Sabtu, 10 Juli 2010

Bukan Sekadar Puji, Bukan Sekadar Cerca

"Siapapun yang melempar wacana ke masyarakat mesti bersedia menanggung risiko atas segala tanggapan, dipuja maupun dihujat - dan itulah ukuran kedewasaannya." - Seno Gumira Ajidarma



Suatu karya pasti pernah mengalami bagaimana manisnya dipuji, tetapi juga pernah merasakan bagaimana pahitnya dicerca. Dalam kondisi apa pun, adalah hal yang lumrah bagi kita untuk merasakan keduanya. Bukankah hidup manusia memang sudah dipasang-pasangkan dan memang harus berdampingan? Maka, di mana ada pujian yang membuat kita melayang,pasti akan ada cerca yang akan membuat kita jatuh.

Saya pernah juga mendapatkan cercaan dari teman-teman baik saya ketika awal pertama menuliskan satu cerpen. Seperti tanpa dosa mereka mengatakan di depan saya, "Aveline, goblok! Cerita apaan ini?" Saya yang mendengarnya hanya menghela nafas panjang. Saya tidak mungkin melawan apa yang dikatakannya itu. Toh saya memang seharusnya sadar diri bahwa memang saya bukan seorang penulis hebat, bukan seorang penulis yang produktif yang karyanya sudah diterjemahkan ke dalam berbagai macam bahasa, bukan juga seorang yang bukunya sudah dicetak ulang berkali-kali.

Saya tidak pernah merasakan bahagianya melihat nama saya dan cerpen, puisi, esai, prosa, atau apapun tercantum di dalam media massa. Saya tidak pernah merasakan bahagianya menjadi seseorang yang melihat bukunya sendiri berdiri manis di toko buku. Saya belum pernah menulis apapun yang bisa dikonsumsi khalayak banyak selain di blog ini.

Bukan karena saya hanya menulis di blog, saya tidak pernah mendapatkan puji dan cerca. Saya pernah mengalaminya.

Tahun 2005, dua tahun setelah saya mencoba keberuntungan sebagai seorang cerpenis di suatu media massa dan lebih beruntungnya lagi ditolak sana-sini, saya mencoba menulis di blog. Awal-awal postingan masih menyenangkan. Saya mendapatkan banyak pujian tanpa kritikan satu pun. Saya masih tekun menulis saat itu karena waktu saya belum tersita banyak untuk berorganisasi.

Tiba-tiba, ada satu komentar yang tidak enak datang. "Tulisan apaan nih? Gue gak ngerti. Sok bagus, heran gue sama yang komentar jangan-jangan dia sendiri yang komentar." Saya gagap menghadapi komentar semacam itu. Diam sejenak saya di depan komputer, entah bagaimana saya harus menjawab komentar semacam itu. Saya bukan orang yang pandai dalam menjawab cercaan seperti itu.

"Terima kasih untuk komentarnya, saya akan belajar lebih baik lagi."

Seiring waktu saya belajar, bagaimana mengelola tulisan saya. Saya terus menulis dan menghiraukan semua pujian dan cercaan. Saya fokuskan diri saya dalam menulis kemudian saya kembalikan lagi kepada pembaca pada saat tulisan saya dibuka untuk umum. Saya membuka hati untuk mempersiapkan ketika saya harus dipuji agar saya tidak melayang dan saya harus dicerca agar saya tidak terperosok terlalu dalam.

Seorang kawan saya, Yulius Denny, dengan setianya menuliskan komentar yang "kurang ajar" menurutnya. Saya selalu meminta pendapatnya. "Tolong ditulis dengan kurang ajar yang paling kurang ajar." Dan benar saja, dia menuliskannya dengan cara yang paling kurang ajar versinya. Hasilnya? Salah satu cerpen saya berhasil menembus cerpen terfavorit setelah sekian lama nyangkut di tempat sampah redaksi.

Saya belajar bahwa bukan hanya sekadar dipuji ketika kita mendapatkan pujian. Pujian adalah motivasi di mata saya agar saya tetap bisa berkarya. Lain lagi dengan cercaan. Dari cercaan yang bertubi-tubi, yang banyak, yang semakin membangun, saya bisa menghasilkan kualitas yang semakin baik dan baik.

Kadang kita butuh pujian, juga butuh cercaan. Dan mereka memang sudah terpasang, bukan begitu?





Jakarta, 11 Juli 2010 | 12.17
A.A. - dalam sebuah inisial

15 komentar:

  1. Sangat inspiratif. Terimakasih ave :)

    BalasHapus
  2. puijian dan cercaan adalah cara kita belajar...untuk lebih baik bukan ?

    :)

    BalasHapus
  3. Terima kasih kembali Mbak Marie...

    BalasHapus
  4. Yap, tanpa puji dan cerca tak akan menjadi manusia yang utuh

    BalasHapus
  5. jika dengan pujian terus kita bisa menjadi sombong, sedangkan dengan cercaan kita bisa lebih kuat :D

    BalasHapus
  6. Puji dan cerca harusnya seimbang seperti Ying dan Yang

    BalasHapus
  7. Semoga pujian ataupun cercaan membuat kita menjadi lebih baik :-)

    BalasHapus