Rabu, 17 Desember 2008

Berdialog dengan Kematian

Rating:★★
Category:Books
Genre: Science Fiction & Fantasy
Author:Endang AXL
Melihat judulnya, "Berdialog dengan Kematian", apa yang ada di benak Anda? Memutuskan untuk membacanya dan terjun dalam dunia khayalan Endang AXL? Atau malah lari untuk menjauh dari buku itu dan memojokan diri sambil bergidik ngeri. Ini hanya soal pilihan saja dan tidak memaksa untuk memilih.

Mengisahkan Josh, seorang yang kaya tetapi tidak menikmatinya karena semua yang dia inginkan bisa didapatkannya dengan kemudahan. Setelah berimajinasi tentang yang dia inginkan, dia memutuskan membuat dunianya sendiri, dunia di tengah hutan yang jauh dari bising kota dan lebih memilih menjalani hidup bersama lima buayanya yang ada di tengah sungai buatan. Sampai kedatangan Sandina, seorang mahasiswa Indonesia yang mencoba meyakinkan Josh bahwa dia mencintainya.

Kalau dibilang "mendambakan dunia kebebasan", saya rasa tidak. Malah novel ini lebih berfantasi pada satu tempat saja. Fokus pada titik yang sama dan kita sama sekali dibatasi untuk berempati dengan tokoh - tokoh di dalamnya.

EYDnya pun juga berantakan. Katanya novel ini memang tidak sempat diedit karena sudah dikejar-kejar penerbit. Benar dugaan saya bahwa novel ini adalah novel tanpa editor. Maka benar juga bila EYDnya kacau balau.

Untuk ceritanya sendiri, alurnya berjalan lurus. Tetapi konflik - konflik yang sebenarnya bisa dibuat menarik malah gagal mengisi kewajibannya.

Kalau menangis, selama membaca novel ini, saya secara jujur dan terbuka sama sekali tidak menangis. Tak ada satupun kalimat puitis narator yang bisa membuatnya memiliki versi lebih. Dituturkan secara tidak cengeng, benar. Tetapi tuturannya masih terlalu biasa.

Cara menceritakannya pun tersendat-sendat. Kadang dalam satu paragraf, kalimat penjelasnya bisa memutar-mutar pada bagian yang sama.

Untuk suguhan cerita yang berakhir (amat) biasa saja (dan mudah ditebak), rasanya cukup untuk penilaian di atas.


Aveline Agrippina T.

47 komentar:

  1. Cocok buat orang yang menanti kematiannya

    BalasHapus
  2. jadi gak semangat bacanya...
    untung juga belum beli, sih....:)

    BalasHapus
  3. Wedew......... Memang bukunya sudah ga ada di Gramedia...
    Jadi apa yang mau dibeli? Hahaha...

    BalasHapus
  4. kalo mau baca, pinjem avelin aja...
    hahaha...

    BalasHapus
  5. wah sudah kelar bacanya, sayang sekali ya..banyak ruang ekplorasi yang tak tergarap dengan baik, padahal ide besarnya lumayan menantang tuh untuk di kembangkan lagi

    BalasHapus
  6. EYDnya juga kacau, Om...
    Idenya sih bener-bener fantasi tetapi penceritaannya membatasi ruang gerak imajinasi

    BalasHapus
  7. hhehe parah banget pokoknya urusan EYD...

    salut ma semangat memulai berkaryanya...sebuah penghargaan dari Om untuk penulis baru Indonesia

    BalasHapus
  8. Dia sudah mengakuinya, Om Damuh
    Langsung kepada saya...

    coba buka http://berdialogdengankematian.blogspot.com
    Dia sudah memberikan pengakuannya di blog saya...

    (saya komentator ke 13 dan 14- jiaaah... rakus amat sampe 2 komen)
    Hahahaha...

    BalasHapus
  9. wehwhwhw punya blog juga rupanya ya...
    meluncurrrrrrrrrrrrrrrrrrrr

    BalasHapus
  10. sudah dan meninggalkan jejak disana dengan link review dari om yang dulu itu....

    BalasHapus
  11. Hahaha... aku dibales via email...
    jiaaaaaaaaaah....

    Om... salah tulis deh kayaknya:
    "karyanya" bukan "aryanya"
    Hahahaha...

    BalasHapus
  12. gak tahu nanti liat aja yang di Om apa dia peduli
    hahahahaaa

    BalasHapus
  13. Semoga dia sabar membaca review-ku
    Kalo ada di sebelahku, mungkin mukaku akan diucel-ucel
    Hahahaha...

    *) Ini soal selera, bukan soal bagus dan tidak

    BalasHapus
  14. bener dik, tapi penulis yang baik gak bakalan pernah kecewa dengan kritik pembacanya

    BalasHapus
  15. Dan memperbaikinya untuk edisi mendatang...
    (Kok jadi kayak buku pelajaran?)

    BalasHapus
  16. hahahahaa...makanya pelajarin dong!!!

    BalasHapus
  17. Dialek bahasa Indonesia yang awalnya ga sengaja malah ditetapkan dalam EYD
    Dasar HANYA DI INDONESIA!!!

    BalasHapus
  18. hahaha apa sih yang enggak di Indonesia?????

    BalasHapus
  19. Ga mungkin ga korupsi.........
    jiaaaaaaaaaah... mainan apa pula...

    BalasHapus
  20. wakakakaka....gimana tuh mainan membuat orang miskin???

    BalasHapus
  21. Korupsi aja deh...
    bukan hom pim paaah...

    BalasHapus
  22. wahahaha...Unyil gak jadi kucing dong????

    BalasHapus
  23. lah..bukan hum pim pah..kan Unyil gak jadi kucing????

    kalau hum pim pah...Unyil kucing!!!
    kekekeee

    BalasHapus
  24. Hahaha... masih inget aja Om Damuh...
    Itu kan sinetron tua...

    BalasHapus
  25. wakakakaka....kan produk indonesia.....

    BalasHapus
  26. buku baru lagi ya..?
    mana nih template barunya?

    BalasHapus
  27. Sebenernya udah selesai baca dari 2 bulan lalu
    Tapi baru sempet resensi

    BalasHapus
  28. tapi ada dua kelebihannya : dia, si penulis itu sudah berhasil membuat novel dan Novel itu sudah laku di pasaran. Perihal laku keras atau tidak yaa yang jelas sudah ada yang beli, contohnya, kamu hehehe...

    BalasHapus
  29. ada dua kelebihannya Ve.
    satu : bagaimana pun si penulis sudah berhasil menulis cerita dalam sebuah novel.
    dua : novel nya berhasil masuk ke pasaran, perihal laku keras atau tidak, tapi kan sudah ada yang beli, contohnya; kamu :)

    BalasHapus
  30. Hihihi... jangan membuka sesuatu yang tak perlu dibuka...

    BalasHapus