Sabtu, 24 Januari 2009

Akal Budi atau Keseimbangan?

Akal Budi atau Keseimbangan?
Sebuah teori yang dicari jawabannya



Terkait dengan komentar-komentar yang masuk pada post link ini, setidaknya saya hanya ingin mengutarakan pendapat-pendapat saya tentang apa yang ditulis oleh teman - teman saya.

Akal budi yang dilandasi


Mengenai akal budi, semua orang yang berpendidikan tahu bahwa yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lain adalah akal budi. Hanya manusia yang memiliki akal budi. Maka dari itu, mengapa tidak digunakan akal budi itu untuk melakukan sesuatu?

Logika yang seharusnya lebih mendominasi semua hal tentang apa yang kita lakukan. Lalu, apa pengertian logika itu sendiri?

Saya coba mengutip dari Wikipedia.
Logika berasal dari kata Yunani kuno λόγος (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa.
Jadi, untuk menjadikan alasan dan landasan tentang semua yang kita lakukan adalah logika alias akal budi. Modal utama manusia dalam bertahan hidup. Kita bukan lagi di dunia khayalan bahwa manusia dapat terbang, atau manusia bisa berdialog dalam air. Semua itu butuh logika.

Keseimbangan yang dilandasi

Keseimbangan dalam versi ini adalah hidup dan mati. Maka semua yang hidup akan berujung pada kematian. Ya, saya percaya hal itu. Bukankah itu hukum yang mutlak dalam menjawab hukum timbal balik bahwa ada sebab maka akan ada akibat?

Jika demikian saya dapat menyimpulkan bahwa hal ini sudah didapati sejak dahulu melalui teori Yin Yang. Di mana dikatakan di sana adalah Yin (feminin, hitam, bersifat pasif) dan Yang (maskulin, terang, bersifat aktif) adalah dua elemen yang saling melengkapi. Setiap kekuatan di alam dianggap memiliki keadaan Yin dan Yang.


Jadi kebenarannya adalah


Semua itu kembali pada diri kita, apakah benar membunuh hewan atau mencabut tanaman adalah semuanya menurut akal budi atau menjadi sebuah keseimbangan. Jika akal budi, maka manusia tak akan makan. Karena semuanya tidak boleh dibunuh untuk dikonsumsi untuk mempertahankan hidup manusia. Dan sebaliknya, jika hal itu adalah keseimbangan, maka hal pembenaran itu dapat dibenarkan oleh manusia melalui sisi-sisi lainnya.

Seperti yang saya katakan dalam blog tersebut bahwa jika manusia telah dibekali oleh Tuhan melalui akal budi, maka membunuh hewan adalah hal yang dibenarkan atau disalahkan adalah kembali pada akal budi dan nurani manusia itu sendiri. Bahwa jika dibenarkan dan menurut manusia adalah hal yang benar membunuh, silahkan teruskan apa yang ada di pikiran dan akal budi manusia tersebut. Karena hal itu dianggap baik. Dan sebaliknya, jika hal itu dianggap buruk, maka hentikanlah.

Mencari sebuah keseimbangan adalah menjadi teori ke-estetika-an yang akan membawa manusia mengenai apakah hal ini baik dan benar atau sebaliknya, apakah hal itu buruk dan salah.

Mungkin setiap agama juga mengajarkan hal-hal yang sama yaitu pelarangan dalam membunuh. Tetapi untuk hal ini, membunuh hewan dan tumbuhan apakah dibenarkan, setidaknya saya katakan benar. Untuk apa? Misalnya, gajah diambil gadingnya untuk dijadikan barang hiasan. Tetapi harus disadari bahwa harus ada keseimbangan ekosistem di dunia ini. Menjadi sebuah landas acuan yang membimbing pada keseimbangan. Bukan pada penentuan bahwa membunuh sesama dibenarkan, tetapi gunakan nalar yang ada pada setiap pribadi lepas pribadi.

Toh, seperti kata seorang pembicara ketika saya ikut seminar bahwa Tuhan tidak melihat caramu mati, melainkan melihat caramu hidup dan memaknainya.

Jadi, kesimpulan dari semua ini adalah gunakan akal budi untuk mencari sebuah keseimbangan yang dibenarkan menurut pribadi lepas pribadi.



Pagi ini
Penghujung Jakarta, 25 Januari 2009
A. Agrippina T.

38 komentar:

  1. Sama-sama Mas Nafaz, senang telah berbagi

    BalasHapus
  2. ha..ha..ha...
    aku setuju banget Av...

    sebenarnya yg jadi permasalahan adalah...
    pemahaman pemahaman ini yg tidak banyak di ajarkan ke banyak orang selain karena daya tangkap dan nalar orang juga berbeda beda makanya tidak heran sering terjadi kesalah pahaman.

    nice posting

    BalasHapus
  3. he he he...

    kita semua akal budi, aku setuju pon.
    yang membuat segalanya menjadi centang-peranang tak sesuai dengan penilaian kita adalah ketika ternyata kenyataan bahwa alam ini diseimbangkan dengan keberadaan yin-yang (termasuk good vs evil) itu tidak bisa dijelaskan oleh konsep-konsep yang kita buat dan yakini.

