Mungkin aku akan pulang nanti
Ketika senja tak lagi menampak wajah
Atau kereta sempat kukejar menuju kota
Debu sudah berkarib dengan kulit ari
Hendak apa yang kubagi ketika malam
Jalan kereta begitu lamban
Sesampai aku di kotamu menanti hari
Detik tak dapat digapai untuk dilewatkan
Kadang sisa nafas harus dipaksa
Tak dapat lagi berlari, kita serasa tanpa makna
Aku hendak pulang kepada rumah
Di papan dipan yang reot di muka
Aku berlari ke kebun yang memakan bapak
Hendaklah musnah dilalap ilalang liar
Dan dusun tak lagi bisa kukatakan nyata
Jakarta, 17 Desember 2009 | 20.43
Tdi sempet hujan rintih2. hehehe
BalasHapusHahaha... Geyimis :P
BalasHapusMerintih, mengiris, menjerit.. Aw aw aw..
BalasHapusHalagh... Hahaha...
BalasHapusIba hati ku dengar Aveline merintih!
BalasHapusAveline apa yang kau maui???
BalasHapusDirimu harus pulang secepatnya
BalasHapusJangan menunggu hingga senja
berlarilah karena kau telah berbagi cerita
Ilalang liar bersembunyi agar dia tidak dilalap
dan semua akan menjadi nyata...
Nyambungin aja yach :)
emm "rintih"
BalasHapusSABUDI (sastra budaya indonesia)
mari kita jaga bersama!
Kyknya ini postingan pertama stlh yg ttg pesta kebun ya mbk?
BalasHapusHahaha... Kata-kata yang mengatakan itu, bukan aku.
BalasHapusApa yang kuingini? Entahlah... Aku sendiri masih ragu.
BalasHapusKalau masih ada waktu beristirah
BalasHapusMengapa tidak kuhentikan waktu
Menjedahi seluruh niat alamku
Sesampai aku sadari
Fanalah kita di dunia ini
-Berbalas puisi, siaaaaap???-
Yap yap yap...
BalasHapusSebenarnya lebih awal dari pesta kebun, hanya lebih lama dalam bentuk draft sampai-sampai ingin kuselesaikan kemarin :-)
BalasHapusbtw, mau ngajak utk ikutan tasyakuran blog dila di http://dhila13.wordpress.com/2009/12/17/tasbih-bukan-kontes-biasa-sticky/ yang beruntung nanti akan dapat sebuah novel sebagai bingkisan.. dateng yaa… :)
BalasHapusperih tanpa basa basi
BalasHapusIya tulisan yg terlahir dari keraguan jiwa buat menemukan jawaban
BalasHapusmingingatkan masa lalu ve...
BalasHapusSABUDI (sastra budaya indonesia)
mari kita jaga bersama!
Meluncur, Mas Dhila...
BalasHapusLho? HS-nya ke mana, Bu?
BalasHapusHidup itu bukan sekadar penungguan untuk mencari jawaban...
BalasHapusMaaf, maaf sekali kalau sampai membuka luka lama, Mas Mus...
BalasHapushahahah gpp ve.. tambah suka mus dingetin dah lama ga nostalgia..
BalasHapusSABUDI (sastra budaya indonesia)
mari kita jaga bersama!
kalo ketinggalan kereta call me Av.. nanti aku jemput..
BalasHapusoh ya mana kadonya..? hehehe
Butuh tembang lama, Mas Mus?
BalasHapusPM alamatnya belum kuterima, kadonya jadi belum bisa kukirim...
BalasHapusKapan PM-nya? :-))
Kado untukku juga belum datang, qeqeqe *kapan aku mintanya yach
BalasHapusBtw emang puisi aku nyambung yach? :))
Hahaha... :-))
BalasHapusDipaksa-paksain saja :P
Rintih...Sebuah ungkapan yang tak bisa terungkapkan. Begitu ya...
BalasHapusYang jelas bukan rintihan kuntilanak :-))
BalasHapusHahaha....
Kalau Hahaha jelas bukan kuntilanak tapi Aveline, ketawa kuntilanak hihihihi
BalasHapusSekali lagi, hahahaha...
BalasHapusPenuhkan dunia dengan "hahaha..."
=))
Hush...Jangan sebut n panggil nama Kuntilanak di malam2 begini. Malam satu suro nanti datang beneran dgn rintihannya pada kabuuur...
BalasHapuswaktu tak kan pernah berhenti
BalasHapuskarena akan terus berlari
segera harus disadari
alam selalu menuruti
hehehehe
Hahaha... :-))
BalasHapusLantas? Apa yang dinanti dari hidup ini?
BalasHapussecercah harapan untuk bahagia dunia dan akhirat :)
BalasHapus:-)
BalasHapusSEMANGAT :D
BalasHapusPasti :-)
BalasHapusAyo berpuisi lagi, sekalian belajar :))
BalasHapusHahaha... :-))
BalasHapus