Jumat, 24 April 2009

Kepada Fajar

Terpaksa kutulis untukmu, fajar
sebelum kau datang mengusir pergi
pada malam yang tak pernah salah untuk datang
untuk membuatku dan dia tertidur lelap

Aku amat membencimu, sangat membenci
aku membenci matahari yang memanaskan bumi
karena itulah aku harus menguras semua tenagaku
sampai aku harus memutar otakku nyaris gila

Kepada fajar, aku tulis ini untukmu
janganlah lekas datang hari ini
aku ingin lelap pada waktu seperti ini
jangan usir malam yang tak pernah salah

Kalau memang harusnya kau datang
nantilah kapan aku ingin bangun
atau menjadi jenuh dengan malam:

dan rasanya aku tak pernah bosan


Kepada fajar, aku tulis ini untukmu
jangan datang mengusir malam: dia tak salah padamu

A.A. - dalam sebuah inisial
Jakarta hening, 24 April 2009 | 22.45

46 komentar:

  1. Fajar sudah pindah sekolah... hehehe.....

    BalasHapus
  2. usahlah fajar berpijar,
    sebelum avelin terjaga dari buaian malamnya

    BalasHapus
  3. Maaf, Mas Suga...
    Saya kalong Hahaha...

    BalasHapus
  4. Fajar adikku keponakan. Tinggal di Klaten..

    BalasHapus
  5. Wah, kasih tahu Fajar.. Kalau datang jangan cepat-cepat...

    BalasHapus
  6. Sedikit lagi...
    1 nomor belum dapat saya pecahkan

    BalasHapus
  7. wah untung nama om udah bukan fajar ...dulu namanya fajar..lengkapanya Fajar Menyingsing

    wah-wah kalau fajar tak usir gelapnya, maka api tak menjadikan kayu menjadi arang dong, apalagi jadi abu.

    BalasHapus
  8. Kok kayak puisinya Sapardi Djoko Damono:
    aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
    dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api
    yang menjadikannya abu


    Kayu dijadikan api menjadi arang kelak menjadi abu, Om Damuh
    kekekekeke...

    BalasHapus
  9. Ide bagus, Om Damuh...
    Ada nomor teleponnya?

    BalasHapus
  10. lho! gak perlu nomor telpon dik, palingan jawabnya:
    Pecahkan saja gelasnya biar rame
    biar gaduh dan mengaduh

    BalasHapus
  11. Pecahkan saja gelasnya, biar ramai
    Biar gaduh sampai mengaduh
    ada malaikat menyulam
    jaring laba laba belang di tembok keraton putih

    kenapa tak goyangkan saja loncengnya
    biar terdera
    atau aku harus lari ke hutan
    lalu ke pantai…

    Itu sebenarnya bukan puisi hasil Dian Sastro, tapi lebih terkenal puisi dia...

    BalasHapus
  12. iya dik, dengan suaranya...puisi itu jadi indah ditelinga om..duh...mulai melayang lagi nih
    hahahahahaaaa

    BalasHapus
  13. Cara dia membacanya... waah.... benar-benar gila, mengilhami banget
    Ayo!!! Pecahkan saja monitornya!!! Biar ramai!!!

    BalasHapus
  14. kok pendek? punya mp3-nya dik?? bagi dong!

    BalasHapus
  15. Kalau mau, nanti aku carikan, Om Damuh...

    BalasHapus
  16. mau, yang puisinya nicolas juga mau

    BalasHapus
  17. Judulnya apa, Om Damuh? Nanti aku telusuri...

    BalasHapus
  18. Aku sudah dapat puisinya Dian, Om...
    Mau kukirim ke mana?

    BalasHapus
  19. hem...MP bisa personal kan? atau kalau chat...belakangan saja. simpen saja dulu

    BalasHapus
  20. Akan kukirimkan... DiPM saja, Om Damuh...

    BalasHapus
  21. Sama-sama Om Damuh...
    Senang telah berbagi

    BalasHapus
  22. Selamat ulang tahun :)
    Ternyata Fajar ini mengantarmu pada pergantian tahun
    Semoga musim nya makin indah ya...^_^

    BalasHapus
  23. Makasih Mbak...
    Makasih... maturnuwun

    BalasHapus
  24. Kalau ngga salah, yang paling takut dengan datangnya fajar adalah D r a c u l a.
    Just a joke he...he...

    BalasHapus
  25. Happy B'day dear.........
    panjang umur + sehat + gedhe + pinter and ++++++++... yang baik2 degh ;;)
    sampaikan salamku pada fajar untukmu.

    BalasHapus
  26. saatnya telah ditetapkan, tak diingkari seperti putaran bumi terhadap matahari, seperti bulan terhadap bumi atau...

    putaran komet terhadap matahari...

    saatnya kan tiba, tepat tanpa selisih angka.

    BalasHapus
  27. Yang jelas, aku masih membenci fajar

    BalasHapus