Sabtu, 09 April 2011

Perhentian

dan mobil itu berhenti di muka rumah
yang telah dipasang terpal air mata
dibukalah pintu mobil itu
semua orang ternganga menyambut kedatangannya

'jadi dia sudah dinyatakan mati?'
orang-orang yang bersedih menjadi bertanya
aku sendiri tak tahu mesti apa kujawab

'kau tahu caranya memandikan orang mati macam dia?'
semua menggeleng, kecuali aku yang bengong

'bagaimana mengafani dirinya?'
lagi-lagi mereka menggeleng, menaik-turunkan bahunya
dan aku cuma bisa duduk bingung

'ah, sudahlah! kau memang belum mati'
kata seseorang kepada jenazah itu
'tapi aku sudah dinyatakan mati tadi'
balas jenazah itu sambil menyerahkan kain kafan
'kalau kau bisa memandikanku dan mengafaniku sekarang,
bolehlah seperempat hartaku untukmu'

semua orang mencobanya, memandikannya, mengafaninya

tak seorang pun bisa
puluhan orang berusaha, tak seorang berhasil

'kalau kalian bisa memakamkanku sekarang,
setengah hartaku milik kalian'
orang-orang semakin berebut untuk memandikannya,
mengafaninya lekas-lekas
dan mencoba mengusungnya ke kuburan

lagi-lagi tak ada yang bisa

'he, kau, orang mati, masih saja menjual dirimu dengan uang?
kau tak sadar kau ditolak bumi dan di mana saja
karena kau yang tak tahu bagaimana cara beriman yang benar'

'tolong, makamkan aku sekarang. aku sendiri tak tahan dengan bau busukku'

'kau mandikan diri kau sendiri, kafani, dan pergilah ke kuburan
galilah lubang untukmu dan masuklah sendiri'





Jakarta, 9 April 2011 | 23.09
A.A. - dalam sebuah inisial

12 komentar: