Selasa, 29 Maret 2011

Éclair

Rating:★★★
Category:Books
Genre: Romance
Author:Prisca Primasari
Lima Orang, Empat Kota, Satu Kenikmatan: Éclair

Sesungguhnya, tak banyak orang yang tahu apa itu eclair. Seperti apa bentuknya dan apa rasanya tak banyak yang menyadari kalau kue tersebut adalah kue yang sangatlah pasaran di masa kini, termasuk Indonesia.
Eclair adalah kue kering yang berbentuk panjang, berisi krim pasta. Kalau kau tahu apa itu kue sus, bisalah kusebut Eclair ini adalah jelmaan versi panjangnya. Namun tak seperti kue sus, Eclair lebih garing untuk tekstur luarnya. Isinya bisa berupa buah kaleng, saus vla, whipped cream, atau es krim.

Eclair berasal dari abad kesembilan-belas yang menjadi salah satu ciri khas dari Prancis. Eclair pertama kali diciptakan oleh Marie-Antonin Careme, seorang koki terkenal dari Prancis, untuk royalti Prancis. ‘Eclair’ dalam bahasa Prancis sendiri berarti ‘petir’. Dinamakan demikian karena eclair selalu terlihat berkilau, terutama pertama kali dijual.

Aku tak mungkin juga hanya menceritakan apa dan sejarah Eclair. Cerita di atas hanya untuk membantumu mengerti kelak kalau kau tergoda untuk membacanya, biar kuungkap dulu rasa penasaranmu yang menggebu dari judulnya, barulah kemudian kau nikmati Eclair dalam bentuk kata-kata.
Prisca Primasari kembali bercerita tentang negeri di luar Indonesia. Aku tak tahu mengapa ia memilih negeri di luar daripada negerinya sendiri. Apakah negerinya sendiri itu tak ada yang bisa ia ceritakan sampai-sampai harus mengambil dari luar? Bagiku, ini sangatlah asing, termasuk meriset fakta-fakta. Meski fiksi, fakta tetap acuan dalam menuliskan cerita.

Bermula dari satu kota di Rusia yang bernama St. Petersburg, Prisca memulai tokoh Ekaterina Fyodorovna dan Sergei Valentinich yang akan melangsungkan pernikahan dua minggu lagi. Permasalahan yang terjadi adalah Stephanych menjadi penghalang pernikahan mereka. Stepanych yang sakit keras ingin berjumpa dengan teman-temannya dahulu. Sergei ingin menunda pernikahan mereka, tetapi Katya memaksa akan melangsungkannya. Katya akan mencari dua teman mereka yang hilang, Kay dan Lhiver.

Singkat cerita, Katya berangkat menuju New York untuk menemui Kay. Masalah runyam karena Kay yang seorang fotografer terlibat di dalam sebuah kasus pembunuhan Tantiana Andreyeva, seorang patissier terkenal. Membawa Kay ke Rusia untuk menemui Stephanych bukanlah hal yang mudah. Ia harus berurusan dengan pihak kepolisian, seluruh pegawai toko pisau garnish di kota itu, dan para pelanggannya.
Setelah masalah selesai, Katya menuju ke Surabaya. Tugasnya belum selesai. Ia harus meluluhkan hati Lhiver. Sayang, lagi-lagi bukanlah perkara yang mudah. Sergei, Katya, Kay, Lhiver, dan Stephancy memiliki tragedi yang tidak bisa terlupakan. Lhiver sudah menganggap persahabatan mereka berakhir sejak Aoife, anak angkat Lhiver, dan kedua orangtua Lhiver dan Kay meninggal.

Mungkin kau akan tercengang dengan gambaran cerita yang kuberikan. Apa urusannya eclair dengan hubungan kelima orang tersebut?
Aku tak punya hak untuk banyak bercerita untuk menjawab pertanyaan tersebut. Itu adalah hakmu untuk menemukan jawabannya bila hatimu penasaran dengan kelanjutan ceritanya. Bila aku menjawabnya, itu sudah di luar teritorialku lagi.

