Semua orang ingin tahu jutaan kenikmatanku. Seperti orang yang candu akan narkobanya. Seperti pasangan kekasih yang baru pertama merasakan cinta. Atau seperti orang gila yang ingin mencari apa yang diinginkannya.
Padahal mereka tahu, aku adalah iblis.
Sebatang diriku, membawa sembilan nyawa mati sekaligus. Mereka belum tentu menjadi penghisapku. Mereka hanya orang yang lewat. Sekedar lewat dan menyapa di depanku yang hidup dengan merahnya.
Mereka tahu aku adalah iblis. Dan sekali mendekat padaku, mereka candu.
Candu seperti orang gila ketika tak melihatku dan mengisapku. Candu seperti orang sakau. Candu seperti orang yang enggan untuk menjadi dirinya sendiri. Sakau untuk mencariku dan akulah menjadi dewa mereka.
Batang demi batang dihabiskannya. Akupun tertawa tubuh mereka semua rusak. Mereka kuhancurkan dengan mudah. Dengan mengisap diriku sejenak untuk merasakan nikmat yang tiada bandingnya. Nikmat tanpa jangkauan. Dan surga sendiri adalah mereka bertemu denganku.
Hanya sedikit mereka yang benci dan berjuang dari lepasanku. Sisanya tidak! Mereka masih mengisap dan mengisap. Batang demi batang habis dibakar mereka. Asbak-asbak menjadi penuh karena puingku.
Bahkan akupun memiliki tempat di hati mereka sendiri. Aku adalah belahan jiwa mereka. Aku adalah hidup mati mereka. Aku adalah harta mereka yang tiada batasan. Aku punya posisi sendiri di mata mereka. Aku dikhususkan bahkan memiliki daerah sendiri, kota sendiri, dan museum sendiri. Padahal aku adalah iblis.
Pilinlah aku, bakarlah aku, hisaplah aku. Jadikanlah aku tuanmu, bagindamu, raja untuk hidupmu. Walau pada awalnya, aku tak pernah bermaksud menjadi racun untuk tubuhmu. Aku hanya untuk kepentingan ritual sejenak. Untuk penghangat tubuh dan sebagai permen untuk orang dewasa.
Aku sebagai benda yang dapat membuat kalian menjadi kaya sekaligus menjadi miskin. Aku menjadi bahan bisnis untuk mereka. Menjadi bahan untuk menambah kekayaan negeri. Jadi kebanggaan bangsa. Lantas, harusnya aku memang bersombong diri. Aku memuaskan banyak orang dan menjadi tuan atas mereka yang seperti memujaku dan takut untuk kehilanganku.
Dan akulah pembunuh sembilan nyawa. Termasuk mereka yang menghisapku.
Jakarta, 21 Maret 2009 | 14.27
A.A. - dalam sebuah inisial
wah, kl begitu, di tiap manusia ada brp nyawa' av?
BalasHapus:)
tentang kucing bukan nih Vlin???? kok sembilan nyawa???
BalasHapusada yang terlupa... iblis yang satu ini juga menyelamatkan indonesia dari kebangkrutan..
BalasHapusada 1juta pekerja yang bisa terus hidup dengan 1 batang yang dibeli oleh temannya iblis itu :)
ada ratusan dokter yang tak sepi pasien.. ada ribuan apotik yang terus beroperasi juga
uhuuh uhuuukkk....*kena asap rokok nehh*
BalasHapusheheheh...itu kayak tuhan 9 centi yak :)
BalasHapushttp://wonosari.4umer.com/teras-nongkrong-f36/tuhan-sembilan-senti-karya-taufik-ismail-t3368.htm
1 batang mematikan 9 nyawa
BalasHapus1 nyawa = 1/9 batang
Hahaha... rumus matematika
Rokok, Bu...
BalasHapusHehehe
Tulisan ini belum sepenuhnya sempurna, masih ada yang ingin ditambahkan. Rasanya tak puas hanya menulis sedikit ini.
BalasHapusTetapi dialah yang membuat orang menjadi lebih membutuhkan obat, menjadikan dokter sebuah profesi, dan menghambur-hamburkan uang walau semua orang sudah tahu bahwa dia adalah iblis
Pantas, tutup mulut dan hidung...
BalasHapus*jangan jadi yang pasif, Mas Sinyo*
Hahaha... suak bagian pertamanya...
BalasHapusIndonesia adalah surga bagi perokok...
Setuju dengan dia?
serdadu berani mati
BalasHapusRasa-rasanya semua serdadu berani mati
BalasHapusKarena alasan itulah, dia mau menjadi serdadu
larangan bagi ibu hamil dan menyusui
BalasHapusHahaha... tetapi tetap saja orang Indonesia itu BANDEL
BalasHapusKalo kucing punya berapa nyawa ya?
BalasHapusKira-kira berapa, Om Amir?
BalasHapusTergantung cara matinya sih, Om Amir
sebel kalo liat orang ngerokok
BalasHapusPantes! Kalo ada orang merokok sering gue ditarik jauh-jauh
BalasHapusHahaha..
soalnya asapnya bau
BalasHapusHahahaha... ngisep perman ga bau
BalasHapusKalo kena asep rokok, masih bisa mati 8x ya?
BalasHapusTapi kalo kelindes mobil, cukup sekali aja!
kayaknya setuju deh Ave :)
BalasHapusHahaha...
BalasHapusSepertinya begitu, Om Amir...
Ahahaha... sip!
BalasHapusSelamat pagi!
Selamat pagi menjelang siang Ave :)
BalasHapusGa pergi toh, Mbak?
BalasHapusNgempi aja?
Udah pergi dari rumah ini :)
BalasHapusLagi ngenet di Mandala yang sepi menyayat hati
Lagi apa Ave ?
dia adalah inspirasi setiap malam......
BalasHapusLagi berdialog dengan rumus trigonometri...
BalasHapusHahaha...
Nikmatin saja, Mbak
... dan menjadi pembunuh perlahan.
BalasHapusjadi duit tauk...
BalasHapusProtes nih?
BalasHapusDitraktir rokok, mau?
mauu..
BalasHapusdelivery ya.
:-D
Ooowww....
BalasHapusHahaha... sudah kuduga
BalasHapus:-)
BalasHapuskalo anda sayang anak istri, jangan biarkan mereka menjadi korban keasyikan"ku" hueheuheuee...
BalasHapusGa ngerti...
BalasHapus*geleng-geleng*
Wow, tulisan Ave semakin menarik saja. Have a nice day ya...
BalasHapuskenikmatan dalam isapan yang kau lakukan,telah membawa racun ditubuhku,tapi kenapa tak bisa jauh dari sekitar pecandu rokok?????......
BalasHapusTerima kasih, Om Herri...
BalasHapusHave a nice day too
Aneh tapi nyata
BalasHapusmengena. essay yg memikat, Ve :)
BalasHapusTerima kasih...
BalasHapusuntung dah brenti merokok.... :)
BalasHapus