalau begitu, ke rumah mantan pacar saja, Mbak! *sssst... jangan sampai ketahuan suami* :p

    BalasHapus
  5. Hahaha... Sudah kuduga. Langgeng dan manis-manis ya di rumah mantan :p

    BalasHapus
  6. Mus rindu pulang walau belaian manis tangan ibu dan senyum ikhlas ayah sudah tak lagi mus jumpai. :)

    SABUDI 'sastra budaya indonesia'
    mari kita jaga bersama!

    BalasHapus
  7. Kalau tak ada kucingku, rumahku seperti bukan rumah...

    BalasHapus
  8. jadi ingat soundtracknya 9 Naga: Pulang ke Hatimu, Ve :)
    .. telah letih langkahku dan terasa berat...

    BalasHapus
  9. 'Ku kan pulang ke hatiMu, rumah terindah'
    *egh!*

    BalasHapus
  10. Sekarang aku lagi di Semarang, besok kembali menemui ciBob kucingku chayaanggg...

    BalasHapus