Selasa, 13 April 2010

Semestinya Kau Bahagia

Seperti itulah memang seharusnya, kamu sepatutnya bahagia. Walau pada akhirnya kita memang tidak dapat dipersatukan. Sedikit banyak kita akan menerima rasa kehilangan sekaligus belajar melepas seseorang untuk memahami bagaimana sakitnya ketika kita dijauhi ataupun menjauhi orang tersebut.

Aku tak bisa egois terhadap diriku. Karena bagaimanapun juga, manusia sudah tercipta atas dasar jalannya sendiri-sendiri dan akan menembus ziarah kehidupannya juga. Terkadang kita tidak pernah berdiskusi dengan malam yang begitu panjang padahal rembulan memiliki jawaban yang sedikit lebih pasti daripada isi hati kita.

"Aku lebih memilih tidak bahagia daripada berpisah..."

Masih juga kita melirihkan lagu bersimfoni menyayat diri. Padahal kita tak perlu melakukan semua itu kalau kita siap menghadapi kehilangan. Inilah yang membuatku membenci pertemuan karena aku tahu bahwa kita akan berpisah suatu hari nanti. Aku selalu berusaha menjauhi untuk bertemu, berpapasan, apalagi berjabat tangan. Bukannya aku anti akan etika kesopanan, tetapi semata-mata aku harus menjauhi pertemuan itu.

Namun aku tidak pernah bisa menjauhinya. Dia semakin mendekat dan mendekat. Semakin aku menjauhinya, aku semakin banyak bertemu dengan orang yang tak pernah kuharapkan. Semakin banyak pula aku bertemu di dalam kesempatan tanpa sengaja. Termasuk dirimu.

"Kita tidak lagi dapat dipersatukan."

"Bukannya sejak dahulu kita memang tidak pernah bisa dipersatukan?"

Aku menganggukan kepala. Sepakat dengan kata-katanya itu. Kita akan membuat kebahagiaan itu sendiri-sendiri. Cepat atau lambat hubungan ini juga akan terbongkar, sadarkah kita? Setelah kita mencobai diri kita untuk menyimpan semua ini, masih layakkah kita?

"Kamu masih punya mimpi keluarga bahagia bukan? Itu bukan ada pada diriku."

Semestinya kau bahagia, tapi bukan denganku. Bukan kita berdua yang meluruskan semua mimpi-mimpimu. Kau terlalu layak untuk bahagia sedangkan tidak denganku. Untuk ribuan kenangan yang sudah pernah kita jalani, baiknya kau catatkan di dalam buku tua dan kubur buku itu di dalam tanah. Agar jangan lagi kau mengingat semua yang pernah kita lakukan. Semata-mata ini demi dirimu seorang.

"Jangan pernah pedulikan aku!"

"Kita harus berpisah?"

"Ya..."

Aku tahu bagaimana ke depannya kita akan terkoyak bersama. Berusaha menghapus kenangan yang begitu kelam dalam hidup sedangkan di sisi lain kita harus menempuh kehidupan lagi. Hidup kita terlalu penuh dengan kepura-puraan yang nikmatnya hanyalah sesaat. Harusnya kusadari itu. Kau terlalu layak untuk bahagia, tetapi bukan bersamaku.

"Kalau memang ini jalan yang paling benar, baiklah kita berpisah."

"Karena hidupmu terlalu indah, terlalu sayang untuk disia-siakan begitu saja."

"Dan engkau juga. Peluk aku! Untuk terakhir kali saja..."

Aku memelukmu. Dalam peluk ini, semua rasa kita tertumpah sudah. Antara haru, kesal, benci, suka, duka, amarah, dan banyak lainnya. Semua kenangan melebur begitu saja di dalam pelukan ini. Pantaskah aku mencumbui cintamu sementara kau tidak pernah mendapatkan apa yang engkau harapkan dari aku? Di sisi lain aku terus menggeruk semua isi hatimu.

"Semestinya kau bahagia..."

"Semestinya. Tapi aku tidak tahu aku akan bahagia atau tidak."

"Semestinya. Kau. Bahagia."

