Sabtu, 18 September 2010

Temani Cahaya

Seperti lorong yang menyepi, menikmati rasa sepinya

Embusan karang yang terseret ombak di tepi dermaga

Aku tetap memaku diri untuk tetap diam berdiri

Mencari pelepas dahaga di tepi telaga

 

Aku pergi berlari mencari tempat menggantung

Agar cahaya dapat celos dari lorong sepi itu

Mahkamah Tuhan yang tahu rasanya kesepian

Dan pelita menjadi sobat dari jalan merantau

 

Semoga ia menjadi obat penawar rasa sakit

Daripada kau memutuskan untuk mengkafani aku

Atau biarkan sajak-sajakku tertabur dalam kertas

Dan menyatu menjadi tulang belulang di tanah

Saat aku kembali pulang




Jakarta, 19 September 2010 | 02.31
A.A. - dalam sebuah inisial

32 komentar:

  1. Pagi ponakanku...

    Pena pena katamu mulai menari nari
    mengurai rasa menjalin kata

    berkaryalah

    BalasHapus
  2. keren, ave!
    Hehehe.. Punyaku malah blm jadi.. Bikin ah..

    BalasHapus
  3. Siang, Om Damuh...

    lama tak bersua, akupun rindu pada kata-katamu
    Menulislah hari ini

    BalasHapus
  4. Suwun, Mbak...
    Terima kasih lho rujukannya :D

    BalasHapus
  5. Petualang mana yang tak rindu pulang? :-)

    BalasHapus
  6. Celos itu dapat melewati. Biasanya orang menyebutnya melos
    Contoh: Kambing itu dapat celos dari lubang jarum :-))

    BalasHapus
  7. Celos itu dapat melewati. Biasanya orang menyebutnya melos
    Contoh: Kambing itu dapat celos dari lubang jarum :-))

    BalasHapus
  8. aaaaahhhhh... suling bambuuuuuuuu.... *petualang migrain gaya Elvie Sukaesih

    BalasHapus