Kamis, 29 September 2011

Epilog September

September hanya seperti pagi dan malam
ia datang untuk kemudian pergi lagi tanpa pamit
setidaknya kita tahu sehingga kita siap untuk kehilangannya lagi
mendoakannya di dalam perjalanannya dan membekalinya dengan asa
agar ia tak menjadi lenyap ketika dunia yang terlalu kejam memberangusnya
karena setiap orang berdoa agar September tidak lekas pergi
begitu juga aku dan kau, begitu juga kau dan aku

bukankah pergi memang untuk menemukan jalan pulang?
ketika itu gerimislah aku dengan air mata yang ada di pelupuk
tak hingga untuk melepas segala kenangan dan tak tampak wujud ikhlas
September menyimpan fajar dengan sebungkus ratap yang begitu manis
juga mengepak cinta yang tidak memandang sepi dan ramai
'aku harus pergi, sampai jumpa lagi di dimensi baru,' kata September

bukankah semua awal akan bertemu dengan akhir
bukankah semua pertemuan akan bertemu dengan perpisahan
bukankah kita hanya sekadar bertemu dan bertamu, duduk di beranda
seperti halnya September yang akan pamit, untuk pergi

entah ke negeri mana



Bandung, 29 September 2011 | 17.54
A.A. - dalam sebuah inisial

20 komentar:

  1. September pergilah dan jangan kembali.. !
    karena aq tak rela bertambah usiaaaaaaaaa.. haha

    BalasHapus
  2. Begitu banyak kisah terjadi di bulan ini. Hm rasanyaa, ah pengen ngenang dia terus :D
    September ceriaaa :D

    BalasHapus
  3. Kalo punya mesin waktu (time machine) mungkin bisa kita cegah kepergiannya ya?

    BalasHapus
  4. September harus pergi biar lekas desember ;d

    BalasHapus
  5. Dan pd akhirnya, akhiran segera menjadi awalan...

    BalasHapus
  6. September akan datang, kemudian pergi, dan akan datang untuk pergi lagi.

    BalasHapus
  7. Hayah! Dia yang mana, Bung Eko? Hahaha...

    BalasHapus
  8. Wah, kalau untuk yang ini, saya angkat tangan deh dengan Mas Desember :p

    BalasHapus
  9. SABUDI (sastra budaya indonesia)
    mari kita jaga bersama!

    BalasHapus
  10. september september september,
    selamat datang oktober ^,^

    BalasHapus