Aku suka dengan cara Prisca mendeskripsikan keadaan, mengelola cerita yang asing di tempat yang asing. Aku suka dengan cara Prisca memberikan kejutan-kejutan sederhana, memainkan watak-watak tokohnya. Aku suka dengan cara Prisca menggabungkan dua tema yang sederhana di dalam cerita yang sederhana dengan nuansa yang tak bisa dikatakan sederhana. Ia cukuplah spektakuler untuk berperan sebagai tuhan di dalam ceritanya, mengeksekusi tokoh-tokohnya, dan menentukan kehidupan para tokoh selanjutnya.

Aku suka bagaimana Katya membongkar siapa pembunuh dari Tantiana Andreyeva dengan berbagai macam motif yang tak lazim. Kupikir aku sedang menonton sebuah film detektif di dalam kata-kata. Aku suka bagaimana Katya berjuang meluluhkan hati Kay dan Lhiver agar mau kembali bersatu dengan cara yang unik. Kupikir lagi aku sedang menonton opera sabun yang luar biasa. Aku suka dengan misteri-misteri yang harus diungkapkan oleh Katya dan Sergei untuk menyelamatkan diri dari cengkraman musuh yang hendak membunuh mereka.

Eclair adalah latar belakang dari cerita ini. Kau akan tahu bagaimana caranya menyatukan sahabat-sahabatmu yang ada di mana, bagaimana cara mencintai di dalam kesejatian, dan mengelabui musuh yang paling keji sekali pun lewat eclair yang tersaji di dalamnya. Eclair seperti membuat sesuatu yang terlihat mustahil menjadi nyata. Mungkin Prisca sudah berhasil ‘menyatukan kembali beling yang pecah menjadi gelas yang utuh’.

Prisca juga sudah merawi sebuah cerita di mana persahabatan, kasih sayang, dan pesaudaraan terlihat begitu bernilai di antara segalanya. Itu yang diwujudkannya lewat Eclair.

Itulah gambaran Eclair bagiku. Entahlah bagimu seperti apa. Kuharap hatimu tergoda untuk membacanya, menyantap eclair dalam bentuk kata-kata, dan menikmatinya sampai kau merasa kenyang. Kemudian menutupnya dan ketika kau merasa lapar, sila nikmati lagi!

Tabik!




Jakarta, 27 Maret 2011 | 20.50
A.A. – dalam sebuah inisial

20 komentar:

  1. suka eclair cadbury, yg kalau digigit cokelatnya lumer keluar.. hmm..
    3.5 bintang, lumayan nih, ave :)

    BalasHapus
  2. 3 bintang untuk reviewmu, dik.

    Setelah juga beberapa kali pernah me-review buku (meskipun hanya di blog pribadi): rasanya menampilkan/menyertakan alur cerita (yang juga saat awal-awal ku lakukan saat me-review: kemudian mulai dikurangi dan dihilangkan) akan cukup mengganggu calon pembaca. Sudah waktunya tidak lagi menyertakan hal serupa. Biarkan sang calon pembaca menemukan kisahnya ketika mereka membacanya kelak.

    Rasanya cukup dengan mengungkap rasa kita akan buku tersebut, dengan menyertakan segala kondisi yang mempengaruhi rasa kita ketika membaca, mengulas nilai lebih dan kurangnya, baik dari segi cerita, konflik dan pengakhiran kisah. Juga segi tatanan sampul jika perlu/mampu. Dan tentu memberikan catatan-catatan penting lainnya yang berhubungan dengan buku tersebut, kenapa kemudian layak/tidak layak untuk dibaca.

