Minggu, 24 Oktober 2010

Yang Memang Tak Pernah Tertambatkan

sepi berlari
berputar di bawah kenangan yang suram
tak pernah ada lagi diorama yang bisa dikenang
meski hari telah berganti ribuan kali
harapan yang tumpah dalam kanvas terlihat pedih
walau memang sejarah tidak bisa mengungkap
bagaimana lara berbagi di dalam cerita indahnya

topan di kepalamu

katamu kepadaku sebelum kita bercerai
memecahkan ceria di antara kita
ah, betapa hipokritnya diriku ini
tak jua kusadari waktu mendiktekan banyaknya ia dibuang
hanya untuk mengharapkan sesuatu yang tak akan kembali
tak akan

meski caramu yang sadis itu mendentumkan aku

aku tetap berdiri
tapi aku goyah
tak lagi kau melihatku berjingkat-jingkat
yang ada lagu yang menggambarkan betapa sampah itu semua

kutulis apologi, apologi kepada diriku

dan pahitnya itu kupendam semu



Jakarta, 24 Oktober 2010 | 9.20
A.A.- dalam sebuah inisial

28 komentar:

  1. sepi..
    Sepisaupa sepisaupi
    Sepisau luka sepisau duri
    *sajak SCB

    BalasHapus
  2. sama ave apologinya.
    Entah kapan waktu mempertemukan kembali atau menghentikannya dengan skenarionya

    BalasHapus
  3. Ah, ya... Mengingatkan daku pada paman berjanggut itu, Mas Suga. Suwun

    BalasHapus
  4. Selalu ada pelangi setelah hujan deras berjatuhan

    BalasHapus
  5. *nyari-nyari pelangi, soalnya abis hujan deras disini, koq ga ada ya :))
    just kidding :)

    BalasHapus
  6. akhirnya kau buat juga



    SABUDI (sastra budaya indonesia)
    mari kita jaga bersama!

    BalasHapus
  7. hehhex..
    kata2 indah keluar lagi ..

    BalasHapus
  8. mencari pelabuhan akhir untuk buang sauh

    BalasHapus
  9. yang penting tidak pedis


    SABUDI (sastra budaya indonesia)
    mari kita jaga bersama!

    BalasHapus
  10. ya.. ya.. sepi-hiprokrisi-apologi..
    sabar ya...

    BalasHapus
  11. inget saat ESQ
    hahahax
    jawabannya harus ntu klo ditanya kabar ?

    BalasHapus
  12. Itu sudah menjadi rahasia umum dan kewajiban umum, Mbak :-)

    BalasHapus
  13. Hhh.. Lelah terkadang..
    *sok serius

    BalasHapus
  14. Tetap tertambatkan dalam barisan aksara buta :-)

    BalasHapus