Mari kita berbicara!
Apa yang menjadi batas antara angan dan cita-cita hari ini, kemarin, esok, lusa, atau kapan pun itu semua?
Terlalu subyektif untuk mencari parameternya karena tentulah setiap orang memiliki persepsinya masing-masing.
Lalu apa yang menjadi satu landasan untuk mengatakan bahwa inilah cita-cita yang pernah kita cita-citakan?
Kemudian, bagaimana kita mewujudkannya? Apakah sekadar pemanis hidup atau memang sebagai angan yang terbang bebas dan berpindah-pindah seperti elektron?
Mari kita berbicara!
Jakarta, 14 November 2010 | 7.03
A.A. - dalam sebuah inisial
page ve
BalasHapusmari....
BalasHapusyang pasti: kenyataan adalah hari ini
Pernah, jalani dan akan.Karma memaruk ekornya. Berbuat terbaik, untuk pondasi terbaik.
BalasHapusHalaman, Mbak :-)
BalasHapusPage: halaman :p
Kalau kata Alice Morse Earle: "The clock is running. Make the most of today. Time waits for no man. Yesterday is history. Tomorrow is a mystery. Today is a gift. That's why it is called the present."
BalasHapusHaks! Termasuk dengan menulis buku baru? :p
BalasHapusweh, ungkapan yang ayik:
BalasHapusjejak masa lalu adalah pembentuk hari ini, laku hari ini, landasan untuk esok. tadi bisa menjadi kemarin, sebentar lagi bisa menjadi esok. Jadi laman tiap detika sama halnya sebuah hari, detik sebelumnya adalah masa lalu,detik berikutnya adalah misteri....detik ini adalah hidup
apa kabar mas?
BalasHapusjika paham dengan kata ini: akan lebih mudah memahami kondisi semuanya (aku bersyukur dilahirkan dalam lingkungan yang memahami karma)
buatku ya spt yg di tulis di Jurnal kemaren ...
BalasHapuswkwkwkkk... pede.
semoga kabar baik kudengar darimu.. :))
BalasHapuskabar baik, bli. Apa kabar di Bali?
BalasHapusSaya paham jika ada "sempalan" pemahaman yg gak pas.
Mungkin mirip dg pemahaman kata mukjizat yg seringkali diartikan secara tak pas.