Minggu, 21 Maret 2010

Elle Eleanor

Rating:★★
Category:Books
Genre: Mystery & Thrillers
Author: Zeventina OB, Ferry H. Z. (Zev Zanzad)

Seorang teman bertanya kepada saya suatu hari ketika sedang bercengkrama mengenai buku di sebuah kedai kopi di dalam sebuah mall Jakarta. Pertanyaannya seperti ini: berapa halaman buku yang dapat saya kunyah setiap harinya? Jawaban saya adalah tergantung. Ketika saya melahap 502 halaman Maryamah Karpov, saya menghabiskan waktu satu bulan sambil melahap lima buku lainnya. Jadi, dalam satu bulan di bulan Mei, saya berhasil menghabiskan enam buku.


Ketika sedang blogging, saya membaca bahwa ada yang berhasil menghabiskan 454 halaman Elle Eleanor sekaligus dalam waktu satu hari. Gila!!! Saya tertawa lepas. *Sejujurnya juga saya pernah menghabiskan buku setebal 300 halaman Arswendo Atmowiloto dalam waktu 12 jam.* Tapi itu adalah kegilaan besar. Saya sendiri menghabiskan waktu lima hari membabat novel ini. Perhari seratus halaman sambil mengerjakan janji saya kepada seorang kawan


***


Mungkin sudah sedikit novel yang menyampurkan arena sejarah dengan masa kini. Kelahiran Elle Eleanor sebagai novel yang menggunakan kedua arena ini dpaat diperhitungkan sebagai novel pendatang baru dengan strategi setting yang cukup menarik -di pikiran saya-.


Menceritakan mengenai Villa van Der Sneijder yang telah berdiri sejak zaman Belanda. Robert yang seorang pembisnis juga tukang mondar-mandir Indonesia-Eropa lebih mementingkan bisnisnya dibanding Eleanor -istrinya- yang ternyata memiliki kegilaan seks yang sangat berlebihan. Keberadaan Robert jarang ada di villa di pesisir Pantai Popoh tersebut karena harus wara-wiri ke Eropa. Di dalam ruang rahasia, Eleanor menembus dunia seksnya yang hanya Sastro Pencor dan Eleanor yang mengetahuinya.


Dua orang anak yang begitu kontradiktif namun sama-sama menderita karena Eleanor harus menjadi saksi dan menyebabkan trauma di masa-masa kedewasaan mereka.


Pada waktu lain, kehadiran sepuluh orang anak di zaman modernisasi menguak sesuatu mengenai vila ini. Kehadiran seorang perempuan, Elle, membuat hal-hal yang tak pernah diinginkan menjadi mengacaukan suasana liburan mereka. Ditambah lagi hilangnya beberapa remaja secara tiba-tiba.


Bagaimana menyatukan buah pemikiran dua kepala yang belum pernah bertatap muka dan hanya mengenal lewat dunia maya? Novel ini merupakan hasilnya.


Prolog dan pendeskripsian kuat menjadi karakter tersendiri di dalam novel ini. Prolog merupakan acuan bagaimana seorang penulis mampu mengikat pembacanya untuk mengajak menelusuri isi cerita. Dan kedua penulis ini mampu untuk mengajak pembaca untuk mengarakteri bagian-bagian cerita. Pendeskripsian kuat mengenai Pantai Popoh dan keadaan villa juga menjadi nilai tersendiri dalam pengembangan cerita dan sebagai gambaran jelas untuk pembaca.


Alur sastra terlihat ketika penulis menggambarkan suasana-suasana yang terjadi di zaman-zaman Eleanor. Ketika Eleanor sedang berada di puncak kegembiraannya tanpa Robert. Ketika Eleanor menikmati kegemarannya dan menjelang eksekusi Robert untuknya.


Perhatikan kalimat di bawah ini:



"Tepat ketika kedua mata mereka bertemu, bunyi letusan kembali terdengar. Sebuah lubang terbentuk tepat di antara kedua mata cantik Eleanor. -" Halaman 5


"Semakin si Nippon sialan itu menjerit, aku akan semakin puas. Dendamku terbalas sudah. Dan aku akan menyiksa terus sampai mati." - Halaman 191


"Sastro menangis saat kuceritakan perlakuan para serdadu Jepang kepadaku. Dia menghantamkan tangannya ke tembok dengan gigi-giginya yang gemertak. Saat membuka selangkanganku yang penuh luka, dia memelukku erat." - Halaman 372



Beberapa kesalahan juga dibuat oleh penulis (dan editor). Ejaan dari penempatan tanda baca dan "di" sebagai imbuhan dan sebagai preposisi. Ketidak-konsistenan dalam menggunakan kata pengganti "gue", "gua", ataupun "aku". (Terdapat di halaman 63, 126-127, dan 147). Penggantian kata juga masih dirasa perlu. Kesalahan dalam memiringkan tulisan (pada halaman 370). Perpaduan antar bahasa juga perlu dihilangkan dalam narasi seperti pada halaman 70.



"Body terbalut celana Versace hitam ketatnya berkelebat anggun."



Kata-kata yang tidak efisien dalam kalimat di halaman 72.



"Tas pinggang kanvas di pinggangnya."



