Beberapa hari ini memang saya lebih sering pulang siang setelah mengikuti tes akhir semester. Biasanya saya diantar sampai ke rumah, tetapi kali ini saya dan teman - teman saya memilih untuk pulang dengan Transjakarta. (Ah, bohong kalau situ tak kenal sama benda ini...)
Beberapa pertimbangan saya putuskan. Selain lebih cepat, juga lebih hemat dan praktis. Soal keamanan, jelas sedikit lebih aman dibanding dengan angkutan kota atau semacamnya. Lagipula, di kota Jakarta yang memiliki kemacetan luar biasa seperti ini, Transjakarta memang sebuah alternatif yang cukup baik (karena keegoisannya punya jalan sendiri).
Setidaknya, saya belajar sesuatu tentang berbagi. Di ruang kotak itu.
Sederhana bukan?
Mungkin hal berbagi adalah hal yang sederhana. Amat sederhana sekali. Dengan sepotong roti, kita dapat berbagi dengan sekitar kita. Dengan selembar uang, kita dapat berbagi dengan mereka yang kekurangan.
Berbagi kesempatan? Ya, kita juga bisa berbagi melalui itu. Bukan hanya teori yang setiap hari guru-guru di sekolah dasar mengajarkan bahwa utamakanlah mereka yang sudah lanjut usia atau yang sedang hamil. Di setiap jendela Bus Transjakarta juga ditempelkan stiker demikian. Lantas, apakah semua itu benar-benar dijalani?
Praktisnya, selama berkali-kali saya menaiki bus Transjakarta, hanya dua kali melihat hal itu. Hal berbagi yang paling mudah. Seseorang yang duduk tak jauh dari saya bangkit berdiri dan mempersilahkan seorang nenek duduk dan dia rela untuk berdiri walau jarak yang dia tempuh sangat jauh.
Seorang teman saya rela bergelantung di Transjakarta demi seorang ibu yang membawa seorang anak kecil. Dia berdiri berpegangan sambil membopong tasnya. Di kesempatan itu, saya yang duduk agak jauh darinya mengatakan agar dia saja yang duduk. Dia menggeleng. Saya tersenyum.
Benar-benar hal yang berbau teoristik semacam itu memang sulit dilakukan. Bahkan saya pernah melihat sendiri seorang nenek yang terpeleset ketika berdiri di tengah keramaian dalam kotak berjalan tersebut. Sayangnya, saya pun tak mendapatkan kursi di dalamnya. Seandainya...
Entah mengapa, banyak sekali mereka yang mengajarkan bahwa hal berbagi itu indah. Tetapi kenapa sulit sekali untuk melakukannya?
A.A. - dalam sebuah inisial
Jakarta, 27 Mei 2009 | 5.35
perjuangan adalah pelaksanaan kata2, berteori mungkin semua orang mampu, tapi mengaplikasikannya...tidak banyak yg bs mensinkronkannya. Begitu juga dg seni berbagi.
BalasHapusteori emang jauuuuhhh.. lebih mudah daripada prakteknya yah ???
BalasHapusKontras banget rasanya. Seperti antara api dan air. Berbagi itu mudah diucapkan dan berbagi itu sulit dilakukan. Mas Suga sudah berbagi apa hari ini?
BalasHapusWah, mudah sekali sebenarnya kalau niat dan ikhlas :-))
BalasHapusberbagi cerita :)
BalasHapusya ikhlas ajah lah.. :)
BalasHapusHahaha... sudah kuterka sejak awal. Pasti itu jawabnya...
BalasHapusHahaha.... jawaban terpaksa :-))
BalasHapuslha, itu saja kemampuan saya. Itupun juga pas2an.
BalasHapusTerkadang saya juga berbagi rasa derita ke orang lain...kl rasa 'enak', disimpan saja sendiri hehe
segalanya membutuhkan perjuangan yg berat untuk menuju kesuksesan
BalasHapusBerbagi derita? Walah...
BalasHapusBisa ya berbagi derita, baru tahu saya... hahaha...
Tepatnya kerelaan!
BalasHapusseperti matematika .. orang lebih suka dan gampang dlm hal meng' x dan meng' - ato me + .. daripada membagi ..
BalasHapushiks..
nah kapan av berbagi pada lainnya???
BalasHapushehee
kalau berbagi suami gimana ? :D
BalasHapusaku jadi pengen naik busway..kekekekke (berkali-kali ke jakarta ngga dibolehin melulu.. naik motorrrrrrr atau taxi terus..huuhuuu)
BalasHapusjadi ingat waktu aku kuliah, naik bis berjudul robur, udah bayar 50 perak ke kampus, kadang masih ada juga yg ngga mau ngasih kursi buat orng hamil... apa boleh buat, aku juga ngga bisa buat apa-apa.. lah aku duduknya dipalang samping supir (tempat utk para preman..kekekeke.. jadi ngga mungkin nyuruh orang hamil duduk disitu)
Jadi ingat nasihat Mufasha kepada Simba... circle of life...
BalasHapushehehe, nyambung nggak Ave?
dengan berbagi kita bisa merasakan manisnya hidup :)
BalasHapusIbarat gula kalo dimakan sendiri neg rasanya, bahkan bisa bikin diabet :D
*iya gak yak*
Hahaha... kok jadi mengarah ke pelajarannya Aristoteles?
BalasHapusSecepatnya... Hahahaha :-))
BalasHapusFilm banget yak :-D
BalasHapusKadang kalau aku malas pulang, aku ikut muter-muter tanpa turun di busway. Hahaha... Jalan-jalan dengan biaya yang cukup murah dan memutari Jakarta yang benar-benar tersumbat selalu...
BalasHapusHehehe... Disambung aja jadi nyambung kok :-)
BalasHapusKalo dibagi, artinya berbagi diabet dong? Hahaha...
BalasHapusHe he he...
BalasHapusya berbaginya sebelum kena diabet :D
Hahaha... berbagi diabet :-)
BalasHapusAku relain deh tempat duduk ku buat anda Av!
BalasHapusHahaha... kan Om Amir pakai mobil pribadi.
BalasHapusNice stories Av... ;)
BalasHapuskesian bgt sih sampe kepleset segala
BalasHapusBegitulah kawan...
BalasHapus