Ketika kumenuliskan surat ini kepadamu, Jakarta masih berteteskan hujan. Setidaknya berapa tahun kamu telah tidak menginjakkan kakimu lagi di Jakarta. Tempat pertama kali kita berjumpa. Tempat pertama kali kita berpisah. Dan hujan juga pada akhirnya menghantarkan sebuah pertemuan menjadi sebuah perpisahan.
Berapa lama kita tak berjumpa? Hari ini tepat 14 Januari. Tepat tujuh tahun kita tidak berjumpa. Dan tujuh tahun itu juga kita menggetarkan rasa rindu kita hanya lewat suara. Lalu lenyap pada tahun - tahun kemudian.
Tujuh tahun lalu, kita berjumpa untuk yang terakhir kalinya di landas udara sebelum kamu berangkat. Kita berjanji kita akan berjumpa lagi. Dan kamu selalu mengucapkan "aku akan pulang." Kita berpeluk dalam sedu itu. Sadarkah kamu pada saat itu Jakarta sedang hujan? Hujan yang menghantarmu ke tempat tujuanmu.
Sisanya adalah kisah. Kisah aku bertemu denganmu. Kisah aku bermain bersamamu. Kisah aku berlarian bersamamu.
"Aku rindu bermain hujan," ucapmu dalam lirih. Aku hanya mampu menjawab perkataanmu dengan anggukan kepala sejenak. Di balik gagang telepon, kamu bercerita tentang hari-harimu di sana. Menyenangkan, bukan? Bukannya awalnya kamu menolak untuk berpisah dengan Jakarta, denganku? Pada akhirnya kamu pun bisa beradaptasi di belahan dunia sana. Cerita tentang hari-harimu. Tentang keluargamu. Tentang studimu. Dan tentang dunia yang lain sekarang kamu pijaki itu.
"Kapan kamu ke sini?" tanyamu padaku. Aku langsung melepas gelak tawa. Seolah kamu mengejekku. Kamu merasakan kebahagiaan di duniamu yang baru.
Hari ini Jakarta hujan, kawan. Ingin kuberitakan kabar ini kepada
mu. Memang benar tahun - tahun kemarin Jakarta juga hujan. Tetapi hujan di hari ini agak sedikit berbeda. Rintiknya seolah melukiskan wajahmu. Wajahmu yang menetaskan rindu. Rindu padamu. Rindu padaku.
Kini tak lagi seperti dulu. Hujan hanya membasahi satu kepala saja. Hujan juga hanya melihat hanya satu orang yang berlari untuk bermain di bawahnya. Hujanpun seolah tahu bahwa setelah sekian lama kita tak lagi bermain di bawahnya. Dia kehilangan kamu. Dia ingin menghantarkan pesan kerinduannya padamu. Padaku.
Pada akhirnya aku menuliskan surat ini untukmu. Setelah hujan menghantar bayangmu melalui tetes-tetes airnya yang kulihat dari balik jendela. Yang membasahi tanah yang pernah kita pijak. Memercikkan jalan yang pernah kita lalui. Tetesnya membawa alunan yang amat meresah. Meresah karena dia kehilangan seorang yang lainnya yang biasa bermain bersamanya.
Mungkin surat ini juga akan dihantar oleh dia yang menghantar bayangmu. Aku akan mengirimkannya untuk menyatukan rindu di atas jarak yang begitu jauhnya.
Jakarta dalam malamnya
14 Januari 2009
Aveline Agrippina T.
Untuk seorang sahabat di belahan dunia lain...
wah baru sampai di sini jam warnet dah mau tutup...
BalasHapusbesok atau lain waktu ya dik bacanya
sukses selalu
Tak apa-apa, Om Damuh...
BalasHapusSilahkan....
Sukses juga untuk Om Damuh
Av, aku kasih 8,5 dah..
BalasHapuskeren :D
surat buat siapa Av?.....
BalasHapusmasih hujan disana??
Waduh, Mas Utara, ga kebanyakan? Untuk cerita yang amat sederhana ini rasanya amat berlebihan.
BalasHapusMakasih...
