Hehehe hidup itu seperti buku atau seperti kata piyu kita terlahir bagai kertas putih dan tertulis pesan damai di dalamnya. Woow Harmoni. Intinya ber-harmoni dgn keadaan dgn kenyataan.
Seperti kata hudan hidayat Tetap realistis berjalan dalam realita tanpa kesampingkan idealita kita...
mas fitrah tho? hehehe.. oya Ave, memang sulit menerima dengan lapang dada, itu harus diakui, tapi endingnya tetap harus lapang dada juga, sebab kalau tidak rugi sendiri
benar..kerana kehidupan ini penuh dengan teka dan teki..
BalasHapusyou live you learn...\m/
BalasHapuskarena hidup itu sejatinya menerima dan memberi jadi kuncinya @ mencoba bersyukur hehehehe
BalasHapusSeperti kata Katon Bagaskara: hidup itu seperti buku, kita tak akan pernah tahu apa yang ada di lembar berikutnya...
BalasHapusLife is a nonstop lessons
BalasHapusItu lebih baik :-)
BalasHapusTermasuk belajar tipu muslihat si Anggodo?
BalasHapusmenerima apa nie?
BalasHapusJempol buat ini...Hehehe
BalasHapusSip sip..
BalasHapustermasuk belajar mencoba memaknainya dengan lapang dada?
BalasHapus:)
Ilmu bersilat lidah :-))
BalasHapusPengalaman, kenyataan, dan keestetikaan dari itu semua...
BalasHapusApa kabar Mas Mus?
Terima kasih Mas Fitrah :-)
BalasHapus:-bd
BalasHapusItu bagian yang tersulit, asal ada niat dan tekad, mengapa tidak?
BalasHapuspengalaman sudah terjadi
BalasHapusdan kenyataan apa yg terjadi
serta keestetikaan melakukan yg terjadi
alhamdulillah sudah sehat
Orang bijak pernah mengatakan: pengalaman adalah guru yang terbaik.
BalasHapusKukutip kata Harun Yahya:
Hidup dan nasib, bisa tampak berantakan, misterius, fantastis,
dan sporadis, namun setiap elemennya adalah sub system
keteraturan dari sebuah desain holistk yang sempurna.
Menerima kehidupan berarti menerima kenyataan bahwa tak ada
hal sekecil apa pun terjadi karena kebetulan,
ini fakta penciptaan yang tak terbantahkan
tapi kalo buku, kita bisa langsung motong liat endingnya kalo mau,,, hehe,, :P
BalasHapusHehehe hidup itu seperti buku atau seperti kata piyu kita terlahir bagai kertas putih dan tertulis pesan damai di dalamnya. Woow Harmoni.
BalasHapusIntinya ber-harmoni dgn keadaan dgn kenyataan.
Seperti kata hudan hidayat Tetap realistis berjalan dalam realita tanpa kesampingkan idealita kita...
ya tak ada yg kita ketahui kecuali kmarin dan hari ini..
BalasHapusiya setujuh tapi terkadang karena ego sendiri jadi tak bisa menerima kepahitan ^^
BalasHapusmas fitrah tho? hehehe..
BalasHapusoya Ave, memang sulit menerima dengan lapang dada, itu harus diakui, tapi endingnya tetap harus lapang dada juga, sebab kalau tidak rugi sendiri
klo menurut Vernon Law, pengalaman adalah guru yang paling buruk, sebab ia memberi ujian sebelum pelajaran diberikan... :-D
BalasHapusyg penting slalu sadar dlm stiap masalah, krn kesadaran tetap membuat kita focus
Jadi rame euy hehehe...
BalasHapusTapi kan ga enak, serasa ada yang hilang :-)
BalasHapusPadi abis... Hahaha... :-))
BalasHapusKemarin adalah sejarah, esok adalah misteri, dan hari ini adalah kenyataan...
BalasHapusLantas, bukalah hati ini mungkin dapat menjadi jalan....
BalasHapusNah, saya setuju Pak Made!
BalasHapusMasih ada fakta lain, Mas Fitrah? :-)
BalasHapusKalau sulit dengan lapang dada, coba dengan lapang(an) bola. Mungkin bisa karena lebih luas :-)
BalasHapusInitinya, jangan terpaksa akan semua hal