Rating: | ★★★ |
Category: | Books |
Genre: | Literature & Fiction |
Author: | Hella S. Haase |
60 tahun setelah buku ini terbit di Belanda -asal Hella S. Haasse- barulah buku ini berhasil keluar di Indonesia. Sambutannya tidaklah meriah. Mungkin orang Indonesia masa kini sudah malas membaca sejarah semacam ini. Padahal tanpa sejarah, orang pasti akan jatuh pada lubang yang sama berkali-kali. Maka sejak zaman dahulu, sudah ditekankan kepada kita "belajarlah dari sejarah."
Tokoh "aku" adalah seorang anak administrateur Belanda yang sering bermain-main dengan Oeroeg yang adalah anak pegawai kepercayaan ayahnya. Oeroeg berkesempatan mengecap bangku sekolah sampai MULO sebagai balas jasa atas kematian ayahnya yang menyelamatkan si "aku" yang tenggelam ketika di danau.
"Aku" dan Oeroeg berjalan bersama sejak masa kanak-kanak sampai menjadi dewasa. Padahal status sosial di antara keduanya tidaklah sama. "Aku" sering dimarahi oleh ayahnya dan mengatakan bahwa sebaiknya dia tidaklah di Indonesia.
Seiring berjalannya waktu, penolakan semakin besar dan hal itu menyadarkan Oeroeg jika Indonesia seharusnya melakukan suatu pergerakan anti Belanda. Ia membuktikannya sendiri dengan menolak kerja sama dengan Belanda dalam hal apapun.
Cerita ini sendiri kental akan arus kasta yang begitu terbentang lebar antara Oeroeg dan "aku" dalam menjalankan persahabatan mereka. Sesampai mencari jati diri bahwa Oeroeg bukanlah seorang yang harus menjadi Belanda, dia harus menjadi dirinya sendiri, menjadi Indonesiais.
Dengan setting Sukabumi, Hella menceritakan suatu cerita yang begitu bermakna kepada kita semua. Bagaimana kita pun bisa mewujudkan cinta akan tanah air kita, bahkan seorang yang Belanda pun bisa akan hal itu. Sayang, kalau pada akhirnya buku ini yang sudah terbit malah kembali lagi untuk dilupakan dan terkubur dalam-dalam.
Si "aku" pada akhirnya hampir aja ditembak oleh Oeroeg yang jadi pejuang kemerdekaan kan?
BalasHapusYap, tetapi dilepaskan setelah mengetahui si "aku" adalah teman masa kecilnya dahulu
BalasHapus3.5 aja ya, Pon... si Oeroeg pasti dianggap tidak membalas budi ya? oh, sungguh itulah ironi: ketika bodoh dipintarkan tetapi setelah pintar yang memintarkan si pintar merasa menyesal karena ternyata kepintaran si pintar "mengancam" posisi yang memintarkan.
BalasHapusmaju terus Oeroeg!
Bagaimanapun juga Oeroeg adalah bagian dari kehidupan Indonesia yang hilang.
BalasHapushex.. baru denger..
BalasHapusWaktu itu ada acara nonton bareng film ini di WBD MBM
BalasHapusoeroeg nama belanda kah?
BalasHapus