Terlalu sayang hidupmu yang indah itu berlalu begitu saja bersamaku yang hanya mampu menghembuskan nyawa beraroma mati jiwa untuk mendapatkanmu sesaat demi kerakusanku. Kalanya aku harus melepaskanmu dan kau melepaskanku. Kita saling melepaskan untuk mendapatkan kebahagiaanmu saja.



Jakarta, 13 April 2010 | 16.07
AA. - dalam sebuah inisial

43 komentar:

  1. Bahagia,
    mudah dikatakan tapi tak mudah dirasakan...

    BalasHapus
  2. jika smua org bersikap spt ini, tentu tak akan ada hati yg tersia...:)

    BalasHapus
  3. Mudah dirasakan namun sulit untuk dimiliki...

    BalasHapus
  4. Lalu tak akan ada yang namanya jenjang pernikahan karena pada saling merelakan :-))

    BalasHapus
  5. Hahaha... Begitulah tipikal orang Indonesia. Yang praktis dibuat ruwet.

    BalasHapus
  6. yg ruwet jadi gantung diri....ya mbk...^^

    BalasHapus
  7. wooow,...takjub klu ada yang bisa berkorban begini...:)

    BalasHapus
  8. bahasa tulisan kamu makin ok aja av,....:)

    BalasHapus
  9. Kita tunggu episode berikutnya :-))

    BalasHapus
  10. Menggembirakan, Mbak Re...
    Setelah sekian lama tak bersua

    BalasHapus
  11. weh knp nie?
    ada apa knp nie?



    SABUDI (sastra budaya indonesia)
    mari kita jaga bersama!

    BalasHapus
  12. Ndak tahu nih, Mas...
    Ndak ngerti juga :-))

    BalasHapus
  13. semestinya semuanya dipikirkan dan harus ada satu yg mengalah..




    SABUDI (sastra budaya indonesia)
    mari kita jaga bersama!

    BalasHapus
  14. Pada pasalnya memang harus demikian, namun melakukannya begitu sulit.

    BalasHapus
  15. tidak sulit hanya butuh kesadaran. untuk bisa bersama



    SABUDI (sastra budaya indonesia)
    mari kita jaga bersama!

    BalasHapus
  16. Kesadaran akan egois semata itu yang membuatnya menjadi sulit.

    BalasHapus
  17. ya diamlah beberapa hari dan muntahkan semua amarah lalu bersamalah..



    SABUDI (sastra budaya indonesia)
    mari kita jaga bersama!

    BalasHapus
  18. Sayangnya ini bukan kebersamaan melainkan perelaan lebih mendominasi.

    BalasHapus
  19. emm yasudahlah..
    to angin tak hanya membawa plastik hehehe




    SABUDI (sastra budaya indonesia)
    mari kita jaga bersama!

    BalasHapus
  20. Kadang untuk merasa bahagia kita memang harus melepas satu buah kebahagian...

    BalasHapus
  21. hikz.. sedih ave ceritanya. Apakah berpisah itu membuat bahagia? Merelakan orang yang disayangi untuk bahagia dengan orang lain, itu hal yang sulit. Tapi mau bagaimana lagi kehidupan yang berjalan akan menjawab arti bahagia itu :)

    BalasHapus
  22. Kebahagiaan akan datang ketika kebahagiaan lain kita relakan pergi

    BalasHapus
  23. Untuk itulah, aku selalu membenci pertemuan karena aku tahu pada akhirnya adalah perpisahan. Aku selalu berusaha menghindari pertemuan, namun rasanya pertemuan sudah menjadi bagian dari hidup.

    BalasHapus
  24. aq gk mau berpisah... mau sama2 aja .... hiks

    BalasHapus
  25. Aku akan membawa hidupku bahagia Ave :-)

    BalasHapus
  26. hihihi aku tau kamu ga suka pertemuan :D

    Jika tak ada pertemuan tidak ada interaksi sebagai mahluk sosial, tidak mengenal sifat/karakter seseorang :)

    BalasHapus
  27. Aku lebih menyukai kesendirian, karena perpisahan terlalu menyakitkan

    BalasHapus
  28. Semoga begitu :-)
    Tapi...hidup ini kan tidak ada yang abadi
    Susah senang silih berganti :-D

    BalasHapus