Rabu, 08 Juni 2011

Tentang Malam yang Hujan



Segmen 1

malam yang ditunggu oleh para pecandunya
kami menunggunya di sebuah kedai kopi
sejak matahari pamit pulang kepada langit
dan langit pun merasa dingin teramat sangat
ia memutuskan untuk malam menyelimutinya

Segmen 2

saat itu juga, malam dibentangkannya
langit kelelahan setelah memutar dunia
kami pun girang alang kepalang
ini sebuah pertanda baik untuk candu
artinya langit akan terlelap sangat lama

Segmen 3

kereta pun berlari di atas rel melintasi malam
seperti kami yang melewati malam dengan candu
kopi dan kopi, tawa dan tawa, setumpuk naskah pembicaraan
waktu jadi sungkan menegur kita
meski ia sudah kami acuhkan sepanjang hari

Segmen 4

tetiba gerimis datang di depan mata kami
menyadarkan atas tumpukan gelas kopi
tawa kami yang paling ramai terdengar
dingin menyilet kulit sampai berdarah
tanpa harus mengeluarkan darah

Segmen 5

apa pembicaraan kami berakhir begitu
dan tidaklah seperti itu
ternyata naskah tawa kami masih belum usai
masih ada bab terakhir sampai hujan datang
hujan sendiri yang benar-benar datang
mengirimkan pesan untuk melengkapi malam

Segmen 6

dan hujan pun turun



Bandung, 8 Juni 2011 | 22.52
A.A. - dalam sebuah inisial

18 komentar:

  1. Lalu kami tak sadarkan diri, segera beralih...
    Meninggalkan setumpuk naskah
    Dan cangkir-cangkir kopi
    Kedinginan dipeluk hujan...

    BalasHapus
  2. jan..hujaaan turun..lagi...angkatin jemuran yang kau cuci...

    BalasHapus
  3. suka. ttg hujan. :)
    o, di bandung tah?

    BalasHapus
  4. Terima kasih, Mbak Titin.
    Iya, sedang di Bandung, besok di Jakarta lagi :-))

    BalasHapus
  5. breeeeeeeeeeesssssssssssssssssss

    BalasHapus
  6. gambarnyaaaaaaa baguuuuuuuusssssss.. kemaren ga ada.. hehehe

    BalasHapus