Jumat, 27 Agustus 2010

Perempuan Senja

Kota menjadi ramai dengan kedatangan seseorang yang telah lima tahun lalu dinyatakan meninggal dunia. Tepat di tengah kota ini juga, seseorang itu tewas dilindas oleh roda truk yang membawa hewan ternak. Kepalanya remuk dan wajahnya telah hancur.

 

Tetapi tidak dengan kedatangannya kini. Dia seperti dahulu, masih memancarkan wajahnya yang anggun sebelum disambar oleh truk itu. Sontak, seketika terkejutlah kota itu dengan kedatangan perempuan yang telah merenggang nyawa di hadapan penduduk kota lalu kembali lagi lima tahun kemudian.

 

"Perempuan yang setiap sore sering berjalan itu?"

"Iya! Sore tadi kami melihatnya. Dia sedang menaburkan bunga di jalan sewaktu ditabrak oleh truk ternak itu.”

“Lalu ke manakah dia?”

“Tidak tahu. Tak seorangpun berani mendekat kepadanya, apalagi mengikutinya.”

Perempuan senja itu datang lagi, datang lagi. Dan lagi-lagi ia menaburkan bunga di atas jalan yang sama pada kemarin sore. Penduduk mulai bergidik ngeri melihatnya. Perempuan yang setiap kali berjalan senja hari itu datang lagi setelah lima tahun tak tampak lagi.

“Arwahnya belum tenang.”

“Masak lima tahun masih belum tenang?”

“Mungkin saja.”

Di hari ketiga, perempuan senja itu lagi-lagi datang. Namun kini sedikit berbeda. Dia tidak membawa bunga seperti kemarin. Dia membawa sebungkus kecil jeruk nipis dan airnya diperas di atas jalan sebagai pengganti bunga. Kemudian ditinggalkannya sepucuk surat di atas jalanan itu, kemudian dia pergi.

Rina, aku datang. Aku datang dengan cinta sekaligus dengan benci setelah kuketahui bahwa kita mencintai lelaki yang sama. Aku sedih dengan kematianmu, sekaligus bahagia. Kita sedarah-daging di hadapan lelaki itu. Aku benci kepadamu karena kau rela melacurkan tubuhmu di hadapan lelaki itu. Lelaki yang kini menjadi suamiku.

Saudaramu,

Rani

Kemudian, tidak ada lagi perempuan sore yang datang. Kota menjadi sunyi seketika.



Support this Flash Fiction at here

26 komentar:

  1. weh cinta bujur sangkar... bagus sist..

    BalasHapus
  2. Cinta bujur sangkar? Hahaha... Ini cinta yang miris di tengah jalan :P

    BalasHapus
  3. sekarang ada ya... cinta bujur sangkar.. kalo kemarin sih masih segi tiga..
    jgn2 selesai lebaran berubah menjadi cinta trapesium.... hehehehe

    BalasHapus
  4. kalo komen gini aja.. anak kecil bisa..
    paling2 juga gak di baca postingan ini..
    coba Av lo tanya tu tante Merry..kan bingung ngejawabnya.. wkwkwkwkk

    BalasHapus
  5. Mungkin akan beredar cinta lingkaran

    BalasHapus
  6. Lha? Saya yang buatnya saja tertawa-tawa :-))

    BalasHapus
  7. Aduh, Mabk Rien... Dibaca lagi deh, itu komedi =))

    BalasHapus
  8. hadeeh.. Cinta.. He3.. Keren, av!

    BalasHapus
  9. wah paling demen baca tulisannya tk kerak telor ne,.. skrg kerak telor pk jeruk nipis tah?

    BalasHapus
  10. Hahaha... Tukang kerak telor sekarang jadi tukang es buah dulu, mumpung bulan puasa :P

    BalasHapus
  11. ihhh... keren... baru baca hi hi hi

    BalasHapus