Pramoedya Ananta Toer - Bukan Pasarmalam
Ketika membaca kalimat di atas, aku sedang dalam perjalanan. Dalam kendaraan. Setelah membaca kalimat itu, langsung saja kualihkan padanganku ke arah luar jendela. Aku mengangguk setuju.
Mungkin hanya Tuhan yang tahu alasannya mengapa Dia menciptakan manusia. Lalu bukan membiarkannya hidup bebas, melainkan hidup dalam petualangan yang tak hanya suka, tetapi juga duka.
Menurut Djenar Maesa Ayu, dalam novelnya Nayla, bahwa kita diciptakan bagai boneka. Kita selalu ditentukan oleh orang yang memainkan boneka itu.
Entahlah, ketika aku mengalihkan pandanganku ke luar jendela, mengapa aku bisa setuju dengan semua itu karena saat itu aku melihat seorang kakek tua yang menarik gerobak dengan susah payah di pinggir jalan. Seorang ibu yang membawa tas besar sambil menggendong anaknya. Seorang pelajar yang berlari untuk berdesak dalam bus kota.
Lalu, pernah mereka pikir bahwa apa yang mereka tuju akan menjadi sebuah kesia-siaan karena ujung dari setiap hidup adalah kematian? Tak perlu Pak Pram memaksaku untuk terus memikir, aku sudah menjawabnya, Pak.
-A, dalam sebuah inisial-
hem, giliran om yang sekarang berfikir
BalasHapusuntung aku tak pernah memaksamu, Av
BalasHapus:)
dalam kehidupan ada kematian
BalasHapusdalam kematian ada kehidupan
nahhh....jangan tanya saya apa maksudnya...
;)
Apa hasilnya, Om Damuh?
BalasHapusKarena hidup tak perlu sebuah pemaksaan (sebenarnya)
BalasHapusKarena Mas Suga tak mengerti artinya, saya tanya maksudnya apa?
BalasHapusbener....hidup adalah penerimaan...dan pemaknaan.... atas keadaan. Setiap orang diberikan peran yang berbeda, karena sumber daya yg mereka miliki juga berbeda. Nah, (sepertinya) tujuannya adalah satu...menguji manusia...apakah mereka makhluk yg bersyukur, ataukah sebaiknya...:)
BalasHapusJadi, demikiankah arti hidup?
BalasHapusbelum kulemparkan pandangan dik, jadi hasilnya masih berfikir
BalasHapushidup itu anugerah buatku ..
BalasHapusselalu di beri kesempatan utk berubah ke arah yg lebih baik lagi..
bukankah itu anugerah , walo nanti berujung pd kematian..
Tuhan tidak pernah menciptakan yang sia-sia..
BalasHapusmakhluklah yang membuat hidup dirinya jadi sia-sia
Silahkan berpikir, Om Damuh...
BalasHapusYa.... bisa jadi demikian...
BalasHapusArtinya ungkapan PAT salah :-)
Lalu, nilainya ada di mana?
BalasHapusbenar menurut PAT ...
BalasHapusperhaps..
Semua apa yang dinyatakan oleh seseorang adalah benar menurut dia sendiri
BalasHapusTetapi belum tentu menurut untuk orang lain
Salam untuk Ponari... :-)
Dia menciptakan manusia.
BalasHapusLalu bukan membiarkannya hidup bebas,
melainkan hidup dalam petualangan yang tak hanya suka,
tetapi juga duka...
ces't la vie... : )
A posse ad esse non valet consequentia. :-))
BalasHapusada pada masing-masing manusia yang hidup..
BalasHapusdia yang nentukan, sia-sia atau tidak..
orang-orang diluar jendela pasti tidak merasa hidupnya sia-sia..
karena mereka berusaha untuk terus hidup.. kalau sia-sia, mereka sudah mati sejak lahir
the problem is ;
BalasHapusnitimur in vetitum semper cupermusque negata...... : )
menurutku: hidup ini ada awalnya ada akhirnya karena jika ada awal, akhir menjadi mutlak kehadirannya. masalahnya adalah bagaimana seseorang memaknai sebuah awal dan sebuah akhir.
