Jumat, 04 September 2009

Catatan Seorang Kawan

Catatan Seorang Kawan [1]

Desing pesawat masih dapat kudengar. Taksi ini sedang menuju ke bandara untuk mengantarkanku berangkat ke kota yang baru. Maaf, mau tak mau aku harus meninggalkan kota ini dalam waktu yang lama. Aku harus berkelana, bukankah hidup adalah sebuah petualangan. Akan kulakoni semuanya di kota baru. Dalam 30 episode, akan kuanyam sebuah cerita baru di dalam sebuah kota.

"Mengapa?"

Pertanyaan itu sedari kemarin, sedari aku memutuskan untuk beranjak pergi. Masih dipertanyakan juga olehnya. Aku sedikit risih dengan pertanyaan itu. Perlukah kujawab? Seharusnya dia tahu, aku pengelana maka aku akan membuat jejak di setiap pertapaan yang harus kusinggahi. Hidup adalah pertualangan dan hendaknya kita jalani. Aku menikmati hidup seperti ini, meninggalkan rumah, menggendong ransel dan menikmati hidup dengan caraku sendiri.

"Itu tugasku sebagai penikmat hidup."

Untuk sebuah alasan sederhana, aku mencoba tidak mengecewakannya. Toh, bukannya dia sudah tahu bahwa aku akan berbagi cerita dalam berbagai episode yang ada. Kugenggam tiket pesawat penerbangan pagi ini. Taksi sudah meminggirkan badannya ke arah terminal bandara. Waktunya tiba untuk turun. Lekaslah kuambil ransel gunungku dan mengenakannya di belakang.

"Jawa Tengah sampai Jogjakarta. Aku janji! Tiga puluh hari terhitung hari ini, aku pulang."
"Maukah kau?"
"Untuk?"
"Memelukku..."

Aku merangkulnya. Demi mengabulkan permintaannya sebagaimana dia memberikanku kesempatan untuk meninggalkannya. Satu bulan mungkin waktu yang begitu berat baginya. Walaupun sudah kuupayakan tak begitu membebaninya, rasa itu masih ada. Jadi, harus apa aku sekarang? Tanganku merogoh saku, hendak menghisap rokok. Belum sempat, kotak itu direbutnya dari tanganku dan diinjaknya di hadapanku. Aku terpaku.

"Berjanji kepadaku!"
"Untuk?"
"Tiga puluh hari kamu akan meninggalkan aku, juga kamu harus sanggup tiga puluh hari tanpa rokok."
"Emh..."
"Kenapa? Kamu tak sanggup?"
"Sanggup... Sanggup..."

Aih, mengapa juga kamu harus membenci rokok? Membenci juga kepergianku? Kamu menyiksaku dengan cara demikian.

1 komentar: