Jumat, 18 Maret 2011

Pusat Dokumentasi Sastra H. B. Jassin Terancam Gulung Tikar

Keberadaan Pusat Dokumentasi Sastra H. B. Jassin di Taman Ismail Marzuki terancam tutup setelah pemerintah memutuskan untuk mengurangi subsidi. Dana yang dialokasikan selama ini Rp 300 juta pertahun dikurangi sejak tahun yang lalu menjadi Rp 164 juta pertahun. Januari ini keluar SK baru Pemda DKI hanya memberi Rp 50 juta per tahun.


Berikut saya kutip tulisan Sitok Srengenge lewat Twitternya mengenai keberadaan PDS H. B. Jassin.


1. Sejak kemarin saya menerima kabar sedih ini: Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin terancam ditutup karena kekurangan dana. #PDS

2. Patut diketahui bahwa #PSD adalah aset nasional yang berharga karena merupakan pengarsipan sastra Indonesia paling lengkap.

3. Dirintis oleh HB Jassin, dengan dana pribadi yang terbatas, sejak tahun 1930-an, #PDS dibuka sebagai sarana publik.

4. Atas bantuan Gubernur DKI Ali Sadikin #PDS bisa menempati sebagian gedung di kompleks Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta.

5. Pada 1976 dibentuk Yayasan Dokumentasi Sastra HB Jassin sebagai penanggung jawab pengelolaan "harta karun" itu. #PDS

6. Selain tergantung pada subsidi Pemda DKI, #PDS berharap mendapat sumbangan dana dari pihak lain.

7. Pada 2006 #PDS telah mengoleksi 48.876 dokumen sastra berupa fiksi, nonfiksi, drama, biografi, foto pengarang, kliping, makalah, dll.

8. Sebagai sarana publik #PDS melayani siapa saja yang membutuhkan informasi seputar dunia sastra.

9. Tersedia ruang baca bagi pengunjung yang ingin membaca di tempat dan mesin foto untuk penggandaan naskah.

10. Para pengelola #PDS yang saya kenal adalah pribadi-pribadi yang ramah, loyal, penuh dedikasi, meski gaji mereka sangat sedikit.

11. Sering kali gaji yang kecil itu telat dibayar dan tumpukan kliping telat dikerjakan karena dana bantuan yang tak lancar. #PDS

12. Yang memprihatinkan: begitu banyak naskah berharga terpaksa dirawat secara sederhana dan manual. #PDS

13. Dokumen penting itu tentu akan lebih aman jika misalnya disimpan dalam mikrofilm, tapi jelas itu butuh biaya besar. #PDS

14. Mei 2006 Kompas pernah menulis: #PDS dibutuhkan dana sekitar Rp 3 miliar. Tidak banyak jika kita menyadari betapa penting kekayaannya.

15. Pusat data dan arsip seperti #PDS jelas tidak mungkin hidup mandiri karena sifatnya yang tak komersial. Ia mutlak perlu subsidi.

16. Mempertahankan #PDS berarti mempertahankan sebagian sejarah dan kebudayaan bangsa. Kandungannya tak terbatas pada sastra & bahasa.

17. Kabar terakhir: subsidi dari pemerintah makin dikurangi. Pemerintah agaknya tak menyadari pentingnya memelihara aset #PDS ini.

18. Akibat kurangnya subsidi itu, yang bahkan tak cukup untuk bayar listrik dan pemeliharaan fasilitas, #PDS hampir tak mungkin bertahan.

19. Jika #PDS tutup, bukan hanya peneliti dan mahasiswa sastra yang kehilangan. Generasi mendatang tak bisa baca sejarah sastra bangsanya.

20. Para pejabat mungkin tak peduli jika aset bangsa #PDS itu lenyap. Tapi, ayolah, cari jalan keluar. Ayo, jangan diam.

21. Relakah kita jika aset intelektual bangsa #PDS ini mati karena pemerintah kurang peduli? Relakah kita jika aset itu dibeli bangsa asing?

22. Beberapa teman menggagas #koinsastra untuk penyelamatan #PDS. Ayo dukung, tunjukkan bahwa kita peduli.

22. Sejumlah teman berniat membantu cari dana. Jika digabung dengan hasil penggalangan #koinsastra yakinlah #PDS bisa kita selamatkan.



Sila baca di http://twitter.com/#!/1Srengenge

Selamatkan PDS H. B. Jassin!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar