Jumat, 07 Agustus 2009

Kepada Rendra

Kepada Bung Rendra,

Kutuliskan sebuah sajak kepadamu
Seperti balasan jasa dariku
Seorang yang menikmati kata rajutanmu
Meski kutahu kau tak pernah membutuhkannya
Mengharapkannya ataupun memintanya
Apalagi mengemis-ngemis kepadaku
“Tolong, tuliskan sajak untukku!!!”
Tidak, tidak ada dalam sajakmu
Mengemis meminta sajak dariku
Kalau sampai itu terjadi, bagaimana denganku?
Aku yang mengemis, mengharap
Menjadi ada dalam kata

::: Ini tak pernah tercatat oleh sejarah :::


Kepada Bung Rendra,

kutuliskan sebuah sajak
bukan penghantar tidur
bukan cerita bersambung
ataupun secuil cerita pendek
sekadar kau tahu, kau tak dikekang waktu
kau tetap ada, dibasuh oleh waktu
oleh zaman yang akan punah
tapi kita tak akan tahu, tak bisa menjawab
kalau sampai benar kita akan mati
seperti prajurit yang kalah sebelum mengangkat senapan

::: aku hanya bertugas mencatatkannya :::


Kepada Bung Rendra,

kalau sajakmu sampai terbuang
terinjak oleh kaki-kaki yang patut terpatah
kita hisap rokok kita
biarkanlah, tetapi tinta dalam kertas belumlah kering
dia menempel dalam alas sepatu
ketika ia menginjak
sajak-sajakmu mengecap di sepanjang jalan
dan mereka tetap mengingatmu
sebagai satu nama: Rendra!

::: dan itu… siapa yang hendak menghapus? Tak ada! :::



Jakarta, 8 Agustus 2009 | 8.37
Kepada Willibrordus Surendra Broto Rendra
1935-2009

42 komentar:

  1. terbanglah wahai burung merak
    jauh tinggi awan berarak

    BalasHapus
  2. Bagus Av?
    Tapi gimana cara ngirimnya?

    BalasHapus
  3. Apa yang hendak dikirimkan, Om Amir?

    BalasHapus
  4. keren, Av
    selamat jalan bung Rendra...

    BalasHapus
  5. kemana-mana bang.. hahaha.. ailop yu fulll

    BalasHapus
  6. Kepada tanah, maka berpulanglah ia...

    BalasHapus
  7. Hahaha... Sahabat karib saling susul menyusul

    BalasHapus
  8. Bang Merak sudah membacanya, semakin senang akan keberadaaannya sekarang, tiada batas ruang dan waktu untuk ke mana saja, tak terkecuali untuk membaca sajak-sajak untuknya, juga sajak ini, Av....

    BalasHapus
  9. Pada akhirnya Merak yang diprediksi manusia tak dapat terbang telah merentangkan sayapnya ke langit luas. Dia telah berangkat menuju kepada keabadian.

    BalasHapus
  10. amin semuga ALLAH mencucuri Rahmat ke atas rohnya.....insya'allah...satu kehilangan yang besar.....kepada negara dan bangsa....

    BalasHapus
  11. amin semuga ALLAH mencucuri Rahmat ke atas rohnya.....insya'allah...satu kehilangan yang besar.....kepada negara dan bangsa....

    BalasHapus
  12. Amin....
    Teriring doa tiada henti untuk beliau

    BalasHapus
  13. msh rendra jg?
    1000 org mengantarny k bengkel teater
    gile ajbbbbh

    BalasHapus
  14. Yang penting kotak komennya sudah dibuka :P

    BalasHapus
  15. pada kehidupan yg kekal ia dapatkan puisi dlm khayalannya..
    bahwa impiannya telah tersampaikan kini..
    meski tanah tlah kering dan bunga tlah layu...
    penziarah akan datang sll di hatinya...

    utk'mu Willy ...

    BalasHapus
  16. Sebuah petualangan waktu sudah dilaluinya
    Kita penerus, kita penerus

    Lho? Ini bisa masuk...

    BalasHapus
  17. iya y\iyaaaaaa
    skrg bs komen
    bsk dttp lg
    wkwkwkwkwkwkw

    BalasHapus
  18. Tergantung mood dan niat membaca komentar... Hahaha...

    BalasHapus
  19. Aveline tetaplah Aveline
    Tak ada yang mengubahnya selain dirinya sendiri!

    BalasHapus
  20. huuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu
    nevi ol

    BalasHapus
  21. meninggal sangat indah...di hari yang penuh malaikat pula^_^

    BalasHapus
  22. sip..aku mou nulis tp lum ketemu yg pas..

    BalasHapus
  23. Kita masih 'kan terus menulis panflet?

    BalasHapus
  24. Berbahagialah dari tiada kepada tiada, berbahagialah dalam ketiadaan

    BalasHapus
  25. GOODBYE ...

    bang rendra
    damai bersamamu di alam yang abadi dan lebih indah

    BalasHapus
  26. pena yg tumpah, membasahi masa
    tak kan hilang, walau dibasuh berulang

    BalasHapus
  27. Dan Rendra... nyawanya masih ada, terselip dalam bait-bait sajaknya...

    BalasHapus
  28. Hmmm... great poem. Aku juga suka Rendra, tapi tak kuasa membuat ouisi untuk menggambarkan keagungan karya2 dan inspirasinya. Bagus banget.

    BalasHapus
  29. Raga boleh terkubur, jiwa... selalu ada dalam baitnya.

    BalasHapus