Sabtu, 23 Juni 2012

Ketika di Suatu Masa

ketika segala khawatirmu membelenggu
tenanglah, G
setenang karang di lautan yang keras

ketika segala kegagalan berdiam untukmu
tersenyumlah, G
tak semua kegagalan itu sia-sia

ketika segala nestapa menunggumu
bersabarlah, G
nestapa itu mendewasakan dari luka

ketika segala kekecewaan melandamu
tertawalah, G
mungkin dunia mengajakmu bergurau

lelaplah, G

ketika di suatu masa akan ada yang lebih
lebih baik
lebih terang
lebih dari sesuatu yang kau pikirkan

lelaplah, larutlah dalam mimpi
seperti malam


Jakarta, 23 Juni 2012 | 22.40
A.A. - dalam sebuah inisial

Jumat, 22 Juni 2012

Langit di Jakarta


Picture from here



apa yang kau kenang dari kotamu itu
diam-diam lampu kota menyala
langitnya dari terang pun remang
kemudian gelap
kemudian tak lagi ada matahari
lalu orang bergegas pergi
lantas kembali pulang

diam-diam seorang karwayan belajar jatuh cinta
di tengah kemacetan
yang begitu asing di negeri lain

diam-diam seorang pengamen belajar berjuang
di tengah keterasingan
yang begitu keras dan tiada ampun

diam-diam seorang pemulung belajar sabar
di tengah bah musiman
untuk lari dari keberadaan

di dalam kota yang begitu kecil
seperti sesak, di langit pun demikian
bahkan
langit di kota ini pun
terlalu sulit untuk menjadi terang lagi

kemudian
seorang pengemis kecil
yang mengiba di pinggir lampu merah
menatap tulisan
"Dirgahayu 485 DKI Jakarta"

ia pun bergetar membacanya
lirih, haru
sekaligus perih

"beginikah semua ibu?
bahkan termasuk ibukota?"
bisiknya di tengah klakson
yang memekakan telinganya



Jakarta, 22 Juni 2012 | 21.22
A.A. - dalam sebuah inisial

Agenda Jakarta Book Fair 2012

Start:     Jun 23, '12
End:     Jul 1, '12


Info lengkap, silakan mampir ke http://www.jakartabookfair.com atau mention mereka di @jakartabookfair

Selasa, 19 Juni 2012

Surat yang Tak Kunjung Usai

G,

Aku pernah menulis surat cinta. Sama seperti orang-orang yang pernah merasakan cinta. Mereka akan menuliskan apa saja, kapan saja, di mana saja. Tentang perasaan mereka yang malu-malu, tentang degup yang tak terdengar, tentang kesunyian yang begitu ramai. Tentang cinta itu sendiri.

Benar. Cinta seringkali membuat orang menjadi tidak berdaya, menjadi lebih berani sampai kepada nekat, menjadi siap untuk menghadapi segala sesuatu sampai kepada ketiadaan persiapan apa pun untuk dihadapi. Tapi cinta pula yang mengajarkan aku untuk bisa menuliskan perasaan. Menulis surat cinta.

Benar lagi. Surat cinta tak harus ditulis di atas kertas berwarna merah jambu. Tak pula perlu diberikan kecupan di penghujung tulisan. Tak perlu kata-kata romantis -yang sering kusebut picisan- dan membuatku tertawa sendiri. Seperti ada sesuatu yang tak terungkapkan di dalam kata-kata dan itulah mereka menyebutnya cinta.

Kemudian, masih banyak lagi cinta-cinta yang dimuarakan kepada angin, kepada air, dan kepada waktu. Mereka menggiring cinta itu entah ke mana, tetapi ia akan menemukan perhentiannya sendiri. Seperti kapal yang akan berlabuh, demikianlah cinta yang tiada pernah henti untuk terus dikredokan dan dimadahkan. Aku tetap dibuatnya bahagia.

Surat itu pun, tak kunjung usai. Sama seperti cinta.

G,

Surat cinta pun sama seperti cinta. Tak tahu kapan dimulai, tak tahu kapan diakhiri. Aku percaya cinta yang menuliskan kebenarannya di dalam surat-surat yang kubaktikan kepadamu. Dan aku pun selalu berdoa...

jangan pernah usai.


Dan aku bahagia di dalam ketidakusaian itu.



