Kamis, 22 Januari 2009

Madah Embun Pagi

terngadah aku pada kaca jendela
ketika aku terjaga hingga pagi menjelang
dan hujan mulai memecah kaca
bunyinya mengalun lembut
mendatangiku sambil berkejaran
menghantar ucapan 'selamat pagi'
menyisipkan embun

jariku mulai menempel di jendela
tergoreslah garis lurus

tak lama garis itu tak terbentuk lagi

kugores lagi
kugores lagi
kugores lagi
kugores lagi
kugores lagi

sampai mentari mulai datang
kumasih menggores
dan tinta di jendela itu hilang

embun pagi tak lagi menampakkan wajahnya




Pagi ini
22012009-Aveline Agrippina T.
di pagi bermain dengan embun

39 komentar:

  1. gimana mau lihat embun pagi, wong tumbuh tumbuhan udah susah hidup di lingkungan kita :D

    BalasHapus
  2. Kadang ego yang mendominasi global warming itu... Percaya atau tidak

    BalasHapus
  3. ga heran klu terlambat tadi
    main dl sih

    BalasHapus
  4. Agh kapan lagi bisa temuimu
    Bersama sapa pagi menyapu
    Kapan ujudmu utuh merindu untukku
    Bila ternyata Aveline selalu bersamamu

    Embun... udah tak lagi seakrab lalu kini.

    Hmmm...

    *pengin cepet pagi*

    BalasHapus
  5. Benar...
    Embun seperti menjadi pengkhianat
    Dia malah berlari dan berlari
    Ketika kita ingin menyentuhnya

    *Ingin cepat ..... *

    BalasHapus
  6. Padahal kamu tahu,
    embun telah berusaha keras
    demi untuk menyelamatkan dirinya
    Bukan pengkhianat tapi embun tak punya daya
    ketika panas matahari lebih awal datang
    menghisap darahnya.

    *Mentari kesiangan*

    BalasHapus
  7. embun.
    kekasih daun2...
    mengayun pagi melangkah mentari
    tiadakah yg mendengar alunannya.
    dalam derak ranting patah senja?

    BalasHapus
  8. Salah satu puisi yang ada "embun"nya:

    Ketika kau terbangun bersama matahari dan embun pagi
    Jangan kau sesali burung-burung yang berkicau
    atau alam di sekelilingmu yang diliput kabut.......
    .......................................................................
    Kalau ingin lengkapnya, silakan menonton film Pengantin Remaja yang dibintangi Sophan Sopian dan Widyawati he...he...

    BalasHapus
  9. syair ini bagiku sangat mengesankan. mengapa? Karena bermain dengan simbol dan metafor yang kaya akan penafsiran, meskipun kadang orang yang menulisnya tidak bermaksud memberi makna pada sesuatu hal. Tetapi menurutku, syair ini berkata banyak tentang makna kehidupan. Pertama, hidup itu seperti embun pagi yang muncul begitu saja di jendela kaca, tanpa dia memintanya untuk menempel di jendela dan kemudian menghilang di ketika di serap panas mentari pagi ataupun dibawa tetesan air hujan menuju bumi. Kalau mau dikaitkan dengan hidup manusia, hidup kita pun seperti embun pagi yang muncul sebentar di atas muka bumi tanpa kita minta, kemudian ditarik dari panggung kehidupan tanpa meminta persetujuan dari kita. Tragis memang, kehidupan yang tidak pernah kita kehendaki yang dianugerahkan kepada kita kemudian diambil begitu saja secara sewenang-wanang dari tangan kita entah oleh karena penyakit, perang, bencana alam dan lain-lain. Dalam sekejap hidup yang ada ditangan kita direnggut begitu saja. Jadi, sesungguhnya sama seperti embun pagi, hidup kita sesungguhnya begitu rapuh. Lalu apakah makna hidup kita yang sementara ini? Kedua, manusia hanyalah hiasan pada kaca jendela sama seperti embun pagi. Manusia hanyalah embun pagi di atas kaca yang siap ditulisi oleh jari-jari pengalaman dan peristiwa hidup sehari-hari. Karena itu, manusia menjadi berarti ketika dia bisa membuat orang lain dan alam semesta ini menjadi bahagia dengan sekedar menyiapkan diri untuk dipakai demi kebahagiaan sesama. Ketiga, seperti embun yang "lepas bebas", setiap orang ditantang untuk tidak terikat dengan ruang dan waktu serta barang-barang yang mengisi ruang dan waktu. Seperti embun yang menempel di kaca dan kemudian hilang, manusia pun diundang untuk berani fleksibel dalam hidup ini. Fleksibilitas ini penting ketika harus berhadapan dengan kenyataan hidup yang selalu "tidak tertebak" alias di luar perhitungan manusiawi kita.
    Itulah point-point insipratif yang kurefleksikan dari syairmu ini. Terima kasih....tingkatkan terus abstaksi atas kenyataan hidup sehari-hari melalui refleksivitas....semua hal itu bermkna ketika mampu direfleksikan dalam hidup.

