Atau ketika aku pulang ke rumah, kulihat tentara-tentara berlari ke mana - mana
Saat aku berjalan dengan teman, ambulans berlari - lari memekakkan suaranya
Lalu kutelusuri sedikit jalan, seorang ibu telah memeluk anaknya berlumur darah
Aku tak mengerti apa yang dimaksud dengan semua ini
Ketika dentum berbunyi dari ujung sana, aku hanya mampu menangis
Ketika ibu menyuruh kami masuk, aku tak berani melihat
Ketika orang-orang di luar berteriak, rasanya aku ingin menjerit
Menyesalkah aku? Salahkah aku?
Apa semua ini? Ibu menghukumku?
Pertanyaan itu tak pernah dapat kujawab walau sering bergelut dengan hatiku
Apa yang harus aku sesali ketika aku tak tahu apa kesalahanku?
Mengapa aku harus merasa bersalah ketika aku hanya bermain di depan?
Apa yang dimaksud oleh mereka yang lebih berusia dari aku?
Mengapa aku harus masuk ke dalam rumah, dihukum ibukah aku?
Dentum itu... dentum itu memekakkan telinga
Aku hanya mampu menangis, menitihkan air mata
Aku tak berani untuk mendengar suara - suara itu
Aku menjerit, menjerit dalam kebisingan ini
Ketika kugenggam bola untuk berlari di lapangan
Darah berkucuran sepanjang jalan yang kutelusuri
Ibu-ibu menangis meratapi anak-anaknya yang berdiam dalam peluknya
Anak-anak menjerit-jerit mencari apa yang mereka cari
Dosa apa aku? Mengapa harus di sini?
Apa yang mereka mau? Hidupkah aku?
Katanya aku dilahirkan karena cinta dan hidup di tengah cinta
Ini yang dimaksud dengan cinta?
Ada desing peluru, dentum BOM, terap kaki tentara?
Ada darah mengucur, kepala berdarah, tangan yang cacat?
Ada jerit anak, tangis ibu, peluk kematian?
Mungkin banyak yang mendoakan negeriku
Doa? Sempatkah aku berdoa di tengah dunia ini?
Baru kupulang, ibu menyuruhku masuk dan diam di kamar
Lalu aku diperdengarkan melodi-melodi yang seolah menyapa kematian
Dan dalam tangis itu saja aku mampu berdoa sedikit... amat sedikit...
Doa... aku ingin berdoa untuk aku
Aku ingin berdoa untuk ayah dan ibu
Aku ingin berdoa untuk teman-teman
Aku ingin berdoa untuk negaraku, bangsaku
Aku ingin bebas, aku ingin bermain bola di lapangan
Aku tak ingin mendengar peluru yang melesat
Aku tak ingin mendengar dentum BOM yang membuatku menangis
Aku tak ingin ibu menyuruhku lekas masuk ke rumah
Aku ingin bermain hingga senja menanti fajar kembali
Aku ingin ayah dan ibu tetap di rumah
Aku tak ingin melihat mereka dalam ketakutan
Aku tak ingin melihat ayah gusar dan ibu resah
Aku ingin ayah dan ibu tersenyum dan tertawa
Bercanda bersama aku dan kehangatan keluarga
Aku ingin teman-temanku dapat bermain denganku
Bukan dengan tangan yang hanya separuh
Bukan dengan kepala yang berdarah
Bukan dengan jasad yang terbujur kaku
Aku ingin menggiring bola sampai ke gawang
Aku tak ingin ada tentara-tentara berlari
Aku tak ingin ada bunyi-bunyi kencang yang menyapaku
Aku tak ingin ada tangis, air mata, dan darah yang mengalir
Aku ingin duniaku bebas, aku ingin bebas berlari
Ingin bebas bernyanyi, bebas bermain bola
Kalau ini yang dinamakan cinta?
Aku tak pernah mau dilahirkan atas nama cinta...
Lebih baik yang lain...
Untuk sahabat-sahabat di negeri perang
Semua ini kudedikasikan untuk kalian...
Jakarta dalam fajar yang masih terlihat
4 Januari 2009 - 8.10
>Sekedar untuk tulisan, saya tidak mendukung pihak manapun melainkan mendukung mereka yang menjadi korban.... Itu saja. Selebihnya, itu tanggapan pribadi masing-masing.
nice poem, sepertinya cinta dan kasih sayang buat mereka hanyalah impian yang terkubur...
BalasHapusKita hanya bisa berdo'a semoga hal itu segera mereka rasakan dan nikmati, Amin...