Jakarta, 19 Juni 2012 | 20.36
A.A. - dalam sebuah inisial

Senin, 11 Juni 2012

Do What You Love, Love What You Do

Bekerja, bagi saya, adalah sebuah kesempatan untuk memaknai kehidupan sekecil apa pun itu. Bahkan, kebahagiaan pun dapat bersumber dari apa yang saya lakukan pada saat ini, pada waktu saya bekerja, atau hal-hal remeh yang sering dianggap orang sebagai kutukan atau beban yang harus dipikulnya.

Bekerja adalah momen untuk menangkap momen keindahan seminimal apa pun. Untuk saya, bekerja pun bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja. Tanpa pernah bisa diduga, kadang pula tanpa bisa direncanakan, atau bisa saja di dalam kondisi yang tidak diharapkan untuk bekerja.

Setidaknya saya adalah salah satu manusia yang paling berbahagia di dunia ini. Meskipun saya bekerja, sesungguhnya saya pun tidak merasakan apa yang dinamakan oleh orang-orang sebagai beban atau keterpaksaan. Saya bekerja atas dasar saya mencintai apa yang saya kerjakan, apa yang saya lakukan. Dengan demikian, saya pun sepakat dengan apa yang dikatakan oleh Confucius bahwa dengan mencari pekerjaan yang sesuai dengan hatimu, engkau tidak akan pernah merasakan bekerja.

Itulah saya. Saya pun tidak merasakan bagaimana beban bekerja, malah sebaliknya, saya menganggapnya itu sebagai wahana permainan yang menyenangkan. Wahana di mana saya bisa bebas berpikir dan bertindak. Bebas untuk membebaskan diri sendiri.

Kalau ditanya, di mana saya bekerja, saya sendiri pun sering merasa kesulitan untuk menjawabnya. Pekerjaan saya hanya butuh media untuk menulis dan kebebasan untuk berpikir. Saya sering bekerja ketika sedang menunggu jam masuk kuliah, di restoran, di dalam mobil travel, atau sedang menunggu jadwal rapat. Saya pernah diharuskan membuat esai di tengah seminar sedang berlangsung. Atau saya pun pernah dikontak tengah malam di saat baru tiba di bandara untuk mengirimkan materi presentasi.

Semua itu saya lakukan tanpa beban. Saya melakukannya dengan cinta karena dengan berbagai alasan yang membuat saya mencintai pekerjaan saya. Tanpa perlu saya mengeluh, tapa perlu merasa tersiksa, dan saya pun melakukan sesuatu yang belum tentu orang lain dapat melakukannya: mencintai apa yang mereka lakukan, melakukan apa yang mereka cintai.

Tabik!



Jakarta, 12 Juni 2012 | 16.10
A.A. - dalma sebuah inisial

Minggu, 10 Juni 2012

Menjelang Pagi

G,
apa doa yang lebih baik daripada mendoakan mereka yang selalu kita kasihi? aku selalu memilih untuk mendoakan untuk kehidupan yang lebih bijaksana. aku selalu berdoa agar aku dan mereka yang kukasihi selalu siap untuk menghadapi hari, bukan lagi berdoa agar hari-hari yang memeluk setiap kita.

G,
apa ada pagi yang lebih baik daripada melihat mereka yang kita kasihi sedang terbangun? aku selalu menunggu pagi utuh agar mereka yang selalu kita kasihi bangun di dalam bahagianya, menceritakan mimpinya semalam. aku selalu menunggu matahari datang di mana harapan itu ikut terbit bersamanya.

G,
apa ada cerita yang tidak bisa membuatmu kembali menjadi manusia yang bahagia? aku menanti kabarmu yang paling baik di setiap pagi dan cerita sepanjang hari akan segera dimulai. aku ingin menjadi waktu di mana kamu tidak lagi dapat menghindari aku. kita sama-sama berjalan. kita ada di dalam dimensi yang seirama.

G,
pagi sedang aku tunggu. tepatnya menunggu harapan. menunggu seseorang yang akan bangun dan menceritakan mimpinya.



Jakarta, 11 Juni 2012 | 00.56
A.A. - dalam sebuah inisial

Jumat, 01 Juni 2012

Lebih dari Hujan Bulan Juni

:Sapardi Djoko Damono


sesungguhnya ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
ia tak merahasiakan rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu

sesungguhnya ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
ia tak menghapus jejak-jejak kakinya
ia tak ragu di jalan itu

sesungguhnya ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
tak dibiarkannya yang tak terucapkan
tak terserap akar pohon bunga itu






Jakarta, 2 Juni 2012 | 08.28
A.A. - dalam sebuah inisial