Rabu, 29 Desember 2010

Empat Ceritera Musim denganmu

Satu...

 

Mari buat kesepakatan tentang musim semi yang akan meninggalkan kita. Musim semi akan datang tahun esok, maka biarkanlah ia pergi dengan membawa seribu kenangan di antara keping-keping mozaik yang telah kita susun rapi. Menyimpannya dalam kotak kenangan dan membiarkannya menjadi misteri di hari esok. Karena kita masih memiliki jalan dan kisah yang harus dijalankan sebagaimana mestinya. Hari memang harus silih berganti, pagi memang harus selalu datang, dan kita siap dan tidak siap harus menghadapinya. Kembali menyusun ceritera dan soal itu, nanti sajalah...

 

Dua...

 

Mari lagi-lagi kita buat kesepakatan tentang rahasia di musim gugur yang tetap setia untuk datang. Walau sudah kita kisahkan beribu macam tentang cinta dan asa, tetapi masih jutaan episode yang harus disusun agar terancang dengan rapi. Kita mesti berkelana untuk meneruskan ceritera-ceritera yang belum tersusun dengan apik, masih terus berkisah agar berbuah dengan manis sebelum hari yang jahat menggulingkan kita dan meninggalkan airmata dan rasa kehilangan yang kejam. Hidup memang soal menemukan tujuan akhir yang indah walau pun kita sudah tahu ke mana hidup akan bermuara pada akhirnya.

 

Tiga...

 

Menjelang musim panas, apakah kita pernah berpikir bahwa kita telah memetik buah-buah yang begitu manis dan indah sepanjang dua musim kemarin? Ada waktunya kita merentaskan kehidupan yang manis dan pula harus kembali menjadi gersang, panas, dan melawannya dengan perlahan. Semua orang memiliki kesempatan, asa untuk melawan atau bertahan untuk memiliki kehidupan yang manis. Tapi tidak untuk selamanya menjadi manis. Ada kalanya mereka harus turun dari babak pertandingan dan merenungi diri.

 

Empat...

 

Kita telah menjalankan kehidupan dengan sebaik-baiknya. Sebenar-benarnya. Dengan segala macam ceritera dan sisi humanisme yang menghiasi seluruh jalan yang harus memang dijalani. Dengan terjatuh dan bangkit lagi, kita menemukan satu mozaik. Dengan berdiri dan berjalan lagi, kita menuliskan sebuah ceritera. Dengan berjalan dan menikmati, kita sudah menemukan sisi bagaimana kita harus menjalani kehidupan ini sampai pada akhirnya kita akan berkata: inilah saat untuk pergi dan semua tugas sudah dilaksanakan dengan baik.

 

 

Jakarta, 29 Desember 2010 | 16.53
A.A. - dalam sebuah inisial

8 komentar:

  1. eh, yang satu-nya mirip kaya punya topan..
    yang 5 kesepakatan ntu..
    hehehehe

    BalasHapus
  2. kayak membaca teks pancasila..
    hahax

    BalasHapus
  3. baca tulisan mbk ave kyk bc karya oom gibran...

    BalasHapus
  4. Ah iya 'kah? Sebentar kukroscek dahulu :-)
    Terima kasih infonya, Mbak

    BalasHapus
  5. cuman 4 ya?


    SABUDI (sastra budaya indonesia)
    mari kita jaga bersama!

    BalasHapus
  6. Nanti kalau ada musim duren, mangga, dan rambutan akan menjadi 7 hahaha

    BalasHapus