    aku sendiri setuju juga bahwa idealnya akal budi YANG HIDUP sudah cukup menjadi panduan bagi manusia untuk hidup. tapi ternyata alam (dan isinya) dikendarai oleh kepentingan manusia yang ditegakkan dengan segala cara (Kain dan Habil). membunuh, membinasakan adalah salah satu jalan yang diyakini benar. kemudian agama dilembagakan untuk memerangi orang-orang yang jahat tsb. dalam tataran ini hukum (agama kek, negara kek, adat kek, rimba kek) menjadi pijakan penilaian apakah membunuh itu boleh atau tidak.

    aku sendiri sampai sekarang meyakini bahwa akal budi harus dihidupkan dalam jiwa manusia. pada saat yang sama aku juga kudu menerima bahwa ternyata ada cara penyeimbangan lewat jalan pemusnahan atau pembunuhan. biarlah bukan orang berakal-budi yang melakukannya. peace!!!

    puanjang.... he he he...

    BalasHapus
  4. paling sepakat untuk yg ini...
    hidup adalah proses pembelajaran, dan bagaimana cara memaknai keterbatasan2 di dalamnya

    BalasHapus
  5. Kadang hal itulah yang membuat manusia menjadi sering melakukan aksi kesalahpahaman antar satu dengan yang lain. Konsep pemahaman itu yang perlu dicari garis lurusnya untuk menemukan titik terangnya. Apakah benar mengenai hal ini dan menurut versi siapa itu mengatakan dan mengenai diri sendiri yang seharusnya ada pembenaran juga untuk mencari jawaban yang sebenarnya menjadti titik tombak.

    BalasHapus
  6. Bukan Good and Evil, melainkan God and Evil. Sebenarnya itu hanya konsep penyamaan saja yang membedakan. Bahwa seperti hukum sebab dan akibat.

    BalasHapus
  7. Seperti yang pernah aku katakan, egois selalu mendominasi diri kita. Makanya wajar untuk hal tersebut sering terjadi. Bunuh membunuh, rusak merusak, dan pada akhirnya keseimbangan ekosistemlah yang akan rusak.

    BalasHapus
  8. Semua manusia berakal budi, dan aku selalu percaya semua orang menggunakan akal budinya. Yang menjadi persoalannya adalah apakah orang tersebut menggunakan akal budinya secara baik dan benar?

    BalasHapus
  9. Ya, benar Mas Suga.
    Sepanjang hidup kita adalah sebuah proses pembelajaran sampai mati

    BalasHapus
  10. Hehehe... sama-sama Mbak Niken. Tak perlu terlalu serius.
    Joker ask: Why so serious?

    BalasHapus
  11. Karena kita dilahirkan sebagai manusia, maka jadilah manusia seutuhnya

    BalasHapus
  12. Karena ga dibaca dan dipahami maksudnya, jadinya ya... tak mengerti.
    Hahahaha... Udah balik kompie lo?

    BalasHapus
  13. kemaren, tapi pas dinyalain bunyi ngut.. ngut

    BalasHapus
  14. Artinya ada kabelnya yang kurang pas dimasukkinnya

    BalasHapus
  15. dialog dan diskusi seperti kita kita ini adalah salah satu cara menemukan titik temu yang cukup efektif menurutku. tapi sayangnya cara cara seperti ini hanya sebatas satu dua atau tiga orang lebih.

    andai setiap para pelajar konsep berpikirnya dibuat seperti ini. mungkin akan lain ceritanya..
    membuka wawasan orang itu bukan pekerjaan mudah

    BalasHapus
  16. Ibu Catherine pergi ke.................

    BalasHapus
  17. Dan diskusi nasional biasanya berjung pada kericuhan. Dan pada akhirnya akan ada peserta yang pulangnya ke rumah sakit. Hehehehe... Indo... Indo...

    BalasHapus
  18. Kadang diskusi malah menjadi ajang adu kekuatan bicara, acara adu debat. Malah bisa sampai menyimpang ke mana-mana isinya. Misalnya membahas becak, bisa sampai ke air bersih. Itulah pelajar sekarang. *Av? Kamu pelajar kan?*

    BalasHapus
  19. PM telah kubalas, Mas...
    Masih dalam membaca novel mas... Terpaksa ulang, datanya ilang di komputer...
    Maaf

    BalasHapus
  20. Nah..
    itulah fungsinya moderator Av..
    agar kereta tetap berjalan di gerbongnya.. :D

    BalasHapus
  21. kalau begitu kita harus memperbanyak moderator dulu ya sebelum mengadakan diskusi diskusi tersebut.. :D

    BalasHapus
  22. Hehehe... bisa jadi seperti itu ke depannya, Mas Utara...

    BalasHapus
  23. beberapa jenis tumbuhan dan hewan memang sudah di sediakan untuk kehidupan manusia, tetapi manusianya yang serakah .. anjing yang harusnya sebagai penjaga dan kita pelihara juga ikut di makan.

    Salut dan aproud of you Aveline

    BalasHapus
  24. Itu hanya soal logika dan pemahaman orang saja. toh, definisinya setiap orang juga akan berbeda

    BalasHapus
  25. berarti di sini ada logika yang benar dan keliru ..aku gak bilang salah...

    BalasHapus
  26. Logika yang dalam penerapannya salah, itu yang ada

    BalasHapus