BalasHapusjika kelahiran dimaknai sebagai sebuah awal maka kematian adalah sebuah titik akhir sebuah perjalanan yang bernama hidup. tetapi jika orang tersebut mau memaknai kematian sebagai sebuah awal baru, maka yang mesti dia cari adalah akhir dari titik awal yang bernama kematian tersebut. kemudian orang tersebut perlu memaknai akhir selalnjutnya sebagai awal selanjutnya.
buatku, hidup ini tidak mungkin bernilai sia-sia. buktinya... aku merasa menyesal ketika apa yang seharusnya kita lakukan tidak kita lakukan. buat apa aku menyesali kebaikan yang tidak kulakukan kalau semua ternyata sia-sia... jika seorang manusia merasa sebuah kenyataan sebagai sebuah kesia-siaan maka yang dia dapat adalah kematian hakiki walaupun dia hidup seribu tahun.
sebaliknya jika dia mampu memaknai segala terminal kejadian dengan perayaan/kelapangan maka dia hidup dalam hidupnya sekalipun hanya seumur jagung.
semua perlu diuji kebenarannya.. dengan memetik bunga warna-warni di kehidupan.
doooooh... puanjang reek... :-D
Jangan-jangan, saya yang anda liat Av?
BalasHapusmenurutku juga hidup ini tidak sia-sia, hanyalah keputusasaan serta kurang bersyukurnya manusia yang membuat dia berpikiran begitu. Hidup adalah karunia dan kesempatan bagi kita untuk lebih baik secara jiwa atau ruh kita.
BalasHapusJalan hidup manusia berbeda dan itu di tentukan ketika dia masih dalam asuhan kedua orang tuanya serta perjalanan jiwa itu sendiri....
Peace...
Hahaha... Bisa jadi demikian.
BalasHapusKan penyesalah selalu datangnya belakangan. Sejak kapan penyesalan bisa datang lebih dulu? Kalau bisa, saya juga mau mencarinya.
BalasHapusHahaha... komentar terpanjang. Lebih panjang dari tulisannya :-))
Adalah sebuah rahasia yang besar ketika mengetahui hal demikian terjadi. :-)
BalasHapusHahaha... saya yang narik gerobak?
BalasHapusLalu ujungnya adalah perjuangan? Benarkah semua menjadi pembenaran?
BalasHapusapa sih yang ada di otak lo?
BalasHapusAda banyak yang bisa kita pikirkan tetapi lidah tak mampu mengungkap.
BalasHapusmasih sakit?
BalasHapusBetter than evening...
BalasHapusUdah ga sakit lagi :-)
semua yang dhidup dan sudah di dihidupkan oleh Yang Memberi Hidup (God) harus berjuang, berjuang untuk bisa hidup dan membentuk akhlak yang baik untuk kebersihan rohani. Binatang juga berjuang untuk hidup, bahkan juga tanaman apalagi manusia. Wajib hukumnya.
BalasHapusAku tidak tahu kehidupan setelah mati, tetapi aku yakin di sana kamu tidak akan di tuntut untuk berjuang tetapi kamu akan menuai semua perjuangan/ perbuatanmu semasa hidup.
Hidup adalah kesempatan dan perjuangan mencapai sempurna.
Termasuk bernafas adalah sebuah bentuk perjuangan. Memang itu wajib hukumnya kalau dihidupkan adalah dipertahankan. Lalu untuk apa hidup walau kelak akan mati?
BalasHapusSepertinya ada kehidupan setelah mati. Tetapi aku juga tak begitu meyakini bahwa itu ada. 50:50
huff...diskusinya...dualemmm
BalasHapusSilahkan ikut, Mas "Muha"
BalasHapus