Minggu, 11 Desember 2011

Bianglala Pasar Malam



katamu sendiri:
bahagia sering diciptakan di tempat tak dikira
lucunya adalah:
aku percaya dan aku berbisik 'amin'

lalu kita pergi ke pasar malam
anak-anak dibiarkan mendahului kita
'aku ingin naik kuda itu'
perempuan kecil memasang wajah iba
kita bertatap dan membiarkan ayahnya
membawa pergi ke depan loket

'aku tak punya uang cukup'
wajah iba berubah menjadi duka temaram
segelap malam, segelap perih dua ribu
'kita pulang saja, ayah' ajaknya
kita bertatap dan mencegatnya pulang
katamu:
'naiklah, dua ribu akan kubayarkan'

lalu kau memberinya uang sepuluh ribu
'kembalinya, om, tunggu aku ya'
kau memilih untuk meninggalkannya
'jajankan saja, dan ajak ayahmu'
kau menarik jemari kelingkingku
'bianglala?'
aku mengangguk, dan kita berangkat
ke sana, ke langit
aku menyebutmu bahagia

lalu diamlah bianglala itu
ia hanya menatap kita, menemani malam
di bawah, orang-orang memilih bahagia
di atas, sepasang kekasih
kini aku kau jadikan percaya
bahagia sering diciptakan di tempat tak dikira

katamu sendiri:
bahagia sering diciptakan di tempat tak dikira
lucunya adalah:
aku percaya dan aku berbisik 'amin'




Bandung, 11 Desember 2011 | 20.22
A.A. - dalam sebuah inisial

Tidak ada komentar:

Posting Komentar