Kamis, 17 Desember 2009

Rintih

Mungkin aku akan pulang nanti
Ketika senja tak lagi menampak wajah
Atau kereta sempat kukejar menuju kota
Debu sudah berkarib dengan kulit ari
Hendak apa yang kubagi ketika malam

Jalan kereta begitu lamban
Sesampai aku di kotamu menanti hari
Detik tak dapat digapai untuk dilewatkan
Kadang sisa nafas harus dipaksa
Tak dapat lagi berlari, kita serasa tanpa makna

Aku hendak pulang kepada rumah
Di papan dipan yang reot di muka
Aku berlari ke kebun yang memakan bapak
Hendaklah musnah dilalap ilalang liar
Dan dusun tak lagi bisa kukatakan nyata




Jakarta, 17 Desember 2009 | 20.43

42 komentar:

  1. Merintih, mengiris, menjerit.. Aw aw aw..

    BalasHapus
  2. Iba hati ku dengar Aveline merintih!

    BalasHapus
  3. Dirimu harus pulang secepatnya
    Jangan menunggu hingga senja
    berlarilah karena kau telah berbagi cerita
    Ilalang liar bersembunyi agar dia tidak dilalap
    dan semua akan menjadi nyata...

    Nyambungin aja yach :)

    BalasHapus
  4. emm "rintih"





    SABUDI (sastra budaya indonesia)
    mari kita jaga bersama!

    BalasHapus
  5. Kyknya ini postingan pertama stlh yg ttg pesta kebun ya mbk?

    BalasHapus
  6. Hahaha... Kata-kata yang mengatakan itu, bukan aku.

    BalasHapus
  7. Apa yang kuingini? Entahlah... Aku sendiri masih ragu.

    BalasHapus
  8. Kalau masih ada waktu beristirah
    Mengapa tidak kuhentikan waktu
    Menjedahi seluruh niat alamku
    Sesampai aku sadari
    Fanalah kita di dunia ini


    -Berbalas puisi, siaaaaap???-

    BalasHapus
  9. Sebenarnya lebih awal dari pesta kebun, hanya lebih lama dalam bentuk draft sampai-sampai ingin kuselesaikan kemarin :-)

    BalasHapus
  10. btw, mau ngajak utk ikutan tasyakuran blog dila di http://dhila13.wordpress.com/2009/12/17/tasbih-bukan-kontes-biasa-sticky/ yang beruntung nanti akan dapat sebuah novel sebagai bingkisan.. dateng yaa… :)

    BalasHapus
  11. Iya tulisan yg terlahir dari keraguan jiwa buat menemukan jawaban

    BalasHapus
  12. mingingatkan masa lalu ve...





    SABUDI (sastra budaya indonesia)
    mari kita jaga bersama!

    BalasHapus
  13. Hidup itu bukan sekadar penungguan untuk mencari jawaban...

    BalasHapus
  14. Maaf, maaf sekali kalau sampai membuka luka lama, Mas Mus...

    BalasHapus
  15. hahahah gpp ve.. tambah suka mus dingetin dah lama ga nostalgia..





    SABUDI (sastra budaya indonesia)
    mari kita jaga bersama!

    BalasHapus
  16. kalo ketinggalan kereta call me Av.. nanti aku jemput..
    oh ya mana kadonya..? hehehe

    BalasHapus
  17. PM alamatnya belum kuterima, kadonya jadi belum bisa kukirim...
    Kapan PM-nya? :-))

    BalasHapus
  18. Kado untukku juga belum datang, qeqeqe *kapan aku mintanya yach

    Btw emang puisi aku nyambung yach? :))

    BalasHapus
  19. Hahaha... :-))
    Dipaksa-paksain saja :P

    BalasHapus
  20. Rintih...Sebuah ungkapan yang tak bisa terungkapkan. Begitu ya...

    BalasHapus
  21. Yang jelas bukan rintihan kuntilanak :-))
    Hahaha....

    BalasHapus
  22. Kalau Hahaha jelas bukan kuntilanak tapi Aveline, ketawa kuntilanak hihihihi

    BalasHapus
  23. Sekali lagi, hahahaha...
    Penuhkan dunia dengan "hahaha..."
    =))

    BalasHapus
  24. Hush...Jangan sebut n panggil nama Kuntilanak di malam2 begini. Malam satu suro nanti datang beneran dgn rintihannya pada kabuuur...

    BalasHapus
  25. waktu tak kan pernah berhenti
    karena akan terus berlari
    segera harus disadari
    alam selalu menuruti


    hehehehe

    BalasHapus
  26. Lantas? Apa yang dinanti dari hidup ini?

    BalasHapus
  27. secercah harapan untuk bahagia dunia dan akhirat :)

    BalasHapus
  28. Ayo berpuisi lagi, sekalian belajar :))

    BalasHapus