Senin, 27 Februari 2012

Secarik Surat yang Tak Ditunggu

Kepada kamu,

 

Memang benar kalau seseorang yang sudah jatuh cinta, semua terasa indah. Bahkan sampai kopi yang rasanya pahit pun tetap dikecap manis, bunga yang layu pun tetap terlihat segar, dan masakan yang seperti makan garam di lidah tetap gurih di hati. Mereka yang pernah jatuh cinta adalah orang yang gila.

Aku pernah jatuh cinta. Kepada lelaki yang tak pernah menantikan kedatangan surat ini. Lelaki yang pernah menjadi teman seperjalananku. Hei, apa kabarmu kini? Masih suka bermain gitar dengan kunci G? Sudah berapa lagu yang kamu bisa sejak kita tak lagi bersua? Terakhir kuingat ada 23 lagu yang sudah kamu mainkan dalam kunci G.

Sebentar. Aku coba menebak isi kepalamu. Ah, pasti kamu sedang bertanya-tanya untuk apa aku mengirim surat ini kepadamu ‘kan? Aku juga tak tahu harus menjawab apa pertanyaanmu. Surat ini tertulis dengan sendirinya. Dirawi di luar kendaliku. Aku tak bisa menghentikannya, tapi aku menikmatinya. Kuharap juga kamu menikmatinya seperti aku menuliskannya sambil mengenang jutaan detik yang kita lalui bersama yang pada akhirnya kita memang harus tak menjadi satu.

Tak semua harus menjadi satu, aku masih teringat dengan katamu.

Dan kita memang tidak bisa bersatu, masih kamu ingat dengan kataku?

Ya, tak selamanya harus menjadi indah. Kadang juga harus ada air mata.

Kalau mengingat masa-masa dulu, lucu juga. Hujan-hujanan di atas motor tuamu yang mogok. Meski kamu selalu mampu membeli motor yang harganya berkali-kali lipat dari motor yang sering batuk-batuk saat di-starter, tetap kamu memilih motor tua itu. Juga ketika ada di laboratorium fisika, kamu selalu bingung membedakan rangkaian paralel dan rangkaian seri walau sudah berkali-kali kugambarkan di papan tulis.

Semua cerita itu masih ada di album tua yang kutemukan saat aku hendak pindah ke Jakarta. Memang, aku menyimpannya khusus di kotak kado itu. Bersama dengan semua benda pemberianmu. Aku tetap menyimpannya rapi.

Harus kuakui, awal pertama berjumpa denganmu, aku memang berdebar-debar. Seperti debaran yang sama saat aku menuliskan surat ini kepadamu. Kalau aku tahu kamu membuka dan membacanya, mungkin debarannya akan semakin membuncah.

Ini soal rasa rindu. Kamu tahu?

Harus kuakui, kali terakhir bersua denganmu, aku menangis. Mataku sembab. Meski aku tahu bahwa kita memang tidak akan bertahan lama, tetap saja air mata selalu membelah pipiku. Ia selalu melanggar perintahku agar tidak turun membasahi pipiku yang selalu dilapisi bedak. Kamu tak pernah tahu soal ini. Ya... aku memang sengaja menahan semua rasa sakit di depanmu. Seolah-olah tak terjadi apa-apa di antara kita. Aku tak mau terlihat cengeng di hadapanmu. Aku tak mau kamu mengatakanku gadis manja seperti sebelumnya di akhir pertemuan kita.

Kini aku menjadi perempuan yang mandiri sejak kita berpisah tiga tahun lalu. Tapi yang tetap sama adalah rambut yang panjang sebahu tak kupotong. Seperti katamu, aku terlihat manis kalau dengan rambut yang digerai dan berkibas di bahu. Kalung yang kamu berikan kepadaku juga masih kusimpan. Iya, kini leherku sudah berhias kalung yang lain. Pemberian laki-laki lain. Tapi bukan berarti aku lupa dengan pemberianmu.

Sekali lagi, apa kabarmu? Malam ini aku mengenang semua cerita kita. Canda kita, tawa kita, air mata kita, duka kita, dan cinta kita.