    Eh, maaf, ini kok malah berkomentar panjang lebar...
    Silahkan diteruskan, anggap ini reracau iseng saja

    BalasHapus
  3. Hahaha... Aku juga suka! *wink!*
    Lumayan untuk sebuah novel yang mengambil setting di luar :-)

    BalasHapus
  4. Terima kasih Om Damuh untuk komentarnya.

    Sebenarnya, aku tidak memberikan spoiler sama sekali untuk novel ini. Aku hanya memberikan gambaran sekilas, sebagaimana yang ada di resensi-resensi yang selalu kita baca. Resensi lahir sebagai penilaian pribadi. Resensi bisa menentukan apakah buku/film/musik tersebut akan memiliki pembaca/penonton/pendengar berikutnya. Kelak siapa yang akan tahu gambaran isi buku tersebut bila hanya kita menjelaskan penilaian kita, lagi pula konklusi kita menjadi perhitungan berikutnya bagi pembaca. Gambaran cerita mesti ada meski tidak berupa spoiler atau menceritakannya sampai akhir. Dan itu yang selalu aku lakukan ketika meresensi sebuah buku.

    Sekali lagi, terima kasih, Om Damuh.

    Tabik!

    BalasHapus
  5. ya dik, silahkan diteruskan polanya, itu tadi hanya usulan saja
    ada banyak cara memberikan gambaran besar tentang buku tersebut, tanpa harus menukil bagiannya, mungkin membuat sinopsisnya yang tidak sama persis dengan sinopsis yang ada di buku tersebut. Ada banyak cara membuat sinopsis.

    maaf jika komentar di atas membuatmu tidak berkenan

    BalasHapus
  6. Sinopsis oleh penerbit bisa dibaca di sini, Om Damuh. Mereka sama sekali tidak menggambarkan isi buku. Untuk itulah, mereka yang meresensi setidaknya memberikan gambaran seperti apa buku yang layak baca atau tidak.

    Nah, Om Damuh, terima kasih untuk komentarmu. Aku selalu terbuka terhadap komentar apa saja yang masuk, jangan pernah merasa bersalah dan maafmu kukembalikan karena kurasa Om Damuh tak bersalah atas apa pun. Malah sebaliknya, aku yang memohon maaf bila tak nyaman dengan resensiku.

    BalasHapus
  7. makasi dik tautannya: sudah dari sana, dan itu indah menurutku. Menarik dan membuat penasaran.

    Mungkin ini hanya masalah cara/kebiasaan aja ketika kita ingin menikmati sesuatu, kalau Om lebih memilih kemisteriusan dari pada mendapat kunci kecil.

    "jangan pernah merasa bersalah dan maafmu kukembalikan karena kurasa Om Damuh tak bersalah atas apa pun. Malah sebaliknya, aku yang memohon maaf bila tak nyaman dengan resensiku."

    gak dik, santai saja: kan kita dah tahu kebiasaan kita yang gak pernah terganggu dengan komentar apapun, kayak baru kenal kemarin sore aja...hehehehe

    BalasHapus
  8. *numpang baca mba.. !

    aku suka sekali kalimat

    ‘menyatukan kembali beling yang pecah menjadi gelas yang utuh’.

    BalasHapus
  9. gandeng tangan Ave , bikin Eclair sama2...
    Ave.. seandainya kau tau betapa indah negeri baru ini..
    tentu banyak skali yg engkau tumpahkan dlm kata2...

    BalasHapus
  10. Ah, lekaslah bawaku ke sana, Mbak! :D

    BalasHapus
  11. pengeeeen .. biar semua merasakan ..
    biar semua melihat..
    bahwa tempat ini penuh rasa damai...

    *mulai lebay*

    BalasHapus
  12. Bagaimana kalau kita tukaran barang empat sampai lima bulan? :D

    BalasHapus
  13. gak usah tukaran tp sama2 .. deal ?

    BalasHapus
  14. tooop... aku 2 review 1 tahun hi hi hi

    BalasHapus
  15. Terlalu! Aku masih menunggu review buku hitam itu :-))

    BalasHapus