Untuk sahabatku di luar negeri, Om..
BalasHapusMasih hujan di sini..
Di Surabaya hujan jugakah?
entalah...
BalasHapusaku suka pilhan kata-katanya,
membacanya enak, puitis tidak berlebihan,
Solo sempet ujan..
BalasHapussekarang dah reda..
tiap hari hujan Av...
BalasHapusbanjir dimana mana..
wah keren.. Mengalun bgt bacanya. Lama ga bersua kok tiba2 km jd dewasa ^^ salam untuk hujan.
BalasHapusPuitisnya hehehe...
BalasHapusAku mulai melanjutkan membaca novel Mas Utara...
Mungkin 2-3 minggu lagi aku akan selesaikan membacanya dan aku akan mengatakan apa yang kurasakan setelah membaca novel Mas Utara. Siapin hati, Mas! Jangan sampai sakit hati saya kritik habis-habisan
Jakarta masih agak hujan
BalasHapus*) Kok jadi reportase hujan sih?
Jakarta sebentar lagi... BANJIR
BalasHapusHahaha... makasih... Lama juga kita tak berjumpa! *Cheers!
BalasHapusgile.. emang hujan bs bawa bayangan?
BalasHapussereeem
waha,....surat yang indah dik, menarik, seperti kata hati saja.
BalasHapusdulu pernah Om berencana membuat kisah tokohnya buta, tapi hanya bisa melihat dikala hujan, itupun pas hujan purnama saja.....tapi sampai sekarang belum terangkai juga kisahnya
pos indo bkl nutup ktrnya krn byk aveline krm surat pake ujan ke luar negeri
BalasHapusBisa... bayangan hujan
BalasHapusHahaha...
Lagi stand by nih buat besok
Haha... kata hati mungkin bermain juga...
BalasHapusDipost dong, Om... Ingin membacanya!
Weeeeeeeeeeeh... emangnya cuman gue yang kirim surat lewat hujan? :P
BalasHapusDuuuh.... pergi terus....
BalasHapushehe.. kan elu yg plg hobi krm surat
BalasHapusga enak nih pake hp, kecil tlsnnya
Maklum... petualang
BalasHapusHahaha... makanya beli HP segede monitor!
BalasHapuspantesan...dalemmmmmmmmmmmm!!!!
BalasHapusapanya yang di post Av, la belum ditulis, baru di buat drafnya saja
wah, tulisannya puitis bangettt...
BalasHapuskeren deh suratnya..
BalasHapusaduh...serasa menikmati jaman aku muda neh av. alunan bahasamu kali ini membuat suasan hati seperti bermain di danau yang tenang.
BalasHapusaku tebawa arus, jadikanku ingat pada sebuah masa lalu yang kisahnya tak akan hilang.
salam buat sahabatmu. kamu mau jadi Copywriter di kantorku hehehee
udah hujan sampekan padaku kok hehehehee
BalasHapusbikin banjir ga hujannya,,,,,:D
BalasHapusKapanlah, Om Damuh... yang jelas kutunggu
BalasHapusHueheuheuheuhue... makasih...
BalasHapusMakasih Tante Cici
BalasHapusAh, masak sih Kang Jenggot? Biasanya copywriter kan tulisannya lebih romantis dibanding sama orang - orang aneh seperti saya ini...
BalasHapusIni dibajak jadi copywriter? Hahaha...
Ge er aje
BalasHapusPastinya
BalasHapuslo dah pulang?
BalasHapusklo ada gw jg mau
BalasHapusUdah, tadi pagi jam 11.00
BalasHapusNgantuk berat. Baru bangun sekarang. Wong gue selesai jalan malam jam 3 pagi
Tunggu saja... :P
BalasHapuswaaahh...bagus banget. jadi pengin bisa gituan. ajarin dunk
BalasHapusBukannya aku yang harus belajar dari situ?
BalasHapusWow, ... ternyata ave melankolis juga he...he...
BalasHapusWalah... gubrakk...
BalasHapussapamu di pagi ini,
BalasHapusingatkanku pada embun yg mengayun daun2...
:)
Hehehe...
BalasHapus