Senin, 25 April 2011

Dan, Pada Akhirnya [1]

Hari ini aku menjemput kakakku. Akhirnya dia pulang setelah pergi berkelana yang aku sendiri tak tahu dia ke mana beranjak pergi. Sewaktu ingin berangkat, dia hanya bilang dia akan pergi beberapa hari. Dan ketika ditanya ke mana dia hanya terdiam. Pesawat ini berangkat dari Jakarta menuju Solo. Setelah semua urusan mengenai kakakku selesai di Solo, aku akan membawanya pulang.

 

"Dik, aku mau berangkat besok pagi. Jaga diri baik-baik."

"Berapa lama, Kak?"

"Aku tak tahu. Mungkin lama di pendakian. Aku hendak mendaki gunung lagi. Aku berencana akan menginap di atas sana beberapa hari. Kalau aku betah, mungkin aku tak lagi ingat rumah ini. Hahaha..."

 

Baiklah, aku tahu dia benar-benar mencintai gunung terlebih keluarganya sendiri. Gunung adalah kekasihnya. Setiap kali turun dari pendakian, aku selalu bertugas menjemputnya di bandara. Dia akan menelponku sebelumnya. Mengabariku bahwa dia hendak pulang. Bapak dan ibu hanya bisa membiarkan jiwa petualangnya terus bebas. Jadi, bagaimana aku hendak melarangnya? Aku hanya adiknya.

 

Manalagi pekerjaannya sebagai wartawan majalah mengenai alam sekitar yang memang memperbolehkannya untuk mendaki gunung dan turun dengan membawa beberapa foto dan cerita.  Kenapa hanya dia yang bisa dilahirkan seperti itu di keluarga kami? Punya jiwa petualang yang sangat liar. Bapak adalah seorang penulis cerpen dan pekerjaannya hanya mengetik dengan mesin tik tuanya saja. Sedangkan ibu hanya pandai menjahit. Sesekali menjahit kalau ada pesanan yang ingin dibuatkan pakaian oleh ibu. Aku? Aku sendiri hanya terobsesi tak jauh dari ayah. Menjadi seorang penulis novel.

 

Dia pernah mengatakan sendiri kepadaku.

 

"Aku hendak mati di gunung dan biarkan jasadku tertanam di puncaknya."

 

Aku hanya tertawa mendengar angannya itu. Kak, siapa yang tahu mengenai kematian? Toh, kalau kita hendak mati saat ini juga, siapa nyana? Kematian cuma soal waktu dan tempat. Kita tidak bisa memilih tempat seperti katamu itu. Jadi, pikir-pikirlah kalau hendak mati di sana!

 

Pesawat akan segera berangkat. Ayah dan ibu tidak ikut serta menjemput kakak di Solo. Ini kali pertama dan terakhir aku menjemputnya di tempat di mana dia ada. Bukan di bandara ketika telah sampai Jakarta. Sebenarnya dia tak minta dijemput di Solo, tetapi harus, mau tak mau aku menjemputnya di Solo. Aku harus mengurus dokumennya di Solo baru bisa membawanya pulang. Ayah menemani ibu yang mengetahui bahwa kakak tak dapat pulang. Ibu benar-benar bersedih dengan keadaannya setelah cemas dibuatnya beberapa hari.

 

Aku tak tahu sejauh mana dia bahagia pada akhirnya semua mimpinya tercapai dengan kesempurnaan. Apa lacur, aku cuma bisa tertegun mendengar kabar bahwa semua apa yang dikatakannya memang benar-benar terjadi. Dia mewujudkannya sendiri tanpa pernah kusadari sebelumnya. Toh, nasib adalah kesunyian masing-masing, begitu kata Chairil Anwar. Dan mungkin Tuhan selalu memberikannya sejuta keberuntungan sebagai manusia di tengah kurangnya perhatian keluarga kepadanya. Dia menjadikan alam sebagai tempatnya berlindung, berteduh, dan mencurahkan hatinya.

 

Pesawat sudah mengawan-awan. Langit begitu cerah. Namun, saking jauhnya dari permukaan laut, aku tak dapat melihat di bawah, apa yang ada di sana. Aku masih sesak dengan keadaan ini. Kalau memang terjadi, biarkan saja terjadi. Aku juga tak akan pernah bisa melawan semua ini. Hanya bisa menerima dan tak perlu berpura-pura melawan realita. Pada akhirnya kita juga akan seperti dia, hanya saja dia lebih beruntung.

25 komentar:

  1. Hmm.. terinspirasi dari kisah nyata apa dari kisah gie? *hanya bertanya


    SABUDI 'sastra budaya indonesia'
    mari kita jaga bersama!

    BalasHapus
  2. Akhirnya akan dibuat bahagia, sebahagia mungkin, Mas :D

    BalasHapus
  3. Yang penting dia kagak diculik lantas dibrainwash!
    Iya kan?

    BalasHapus
  4. dan jiwanya pun tenang..
    mudah2an..
    amiiin

    BalasHapus
  5. Hahaha... Dan tak mungkin mengebom gunung kan?

    BalasHapus
  6. dan pada akhirnya semua mimpinya terwujud yah....menjadi abadi di puncak

    BalasHapus
  7. Take Off...!!! Hawu hawu hawu hawuuuuu

    BalasHapus
  8. Dia telah wafat dan akan bangkit kembali kalau tuhannya memang pengin membangkitkannya.

    BalasHapus
  9. Tertawalah sebelum tertawa dibuat undang-undang :D

    BalasHapus