    BalasHapus
  10. Ya.. aku tahu untuk hal itu
    Tetapi aku selalu berpikir embun berkhianat
    Saat aku tak butuh kehadirannya, malah datang
    Ketika aku ingin melihatnya, tak ada kunjungan sama sekali

    *Cuaca mulai ikut berkhianat*

    BalasHapus
  11. Ranting patah?
    Apa yang dia junjung dalam mencari
    Ketika embun tak menetes
    Dan cahaya mulai menyelimutinya
    Masihkah dia rela menanti tiap tetesnya

    BalasHapus
  12. Hahaha... film jadoel sekali. Tetapi kadang menarik untuk menyaksikannya. Hehehe...

    BalasHapus
  13. Hehehe... komentarnya lebih panjang dibanding post-nya. Terima kasih banyak Frater Marcel untuk share-nya dan penerapannya. Pencapaian manusia yang kadang hanya ingin mencapai kesempurnaan harus diperjuangkan, tetapi semua itu kadang hanya sebatas mulut yang disangkai. Sisanya adalah keputusasaan dan menghilangkan harapan untuk pribadinya sendiri.

    Terima kasih Frater Marcell untuk poin inspiratif-nya. Salam

    BalasHapus
  14. selmatmalam avelin....

    mewujudku dalam malam
    meluruhku dalam jelang siang

    mewujud bersama dingin dan sepi
    meluruh dalam balutan sang mentari

    ada dan tiada

    BalasHapus
  15. Selamat Malam Om Damuh Bening

    Senandung dalam keheningan
    Membawa jati diri mengangkasa

    Iringan mereka di sisi jalan
    Menjadi graviti tersendiri yang hidup

    antara ada dan tiada
    semua itu ada ketika kita percaya

    BalasHapus
  16. puisinya makin bagus saja av...
    keep writing..........

    BalasHapus
  17. Terima kasih, Om Nino...
    Keep writing too

    BalasHapus
  18. ayo ikut lomba puisi Green Valentine pooon... simak postingannya Om Ferry Herlambang.

    BalasHapus
  19. Aku ga punya potensi untuk membuat puisi hahahaha

    BalasHapus
  20. fs udah dikacauin tinggal multiply yang belom

    BalasHapus
  21. wahahaha paling dixmxin kena marah

    BalasHapus
  22. Hahaha... kalau realitanya begitu, bagaimana teman?

    BalasHapus
  23. Sebenarnya gue udah pulang dari tadi, tapi belum ke MP lagi

    BalasHapus
  24. hati kita mudahan2 tidak sebeku es untuk menyambut panggilannya

    BalasHapus
  25. Benar Mas Zafan, diharapkan memang demikian adanya

    BalasHapus
  26. Madah itu semacam apa sih, mbak ave?
    Sy pernah dger lagu yg jdulnya Madah Rasul.

    BalasHapus
  27. Madah itu seperti kata yang disusun untuk sesuatu yang ingin dituju, biasanya dipakai untuk syair...
    Terima kasih, Mas Lalu telah singgah

    BalasHapus