Sabtu, 03 Januari 2009

Untuk Sebuah Doa di Tengah Perang - Dedikasi untuk Sahabat di Negeri Perang

Sering kali ketika aku bermain di lapangan, aku menemukan serpihan - serpihan
Atau ketika aku pulang ke rumah, kulihat tentara-tentara berlari ke mana - mana
Saat aku berjalan dengan teman, ambulans berlari - lari memekakkan suaranya
Lalu kutelusuri sedikit jalan, seorang ibu telah memeluk anaknya berlumur darah

Aku tak mengerti apa yang dimaksud dengan semua ini
Ketika dentum berbunyi dari ujung sana, aku hanya mampu menangis
Ketika ibu menyuruh kami masuk, aku tak berani melihat
Ketika orang-orang di luar berteriak, rasanya aku ingin menjerit

Menyesalkah aku? Salahkah aku?
Apa semua ini? Ibu menghukumku?

Pertanyaan itu tak pernah dapat kujawab walau sering bergelut dengan hatiku
Apa yang harus aku sesali ketika aku tak tahu apa kesalahanku?
Mengapa aku harus merasa bersalah ketika aku hanya bermain di depan?
Apa yang dimaksud oleh mereka yang lebih berusia dari aku?
Mengapa aku harus masuk ke dalam rumah, dihukum ibukah aku?

Dentum itu... dentum itu memekakkan telinga
Aku hanya mampu menangis, menitihkan air mata
Aku tak berani untuk mendengar suara - suara itu
Aku menjerit, menjerit dalam kebisingan ini

Ketika kugenggam bola untuk berlari di lapangan
Darah berkucuran sepanjang jalan yang kutelusuri
Ibu-ibu menangis meratapi anak-anaknya yang berdiam dalam peluknya
Anak-anak menjerit-jerit mencari apa yang mereka cari

Dosa apa aku? Mengapa harus di sini?
Apa yang mereka mau? Hidupkah aku?

Katanya aku dilahirkan karena cinta dan hidup di tengah cinta
Ini yang dimaksud dengan cinta?
Ada desing peluru, dentum BOM, terap kaki tentara?
Ada darah mengucur, kepala berdarah, tangan yang cacat?
Ada jerit anak, tangis ibu, peluk kematian?

Mungkin banyak yang mendoakan negeriku
Doa? Sempatkah aku berdoa di tengah dunia ini?
Baru kupulang, ibu menyuruhku masuk dan diam di kamar
Lalu aku diperdengarkan melodi-melodi yang seolah menyapa kematian
Dan dalam tangis itu saja aku mampu berdoa sedikit... amat sedikit...

Doa... aku ingin berdoa untuk aku
Aku ingin berdoa untuk ayah dan ibu
Aku ingin berdoa untuk teman-teman
Aku ingin berdoa untuk negaraku, bangsaku

Aku ingin bebas, aku ingin bermain bola di lapangan
Aku tak ingin mendengar peluru yang melesat
Aku tak ingin mendengar dentum BOM yang membuatku menangis
Aku tak ingin ibu menyuruhku lekas masuk ke rumah
Aku ingin bermain hingga senja menanti fajar kembali

Aku ingin ayah dan ibu tetap di rumah
Aku tak ingin melihat mereka dalam ketakutan
Aku tak ingin melihat ayah gusar dan ibu resah
Aku ingin ayah dan ibu tersenyum dan tertawa
Bercanda bersama aku dan kehangatan keluarga

Aku ingin teman-temanku dapat bermain denganku
Bukan dengan tangan yang hanya separuh
Bukan dengan kepala yang berdarah
Bukan dengan jasad yang terbujur kaku
Aku ingin menggiring bola sampai ke gawang

Aku tak ingin ada tentara-tentara berlari
Aku tak ingin ada bunyi-bunyi kencang yang menyapaku
Aku tak ingin ada tangis, air mata, dan darah yang mengalir
Aku ingin duniaku bebas, aku ingin bebas berlari
Ingin bebas bernyanyi, bebas bermain bola

Kalau ini yang dinamakan cinta?
Aku tak pernah mau dilahirkan atas nama cinta...
Lebih baik yang lain...



Untuk sahabat-sahabat di negeri perang
Semua ini kudedikasikan untuk kalian...

Jakarta dalam fajar yang masih terlihat
4 Januari 2009 - 8.10

>Sekedar untuk tulisan, saya tidak mendukung pihak manapun melainkan mendukung mereka yang menjadi korban.... Itu saja. Selebihnya, itu tanggapan pribadi masing-masing.