Telrihat bahwa editor kurang tajam dalam menggunting bagian - bagian yang harusnya dihilangkan dan memasukkan tautan yang diperlukan.


Kalimat-kalimat yang disisipkan untuk memberikan kesan memperpanjang alur penceritaan seperti pendeskripsian Pantai Popoh yang diulang beberapa kali dalam novel ini. Juga beberapa kalimat narasi penjelas yang rasanya tak dibutuhkan lebih baik dihilangkan.


Kesalahan fatal adalah ketika logika bermain. Tian yang baru beberapa hari di villa sudah langsung dikenal oleh Johan. Pada halaman 89, dilakukannya nafas buatan di tengah laut yang lebih-lebih lagi saya pertanyakan bagaimana caranya. Pada halaman 209 disebutkan latar pada pukul enam pagi. Lalu di halaman 218, latar berubah menjadi hampir jam enam pagi.


Kesan sastra menjadi berubah ketika adanya Susan dan Julius yang berlagak ala detektif. Dialog antara mereka membuat teenlit dalam sastra. Juga yang saya sesali adalah hilangnya dialog-dialog manis berpuitis di bagian tengah bab. Catatan-catatan Eleanor dalam menceritakan kenikmatan seks bersama Sastro masih perlu diperhalus.


Kalau mengenali karakter penulisan kedua penulis, pasti mudah sekali menebak ini tulisan siapa dan yang lainnya. Dua kepala rasanya masih kurang memadukan dan berbagi karakter.


Epilog yang menggantung membuat saya menebak apa akhirnya dari cerita ini. Penulis memberikan gambaran semu dalam penutupnya. Siapa yang menolong Maryati dapat saya ketahui dari pendeskripsian. Kalau tak tertebak, saya sarankan baca ulang novel ini dari bagian tengah.


Bagaimanapun, apapun kelebihan dan kekurangannya, sebagai novel, Elle Eleanor telah lahir sebagai cerita dalam penggabungan latar lintas budaya barat dan timur.



27 komentar:

  1. Artikel yang sempat hilang ini baru ditemukan setelah 9 bulan berdiam di blog pribadi Wordpress.

    BalasHapus
  2. yg saya sesalkan, kenapa Av nggak jadi editornya
    :))

    BalasHapus
  3. kalau gitu, saya tawarkan Aveline tuk menjadi editor novel saya, "Jack and JoKer". Gimana, bersedia?
    :)

    BalasHapus
  4. Siap juragaaaaaaaaaaaaaaan...

    Eh, itu proyek baru 'kah?

    BalasHapus
  5. Catatan review nya mirip sekali dgn oretanku di novel itu, terutama di bag deskripsi berulang, tak efisien, dan kurang smooth..hohoho..

    BalasHapus
  6. Terbukti sudah memang penulis punya karakter khas dalam menulis.
    Mari coret lagi buku lainnya hahahaha :-))

    BalasHapus
  7. Di kamarku tlah menunggu 30an buku2 lain untk dicoret, hiks..

    BalasHapus
  8. iya, proyek baru...moga2 akhir april ini kelar,
    sudah ada 2 editor, tapi tambah satu lagi...biar lebih mantap...xixixi
    *ntar kl sudah selesai saya kirimkan naskahnya
    :)

    BalasHapus
  9. Reviewku di mp untk elle sptnya kuberi 3 bintang, sebenernya sblm baca sdh berharap lebih :)

    BalasHapus
  10. Siniiiii!!!! Kubantu coret! Hahaha... :-))

    BalasHapus
  11. Japri bung! Hahaha...
    Atau via pos saja biar makin MANTAP? :-))

    BalasHapus
  12. Yap, aku ingat.. :-D
    Aku memang sengaja setiap kali membaca buku tak akan membaca resensinya dahulu atau endorsment-nya, malah jadi terpengaruh. Hahaha...

    BalasHapus
  13. pakai surat permohonan juga, nggak Av?
    :))

    BalasHapus
  14. Pakai surat kuasa juga boleh, Mas... Hahaha :-))

    BalasHapus
  15. setuju pake banget tapi harap nagis darah yg novelnya diedit ma ave....

    *tpi dijamin laris manis di pasaran.....^_^

    BalasHapus
  16. Huahahaha... Penulisnya nangis darah, aku ketawa ala setan :P
    *Laris di pasaran bukan jaminan*

    BalasHapus
  17. kasian lah ve...penulisnya dah nangis darah masa gk laris juga di pasaran...hahaa

    BalasHapus
  18. Hidup adalah soal keberuntungan ;-)

    BalasHapus
  19. belum tergerak hati untuk mencari dan membacanya... mungkin karena bukan jenis cerita yg ingin kubaca yaa?
    aku kan sukanya dongeng... bukan thriller...hehehehe
    anyway.. nice review ave..

    BalasHapus
  20. Hahaha... Artinya sudah pernah membaca dongeng dari negeri Barat :-))
    Thanks Tante Cici

    BalasHapus
  21. bisa bikin buku kyk gitu ... kapaaaan giliran kita ??

    BalasHapus
  22. aku belum selesai membaca juga... tak tahu kapan, udah gak mood sejak "itu" terjadi he he he... *ngels mode on*

    BalasHapus