Aku, perempuan yang pernah mengisi relung hatimu yang kosong. Kemudian meninggalkannya setelah negosiasi di antara kita yang sebenarnya tak bisa kukatakan indah. Selalu mengganjal di hatiku sampai hari ini. Aku lupa mengucapkan tiga kata ajaib: maaf, tolong, terima kasih.

Sepele? Tentu. Tapi maknanya luar biasa.

Tak percaya? Ya ini buktinya. Surat yang sedang kamu hadapi ini.

Aku selalu kesulitan mengucapkan kata itu, terutama kepada kamu. Maka sampai saat kita berjumpa untuk yang terakhir, aku tetap tak bisa mengucapkannya.

Mungkin lewat ini, aku hanya mampu.

Maaf. Jika aku mencintai laki-laki lain selain daripadamu. Kemudian kamu merelakan aku untuk bahagia dengannya. “Dan memang aku tidak bisa membahagiakanmu selain daripada melepaskanmu untuk pergi dengannya, menjalankan kehidupan yang lebih realistis. Ini adalah cara untuk membuatmu merasa cukup.” Setiap kuingat katamu, bendungan air di mataku pecah. Di mana pun keberadaanku, aku pasti menangis. Bahkan aku pernah menangis di depan laki-laki lain yang tak lama lagi akan menjadi milikku seutuhnya.

Tolong. Bila memang kita tidak dapat bersatu, tolong maafkan aku. Untuk semua kesalahanku. Tak bisa kukatakan itu adalah sebuah khilaf. Cinta membuat seseorang menjadi buta, bukan hanya gila. Membuat kita bisa tertawa, menjadi orang yang paling bahagia di dunia ini. Membuat kita bisa menangis, menjadi orang yang paling malang di dunia ini. “Tolong lupakan aku dan bahagialah dengan dia. Ini menjadi bahagiaku juga yang berasal darimu.” Kata-katamu masih ada di dalam catatan harianku. Kutulis beberapa menit kemudian setelah kita tak pernah bertemu lagi.

Terima kasih. Terima kasih untuk jalan yang pernah kita jalani bersama, waktu yang pernah kita putar bersama, langkah yang pernah kita tapaki bersama, kata yang pernah kita ucap bersama, cerita yang pernah kita dongengkan bersama, cita yang pernah kita mimpikan bersama, lagu yang pernah kita lantunkan bersama, dan samua yang pernah kita semuakan bersama. “Terima kasih untuk kebersamaan yang indah.” Kata-kata itu, ia memang berlalu dibawa angin, tapi tidak untukku.

Ini hanya soal rindu, rindu aku kepadamu. Apakah kamu merasakan hal serupa?

 

Seorang yang pernah mencintaimu,

 

A, pemujamu sampai kini.





*) untuk sebuah proyek yang selalu ditunggu dengan senyum :-)

13 komentar:

  1. aduh.. eh tumben bisa komen neh, biasanya qn mu di kunci ga bisa komen di kotak puisi hehe

    BalasHapus
  2. oh, akhirnya cerita G ada juga :)

    BalasHapus
  3. Bagaimana kalau dinovelkan saja? Dududu... :-" *ngakak*

    BalasHapus
  4. setujuuh, sedelapaaan, sesembilaaan,

    eksekusi, Bos! ;)

    betewe, itu new rilisnya bisa di dpt dimana yah? :)

    BalasHapus
  5. Lewat toko buku online, Mbak. Langsung pesan ke nulisbuku.com atau PM saja ke saya bila kesulitan. :-)
    Banyak jalan menuju Roma. :D

    BalasHapus
  6. Cannot control this...this thing call LOVE :)

    *pas td lagi denger Another Day nya Lene Marline :D

    BalasHapus
  7. jadi G itu karena kunci G?

    kalo ganti jadi kunci inggris.. *haish...ehehehe

    ini juga merenggut bahagiamukah?

    BalasHapus
  8. yeaah jugaaaaaaaa...

    SEMANGAATS mbaaaaaaaakk..!! ^__^v

    BalasHapus
  9. waduh..waduuh...waduuuh..... juragan nanas.....

    BalasHapus
  10. aku nggak punya rasa karena belum dicelup flavour and fragrance hihihihi

    BalasHapus