46 komentar:

  1. nice poem, sepertinya cinta dan kasih sayang buat mereka hanyalah impian yang terkubur...
    Kita hanya bisa berdo'a semoga hal itu segera mereka rasakan dan nikmati, Amin...

    Yang terpenting adalah kedaimaian di muka bumi ini harus di utamakan, sehingga tidak ada lagi peperangan.

    BalasHapus
  2. Menikmati kedamaian tentunya...
    Seharusnya menjadi resolusi dunia selain memperbaiki ekonomi dunia

    BalasHapus
  3. ya...setuju, kedamaian adalah sesuatu yang mahal sekali di muka bumi ini. Sumbernya sebenarnya ada pada etika pergaulan antar bangsa...

    BalasHapus
  4. Kadang manusia hanya bisa bilang "Mari berdamai", itu hanya sampai di pangkal lidah...

    BalasHapus
  5. Doa tak putus tuk sodara kami di Palestine... be stronger, never to give up...

    BalasHapus
  6. Must be... Semoga ada harapan ketika mereka sudah tak sanggup lagi untuk berharap...
    Be strong...

    BalasHapus
  7. Hahaha... dasar! Tulisan pertama di tahun 2009!

    BalasHapus
  8. nice post...
    itu sebabnya aku selalu mengatakan pada banyak orang..
    jangan sampai kekuasan itu jatuh ke tangan orang buruk,
    sebab, jangankan yg buruk, yang baik aja bakal jadi buruk

    BalasHapus
  9. Melihat situasi dunia yang semakin kacau, kadang mereka hanya bisa berbicara namun tak melakukan apa-apa. Bukannya berdamai, malah semakin saling menghancurkan...

    BalasHapus
  10. itu sebabnya aku ingin punya banyak uang...
    sebab kalau aku punya banyak uang, aku bisa menggunakan uangku menghancurkan atau setidak tidaknya mengurangi orang orang bersifat buruk...

    karena kebanyakan orang orang buruk itu penyebabnya cuma soal uang

    BalasHapus
  11. Tapi bukan dengan jalan perang atau membeli rudal untuk mengebom orang tersebut, bukan?

    BalasHapus
  12. Memang tak ada cara lain, Mas?
    Seperti Aceh, akhirnya mereka menggunakan cara yang baik untuk berdamai dan menyadarkan...

    BalasHapus
  13. coba baca lagi deh...
    itu cara terakhir....

    cara yang paling tepat adalah, memperbanyak orang orang yang baik-baik..

    BalasHapus
  14. Hahaha... meluruskan orang-orang yang tersesat...

    Untuk masalah itu, saya tak tahu siapa yang tersesat...
    Semoga yang tersesat menjadi sadar.

    Apa kabar Mas? Belum ada tulisan baru?

    BalasHapus
  15. ini tmbhnnya? kyknyaa tadi ga ada

    BalasHapus
  16. Begitulah orang dengan bermain bersama Mr. Moody

    BalasHapus
  17. Yap... Gue rasa tak perlu mendukung pihak manapun, tak perlu blok kiri dan blok kanan, melainkan support mereka yang menjadi korban. Itu saja...

    BalasHapus
  18. saya pripadi berdoa buat yang menjadi korban

    BalasHapus
  19. Perenungan yang bagus, Av.....
    Simpati buat korban...

    BalasHapus
  20. tok tok tok...gak ngintip cuman mampir aja...

    BalasHapus
  21. Semoga kau tak tuli Tuhan
    ................
    (dari lirik lagu Iwan Fals)

    BalasHapus
  22. Semoga Kedamaian akan tercipta secepatnya

    BalasHapus
  23. Sebenarnya TUHAN tak tuli, melainkan umatNyalah yang menulikan telinga mereka, membutakan matanya...

    BalasHapus
  24. Memang sudah saatnya hentikan perang...

    BalasHapus
  25. teriakkan PERDAMAIAN...sudahi DENDAM

    BalasHapus
  26. Buka telinga!!! Buka mata!!! Buka hati!!!

    *)Mereka yang menjadi korban adalah orang yang tak tahu apa-apa...

    BalasHapus
  27. mungkin kita mesti benar-benar tahu apa alasan semua itu.....walaupun itu salah

    BalasHapus
  28. Entahlah.... aku hanya manusia kecil hanya dapat berdoa agar Tuhan mampu mengubah segalanya, termasuk hati nurani mereka yang egois...

    BalasHapus
  29. takutnya mereka memang menginginkannya.........semoga tidak

    BalasHapus
  30. damailah saudara-saudaraku...

    salam damai ...

    BalasHapus