Bagaimana rasanya kalau kau tak mampu membaca?
aku pun tak tahu,
mungkin rasanya seperti seorang buta tanpa tongkat
mungkin rasanya seperti seorang nelayan tak tahu di mana laut
mungkin rasanya seperti seorang penjual tak tahu harga produknya
mungkin rasanya seperti seorang penulis yang kehilangan tangannya
Apa yang akan kau perbuat untuk membaca?
aku pun tak tahu,
mungkin aku akan seperti seorang pengembara yang akan menuju timur
mungkin aku akan seperti seorang murid yang harus banyak belajar
mungkin aku akan seperti seorang pengemis yang mengais-ngais akasara
mungkin aku akan seperti seorang pecinta yang harus lebih mengenalnya
Kalau kau benar-benar tak bisa membaca?
aku pun tak tahu,
mungkin seperti dokter yang gagal menyembuhkan pasien
mungkin seperti guru yang gagal mendidik murid
mungkin seperti presiden yang tak bisa mengayomi rakyat
mungkin seperti orangtua yang tak bisa menafkahi anaknya
Dan, kalau kau tak bisa membaca?
sekali lagi,
aku pun tak tahu,
mungkin aku akan mati
Jakarta, 29 Maret 2011 | 15.53
A.A. - dalam sebuah inisial
iqro'
BalasHapusAku pun sedang memahaminya, Mbak :-)
BalasHapuskeren tulisanmu Ave.. =)
BalasHapusMaturnuwun, Mbak
BalasHapuskembali ke jaman batu dah kita.. heh
BalasHapusaku akan belajar membaca pada ibu guruku dong...
BalasHapusmati? sebelum bisa membaca? aku tak sudiiii!!!!
:)
BalasHapusSABUDI (sastra budaya indonesia)
mari kita jaga bersama!
klo aq ? seperti hilang di tengah kerumunan org banyak ..
BalasHapusjangan mati kalo g bs bc kan msh bs mendengar Ve :p
BalasHapusga bisa baca? belajar lagi..
BalasHapusHahaha... Zaman batu pun sudah ada bacaan -katanya.
BalasHapusKalau aku tak bisa membaca, dari dahulu aku sudah mati. :-))
BalasHapusMungkin pula seperti petualang yang selalu tersesat. :-)
BalasHapusPercuma, Mbak. Keduanya saling bersimbiosis.
BalasHapusWaduh! Gurunya membaca nih :p
BalasHapuskamu lahir dalam keadaan sudah bisa mbaca... aku suka itu... kubaca anging mamiri, kubaca dingingnya air, kubaca retakan bumi, kubaca hidupku yang murni...
BalasHapusAku ingin membaca aksara dan membaca hati. Bagiku itu lebih dari cukup.
BalasHapusi think so ..
BalasHapusbetapa menyedihkan ya ?
Aku menikmatinya meski resah.
BalasHapuscarilah yang cukup... kalau lebih-lebih itu sama dengan too much love will kill you... hi hi hi...
BalasHapusbaiklah, ponakanku... bacalah
bacalah kitab-kitab yang ditawarkan oleh semesta
lalu tulislah
tulislah kenangan yang tersembunyi di tiap inti sel-mu
Kemampuan membaca itu sebuah rahmat. Kegemaran membaca; sebuah kebahagiaan. - Goenawan Mohamad
BalasHapusBuku mungkin alternatif utama
BalasHapusAtau bisa saja dia satu-satunya
Cuma yang bisa dibaca tak pandang bulu:
Antara yang bisa dilihat atau kasat mata
BACA...
Ah, bagiku membaca adalah bernapas.
BalasHapusSudah bisa baca.... yuk nulis.... bisa nulis yuuk aplot hehehe
BalasHapusbikin review-nya bersin ya? hi hi hi
BalasHapusKegiatan sehari-hari, Bung Dhave! :D
BalasHapusIngus-nya, hahahaha...
BalasHapus