Yang terpenting adalah kedaimaian di muka bumi ini harus di utamakan, sehingga tidak ada lagi peperangan.
Menikmati kedamaian tentunya...
BalasHapusSeharusnya menjadi resolusi dunia selain memperbaiki ekonomi dunia
ya...setuju, kedamaian adalah sesuatu yang mahal sekali di muka bumi ini. Sumbernya sebenarnya ada pada etika pergaulan antar bangsa...
BalasHapusKadang manusia hanya bisa bilang "Mari berdamai", itu hanya sampai di pangkal lidah...
BalasHapusDoa tak putus tuk sodara kami di Palestine... be stronger, never to give up...
BalasHapusudah pernah di palestina?
BalasHapusMust be... Semoga ada harapan ketika mereka sudah tak sanggup lagi untuk berharap...
BalasHapusBe strong...
Hahaha... dasar! Tulisan pertama di tahun 2009!
BalasHapusnice post...
BalasHapusitu sebabnya aku selalu mengatakan pada banyak orang..
jangan sampai kekuasan itu jatuh ke tangan orang buruk,
sebab, jangankan yg buruk, yang baik aja bakal jadi buruk
Melihat situasi dunia yang semakin kacau, kadang mereka hanya bisa berbicara namun tak melakukan apa-apa. Bukannya berdamai, malah semakin saling menghancurkan...
BalasHapusitu sebabnya aku ingin punya banyak uang...
BalasHapussebab kalau aku punya banyak uang, aku bisa menggunakan uangku menghancurkan atau setidak tidaknya mengurangi orang orang bersifat buruk...
karena kebanyakan orang orang buruk itu penyebabnya cuma soal uang
Tapi bukan dengan jalan perang atau membeli rudal untuk mengebom orang tersebut, bukan?
BalasHapusitu cara terakhir mungkin..
BalasHapusMemang tak ada cara lain, Mas?
BalasHapusSeperti Aceh, akhirnya mereka menggunakan cara yang baik untuk berdamai dan menyadarkan...
coba baca lagi deh...
BalasHapusitu cara terakhir....
cara yang paling tepat adalah, memperbanyak orang orang yang baik-baik..
AKU CINTA DAMAI.
BalasHapusHahaha... meluruskan orang-orang yang tersesat...
BalasHapusUntuk masalah itu, saya tak tahu siapa yang tersesat...
Semoga yang tersesat menjadi sadar.
Apa kabar Mas? Belum ada tulisan baru?
So do I
BalasHapusseneng amat nulis.
BalasHapusini tmbhnnya? kyknyaa tadi ga ada
BalasHapusBegitulah orang dengan bermain bersama Mr. Moody
BalasHapusYap... Gue rasa tak perlu mendukung pihak manapun, tak perlu blok kiri dan blok kanan, melainkan support mereka yang menjadi korban. Itu saja...
BalasHapussaya pripadi berdoa buat yang menjadi korban
BalasHapusPerenungan yang bagus, Av.....
BalasHapusSimpati buat korban...
dan berdoa..
BalasHapustok tok tok...gak ngintip cuman mampir aja...
BalasHapusSemoga kau tak tuli Tuhan
BalasHapus................
(dari lirik lagu Iwan Fals)
Semoga Kedamaian akan tercipta secepatnya
BalasHapusBegitu juga dengan saya...
BalasHapusTerima kasih, Om Ferry...
BalasHapusPasti!
BalasHapusSilahkan....
BalasHapusSebenarnya TUHAN tak tuli, melainkan umatNyalah yang menulikan telinga mereka, membutakan matanya...
BalasHapusKuharap demikian...
BalasHapusdan segeralah sadar........
BalasHapusMemang sudah saatnya hentikan perang...
BalasHapusteriakkan PERDAMAIAN...sudahi DENDAM
BalasHapusBuka telinga!!! Buka mata!!! Buka hati!!!
BalasHapus*)Mereka yang menjadi korban adalah orang yang tak tahu apa-apa...
mungkin kita mesti benar-benar tahu apa alasan semua itu.....walaupun itu salah
BalasHapusEntahlah.... aku hanya manusia kecil hanya dapat berdoa agar Tuhan mampu mengubah segalanya, termasuk hati nurani mereka yang egois...
BalasHapusdan menutup hati.
BalasHapushiks...
takutnya mereka memang menginginkannya.........semoga tidak
BalasHapus:-(
BalasHapusBukalah nurani mereka...
Jangan sampai....
BalasHapusdamailah saudara-saudaraku...
BalasHapussalam damai ...
Jabat tangan... bergandeng!
BalasHapus